Nadira tersenyum senang menyambut pagi yang baru datang, gadis itu segera berlari menuju kamar mandi mencuci wajahnya lalu menggosok giginya.
Tak lama wajah Nadira kini nampak cerah oleh sabun cuci muka murahnya. Gadis dengan wajah manis itu melangkah keluar kamar menyapa beberapa pelayan lain yang ia temui.
Ia sampai di dapur tempat di mana ia di tugaskan, di sana sudah ada bi Imah sedang memotong beberapa sayur.
"Pagi bi" sapa Nadira lembut.
"Pagi" jawab bi Imah Tampa menoleh pada gadis itu, selain karna sedang fokus bi Imah juga di kenal tak terlalu ramah pada pelayan lainya, yah....bukanya sombong, bi Imah adalah kepala pelayan di rumah besar Felix, dia di kenal tegas dan tak mau basa basi ketika sedang bekerja. Ingat semuanya ia lakukan jika berhadapan dengan pelayan lainya, tentu saja berbeda jika dengan majikanya.
Nadira sedikit cemberut mendapatkan respon yang sama dari bi Imah, namun setelahnya senyum manis itu kembali ia tampilkan.
Tampa di suruh, Nadira segera melangkah pada cucian piring dan mulai mencucinya dalam diam.
"Nadira, saya akan keluar setelah memasak jadi layani tuan muda dengan baik, jangan sampai membuat kesalahan dan jangan sampai mencari kesempatan dalam kesempitan, jika tak mau kepalamu hilang saat itu juga"
Nadira yang mendengar bi Imah mengatakan untuk menggantikannya melayani Felix di ruang makan tersenyum senang, walau ia tak suka kata-kata bi Imah. Wanita paru baya itu seakan menuduhnya sering caper terhadap tuan muda alias Felix.
"Baik bi" jawab Nadira lembut, seberapa kesalnya ia Nadira tak sanggup untuk berkata kasar karna ia tau bi Imah adalah salah satu orang yang Felix sayangi.
Tak ada percakapan lagi antara mereka, bi Imah sibuk memasak dan Nadira sibuk membereskan meja makan, ia juga terkadang membantu bi Imah jika wanita itu memberikan kode.
.....
Bi Imah telah pergi lima menit yang lalu, Nadira kini tengah sibuk menata makanan di meja di bantu oleh satu pelayan.
Terdengar langkah kaki menuruni tangga, dengan senyum nya Nadira menoleh mendapati Felix sedang melangkah ke arah meja makan dengan setelan kantornya.
Nadira tau Felix akan ke kantor hari ini, maka dari itu Nadira telah menyiapkan bekal untuk pria itu Tampa di ketahui bi Imah.
Jika Felix melupakan ku maka aku akan berusaha untuk Felix menyukaiku....begitulah kata hati Nadira.
"Eh, aku mau bersiin taman dulu ya NAD"
Nadira menoleh pada pelayan yang membantunya" iya Mba" jawab Nadira seadanya.
Nadira kembali menoleh ketika Felix menarik kursi untuk ia duduki.
"Mau makan apa tuan, biar saya ambilkan" ucap Nadira selembut mungkin.
"Tidak perlu" jawab Felix datar.
"Tapi...bi Imah menyuruh saya untuk melayani tuan muda" ucap Nadira masih dengan senyum manisnya.
"Pergilah, jangan membuatku membunuh mu"
Nadira mengendurkan senyumnya, dengan hati sakit bercampur kesal ia melangkah dari sana meninggalkan Felix sendiri.
"Sial, kenapa sih lix...padahal dulu kamu sendiri kalo makan gak akan mau kalo gak aku yang nemenin....apa sih salah aku di masa lalu....kenapa hidup aku gas seberuntung ini?"
Nadira mengusap pelan air mata yang tiba-tiba mengalir di pipinya dengan kasar, gadis itu berlalu memasuki kamarnya mulai untuk mandi.
Tak apa, ia akan lebih berusaha lagi nantinya. Sekarang Nadira harus bergegas untuk bersiap sekolah, hah bahkan ia rela telat demi melayani pria yang jelas tak mau ia layanim
......
" Wihh, cerah amat tu muka"
Amora yang sibuk senyum-senyum sendiri segera menoleh pada asal suara, Anin datang sambil menggandeng Edo.
"Yang, aku ke bangku ku ya"
"Iya, hati-hati yah...."
Amora bergidik ngeri mendengar percakapan sepasang kekasih itu, hey....bangku Edo masih dibdalam kelas ini dan itu tidaklah terlalu jauh meski di barisan belakang.
Apakah orang pacaran memang sebodoh itu??
"Mana si Gea?"
"Gak tau"
Alin menghela nafas kesal, ia lalu menduduki dirinya di kursinya lalu tak lupa melambaikan tangan pada sang kekasih.
"Gimana liburan Lo?"
"Biasa aja sih"
"Ke...."
"Weh Weh..."
Para penghuni kelas menoleh pada Gea yang barulah datang sambil berlari dengan nafas ngos-ngosan.
"Wehh...kalihan...hahh"
"Santai dulu dong ge baru ngomong, ntar mati karna sesak nafas kita sekelas juga yang repot....ya gak bree"
Gea menepuk pelan lengan Alin lalu ikut menduduki dirinya di kursinya. Seisi kelas masilah menatap ke arah Gea bahkan ada juga yang mulai mendekat.
"Gue...gue liat si Nadira...CK, gayanya Wee beda banget sumpah"
"Emang gayanya gimana?" Tany zeze teman sekelas mereka yang di kenal dengan ratu kepo.
"Ni ya...dua kancing bajunya di buka trus rambut di gerai mukanya...iuh merah-merah anjir...intinya ya tu cewek lebih kek janda kurang belaian hari ini"
"Kurang belaian si kendri kali" kali ini si Denia, gadis dengan mulut pedasnya.
"Gue juga liat sih tadi, tapi biasa aja tu ge...malah kini dia tambah cantik....mungkin"
"Tambah cantik gimana? Tambah mengerikan iya"
"Ah, kepoin yuk"
Amora menggelengkan kepalanya, ia yang berniat tobat di era pergibahan terpaksa mendengar Gea bergibah bersama ciwi-ciwi kelas.
"Eh mor...Lo pengen liat Nadira ya....bareng deh yuk"
Amor menggeleng cepat, ia ingin ke kamar mandi untuk buang air kecil bukan kepo pada gadis munafik itu.
Zeze yang mendapatkan gelengan hanya cemberut lalu ikut nimbrung di pergibahan yang masih berlanjut.
Amora sendiri segara melangkah keluar Tampa pamit pada Alin dan Gea. Gimana mau pamit, mereka saja sibuk bergibah.
"Oh...Hay bitc"
Amora mengerutkan keningnya, seorang gadis dengan wajah manisnya menatap rendah ke arah Amora...tidak bukan itu yang membuat Amora kesal.
Panggilan si gadis itulah yang membuat Amora ingin menendang gadis itu.
"Apa? Biasa aja dong liatnya, gue tau gue...sekarang lebih cantik dari Lo bitc"
Amora menggelengkan kepalanya, melipat kedua tangan di dada lalu mengangkat kepalanya berlagak songong.
"Siapa yang kamu bilang bitc? Ohh kamu lagi bilangin diri sendiri ya"
"Awas Lo yaa....."
Amora menggeser tubuhnya membuat Nadira yang hendak menamparnya terpaksa menampar angin. Yah, gadis itu Nadira, gadis yang Gea gibahi bersama teman sekelasnyam
"Apaan sih, aku tau...walau kamu dandan gitu namun tetap aku yang cantik....tapi jangan nampar2 dong....ntar ayang Felix kawatir"
Nadira menggeram kesal, ekor matanya menatap kedatangan seseorang membuat Nadira tersenyum misterius lalu dengan cepat menampar dirinya sendiri dengan keras dan menjatuhkan dirinya.
Amora yang melihat itu tertawa saja, jangan lupa masih dengan gaya songongnya. CK, gadis itu....ternyata tambah gila.
"Ada apa ini......"
Sorry ya gaes lamak
Banyak tugas ini
Tambahin dehh 60 VOTE BARU AKU PUBLIS OKEEEEE
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora (END)
Genel KurguAmora Lendari terbangun di sebuah kelas dengan orang-orang asing di sekitarnya. Kepanikanya bertambah saat mendapati wajahnya dan tubuhnya yang berubah 180°. Tak terlalu bodoh untuk berfikir apa yang terjadi padanya, hingga menikmati adalah jalan...