19• 𝓒𝓱𝓪𝓷𝓬𝓮

4.8K 348 78
                                    

"Syar, bisa bantu gue cari tiket pesawat sekarang ke Surabaya? Nyokap gue kecelakaan, gue lihat di internet pada habis semua buat hari ini."

"Innalillah, bentar ya gue langsung cari ini, jangan dimatiin," ujar Syarla di seberang. Lalu Syarla sibuk berteleponan dengan beberapa kenalannya untuk mencarikan Salisa tiket.

"Kak ada, Garuda bisnis nggak papa? Tapi waktunya mepet, keburu nggak ya?"

Salisa mengangguk. "Nggak papa, Syar, Gue udah deket bandara ini. Thanks ya."

"Nicee. Udah gua kirim ke WA ya. Hati-hati Kak Sal, semoga Mama Rita baik-baik aja ya."

Salisa mengangguk dan berterima kasih.

"Btw Kak, entar bareng Kak Ronal. Dia dinas ke SBY. Bareng aja. Biar di Surabaya ada kendaraan. Udah gua bilangin ke Kak Ronal."

"Oke, Car. Sekali lagi thanks, ya," ujar Salisa mengakhiri percakapan itu.

Tak berapa lama taxi yang ditumpangi Salisa berhenti di bandara tujuan. Dia turun dan langsung pergi check in.

Pak Indra tiba-tiba datang membantunya untuk melancarkan semuanya.

"Bawa barang, Bu?" tanya aspri Ronal itu yang membuat Salisa menggeleng. Tadi selepas bertemu Andiman, dia langsung tancap gas ke bandara untuk mengejar penerbangan. Tak ada waktu memikirkan barang-barangnya. Satu-satunya barang yang dia bawa hanya tasnya.

Setelahnya, Pak Indra mengantar Salisa untuk pergi ke ruang tunggu di mana Ronal sedang berada.

"You okey, Sal?" tanya Ronal ketika melihat kedatangan Salisa.

Salisa mengangguk meskipun wajah sendunya sudah menjawab semuanya.

"Nanti gue anter ke Probolinggo."

Salisa menggeleng. "Lu pasti sibuk, Ron. Nggak papa, gue naik taksi aja."

Ronal berbicara sebentar dengan Pak Indra, lalu kembali fokus mengobrol dengan Salisa.

"Nanti biar diantar Pak Indra," katanya menjadi akhir keputusan.

Setelah waktunya, Salisa dan Ronal pergi menuju pesawat untuk take off dan meninggalkan Jakarta di siang itu.

Di atas awan itu, Salisa terbawa suasana. Pikirannya memikirkan yang tidak-tidak, yang pastinya buruk hingga membuat dia menangis diam-dian karena takut mengganggu penumpang lain.

Selama ini papa dan mamanya adalah orang yang santai. Jika belum urgent mereka tidak akan menghubungi anak-anaknya. Kali ini papanya sampai menyuruhnya pulang ke kampung halamannya, maka berarti levelnya sudah sangat urgent. Tak bisa Salisa berpikiran positif saat itu.

Ronal mengulurkan sapu tangan pada Salisa. "Everything will be okey, Sal," katanya yang membuat Salisa menerima uluran kain itu dan memakainya untuk menutupi wajahnya.

"Semoga, Ron," jawabnya.

Ronal tersenyum tipis sembari menepuk lembut bahu wanita itu, berharap hal itu dapat menenangkannya.

Dia berdoa untuk kebaikan Salisa dan keluarganya.

***

Sampai di kota Surabaya, Salisa dan Ronal berpisah. Seperti kata pria itu, dia di antar oleh Pak Indra. Sedangkan Ronal sendiri bersama ajudan dan para bodyguardnya dikawal oleh patwal ke sebuah acara.

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit kampung halamannya, Salisa menangis sebanyak mungkin agar di sana dia tak lagi menangis.

Di pertengahan jalan, Salisa dikabari papanya bahwa mamanya dipindahkan ke rumah sakit Surabaya karena kondisinya begitu serius.

Jangan Bilang Suka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang