Amora membuka matanya dengan pelan, ia mengangkat tanganya untuk mengucek matanya namun..... Tangannya seakan di pegang oleh sesuatu yang keras.
Masih dengan nyawa yang belum terkumpul sempurna Amora menoleh pada tangan kanannya, seketika mata gadis itu membulat melihat tangan cantiknya di borgol.
"Apa - apaan? Aku kan tadi ketiduran di mobil trus... Ah apa aku tadi kecelakaan dan mati trus tubuh aku berpindah ke tubuh gadis lain dan...."
Fikiran bodoh Amora terhenti dengan suara pintu yang terbuka, sedetik berikutnya Amora menghela nafas lega saat bi Imah yang datang dengan sebuah nampan di tanganya.
"Nona Amora sudah bangun? Oh ini bibi bawain makan malam, tapi nanti tuan Felix yang akan menyuap...."
"Bi, kok tangan aku di giniin sih? Bantuin bi, lepasin yah" Potong Amora dengan raut kesal.
"Maaf nona, bibi juga tidak tau. Tuan muda hanya mengatakan untuk memberikan nona makan malam dan ia melarang bibi untuk membantu nona" ucap bi Imah, menolak pelan permintaan Amora.
Amora mengenala nafas kesal, ia menatap ke sekitar. Ia sekarang berada di sebuah kamar yang nampak luas serta emm mewah.
"Kamar siapa ini bi?" Tanya Amora penasaran.
"Kamar tuan muda nona" jawab bi Imah
"Tuan muda? Felix?"
"Iya nona,bibi ke belakang dulu ya" pamit bi Imah
Amora menganggukkan kepalanya, bi Imah lansung beranjak dari sana.
Tak ada yang Amora lakukan lagi selain mencoba melepaskan diri dari borgol sialan itu.
Amora menatap sekitar mencari benda tajam yang sekiranya bisa membantunya. Mata Amora tertuju pada sendok yang bi Imah bawa bersama sepiring nasi.
Hanya itu yang bisa ia gunakan, namun sialnya sendok tersebut sangat susah ia gapai.
Huh.... Amora menyerah, ia mulai memikirkan cara lain.
"Kenapa? Kenapa harus di borgol? Akukan bukan tahanan dan aku gak ngelakuin kesalahan apapun keknya" ucap Amora kesal.
Ia menarik tanganya dengan kuat, hingga pergelangan tangan itu memerah. Amora tak peduli, ia terlalu takut membayangkan akan menjadi korban Felix.
"Woy! Ajg lepasin....huwaaa sakit bab" teriak Amora frustasi.
Ia kembali mencoba melepaskan tangannya, menarik dengan kasar namun masih tak bisa di lepaskan.
Amora menangis, sungguh selain pergelangan tangannya sakit Amora juga takut di bantai atau di cincang - cincang oleh Felix.
"Andai aku gak nekat hari itu, andai aku gak makan di bawah pohon, andai aku bisa menahan pesona Felix....mungkin aku gak akan berurusan dan Felix"
"Apa aku menjauh aja dari Felix ini? Yah.... Aku harus lepas dan lari, tapi lari kemana??"
Amora menghentikan celotehannya, pintu kamar itu kembali terbuka. Namun kali ini bukan bi imah yang masuk, melainkan sosok Felix dengan pakaian santainya.
Amora menatap dingin pria itu, dengan mata yang sedikit sembab serta hidung yang memerah.
Felix nampak dengan santai menduduki dirinya di sisi ranjang lalu meraih sepiring nasi beserta lauk yang ada di nakas.
"Makan"
Amora menatap datar Felix yang menyodorkan sesendok nasi dan lauk. Ia tak lapar dan rasa kesal pada Felix membuat Amora bertambah enggan untuk menerima suapan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora (END)
Ficção GeralAmora Lendari terbangun di sebuah kelas dengan orang-orang asing di sekitarnya. Kepanikanya bertambah saat mendapati wajahnya dan tubuhnya yang berubah 180°. Tak terlalu bodoh untuk berfikir apa yang terjadi padanya, hingga menikmati adalah jalan...