06• 𝐂𝐄𝐎 𝐨𝐟 𝐇𝐚𝐲𝐓𝐈

5.1K 340 49
                                    

Kemarin saat teman-temannya mengetahui  Salisa dan Andiman menjalin hubungan, mereka tak semarah Powl.

Mereka sedikit maklum karena Andiman juga berada di Jogja sekian tahun lamanya. Malah aneh kalo Salisa dan Andiman tidak pernah bertemu.

Hanya saja mereka sedikit mengambek ketika mendengar Salisa dan Andiman sudah berpacaran selama delapan tahun dan Andiman tak memberitahu mereka. Namun semuanya sudah clear saat Andiman meminta maaf. Kecuali Powl tentunya yang sampai detik ini masih tak mau bertegur sapa pada pacar Salisa itu.

Hari Minggu ini Salisa tak ada kegiatan. Memang dia akan memulai projeknya minggu depan. Dia datang lebih dulu ke Jakarta memang untuk menyesuaikan diri saja. Biar tidak kaget saat sudah sibuk nanti.

Setelah membersihkan seluruh apartemen karena Mak Yumi sedang sakit, Salisa memilih bersantai menemani Nadira yang pagi-pagi belajar di ruang santai padahal di hari minggu.

Katanya persiapan ujian buat besok. Waw sregep ya. Nggak kayak dia dulu. Mapel yang diujikan saja tahu dua jam sebelum ujian. Wkwk.

Pinter sih Ronal didik anaknya sampe begitu menyukai belajar. Padahal setahu Salisa dulu, dia dan Ronal sebelas dua belas malasnya. Wkwk.

"Biasanya kalo lagi belajar gini, kamu minuman atau cemilannya apa? Biar nggak bosen, aku buatin," tawar Salisa yang membuat Nadira langsung excited.

"Aku mau salad buah sama susu anget, boleh?" katanya dengan mata polosnya.

Salisa mengangguk. "Sebentar, ya," ujarnya sebelum akhirnya bangkit dari duduknya.

Salisa pergi ke arah kulkas untuk melihat bahan-bahan. Hanya tinggal beberapa buah di sana, untung saja cukup untuk porsi Nadira.

Tanpa sepengetahuan Salisa, Nadira memperhatikan bagaimana wanita dewasa itu berkutat di pantrynya.

Dia menatap haru karena akhirnya setelah sekian lama, dia bisa melihat sosok wanita lain selain dia, Mak Yumi, dan Tania--aspri Powlian, di spot itu.

What a beautiful view.

Setelah berkutat di sana, Salisa membawa pesanan Nadira dan meletakkannya di sebelah buku anak itu.

"Makasih, Kak Sal," katanya dengan sangat tulus.

Salisa tersenyum tipis dan mencubit pelan pipi Nadira. "No problem, Nad," katanya lalu duduk di sofa sementara anak itu lesehan di atas karpet buatan Rusia itu.

"Kulkas mulai kosong, biasanya yang ngisi siapa? Mak Yumi juga?" tanya Salisa yang membuat Nadira mengangguk di tengah kunyahan salad buatan Salisa itu.

"Ada list-listannya nggak biasanya? Biar aku aja yang belanjaan nanti," ujar Salisa yang membuat Nadira melebarkan matanya.

"Aku ikuuuuut," katanya dengan semangat.

"Kan kamu mau fokus belajar buat besok."

Nadira menggeleng. "Biar nggak bosen diselingi belanja," jawabnya sembari menyengir membuat Salisa mau tak mau mengangguk menyetujui.

Mana bisa nolak pesona anak seimut itu.

"Oke, nanti siangan ya," ujar Salisa yang membuat Nadira mengacungkan dua jempolnya.

Setelahnya Nadira kembali fokus belajar lagi, sedangkan Salisa memilih membuka ponselnya untuk mencari informasi tentang sesuatu.

Semalam dia sempat kaget ketika Syarla mengaku bekerja sebagai sekretaris dirut HayTI.

Meskipun Salisa tak terlalu mengikuti tentang perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, tetapi Salisa tahu bahwa HayTI termasuk salah satu perusahaan elektronik terbesar di Indonesia.

Jangan Bilang Suka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang