37• Sorry, Dek!

6.1K 480 50
                                    

Acara berjalan lancar tanpa hambatan. Kini semua keluarga Salisa berkumpul di ruang tengah. Sedikit ramai karena keluarga ibunya yang dari Sumatera ikut datang menghadiri doa bersama 40 hari kepergian mama Salisa.

Satu yang tak Salisa suka dari perkumpulan keluarga itu, yakni orang-orang kepo dengan privasinya. Segala macam dikorek mulai dari kabar Ronal yang akan maju sebagai cawapres sampai panggilan Ronal dan Salisa sekarang. Secara Ronal orang berjabatan penting di negara mereka.

Mungkin mereka pikir Salisa akan memanggil dengan panggilan Yang Terhormat Bapak Ronaldian Nugroho setiap kali memanggil Ronal.

Penting amat yang ditanyain.

Untung papanya pengertian jadi memutus obrolan itu dan mengusir mereka secara halus untuk kembali ke penginapan mereka. Alasan dari papanya karena semuanya letih selepas acara lebih baik kembali lagi esok.

Hmzzz papa terbaek sedunia memang.

"Ron, masih mau ngopi? Gua ngantuk ke kamar duluan, ya," ujar Salisa selepas keluarga besarnya pergi meninggalkan rumahnya.

Tiba-tiba papanya menggeplak bibir Salisa.

"Heh syuutt. Kok ra sopan ngunu ke suamine? Gua-guaan lagi. Kayak ke sopo wae," ujar Papa Dimas memarahi Salisa di depan keluarga intinya, termasuk Om Sidi dan istrinya, serta Mas Kevin dan Mbak Gina yang sepertinya puas sekali melihat dia dimarahi.

"Nggak papa, Pa. Sudah biasa dari dulu begitu," ujar Ronal membela istrinya.

"Maaf, ya, Nak Ronal. Saya marahi dulu. Kalo engga, saya yang malu ke Anda, nanti dikira nggak mendidik dia," kata Papa Dimas yang membuat Salisa mencebikkan bibirnya.

"Kamu itu ... Pak Ian itu dah jadi suami. Yang sopan. Dulu Papa Mama juga teman, setelah menikah ya panggilannya diubah. Mas-Adek. Ini bukan topik patriarki feminisme. Ini adab. Awal-awal Papa biarin, ini dah sebulan lebih panggilannya masih nama."

Hem, malem-malem dah cape malah dikeramasi ceramah.

"Iyo-iyo, Pah," ujar Salisa dengan nada merajok.

"Iya-iyo, iya-iyo, masuk kuping kanan keluar kuping kiri itu, Pah," celetuk Mas Kevin memperpanas suasana.

Salisa melotot. Yang dipelototi sibuk cekikikan dengan istrinya.

Suami istri sama aja!

"Bagaimana pun kisah kalian menikah, pokoknya sekarang kamu istri dia suami."

Salisa mengangguk. "Siap, Pa. Bakal aku inget," ujarnya yang membuat Papa Dimas mengangguk.

"Yasudah, suruh istirahat Nak Ronal. Dari tadi dia nggak berhenti bantu-bantu."

Salisa mengangguk. "Ayo, Ron," ajaknya tanpa sadar memanggil panggilan yang baru saja dilarang.

Papa Dimas melotot.

"Maksudnya Mas Ronal! Ayo, Mas, istirahat!" ralat Salisa cepat sembari berlari ke arah Ronal dan menarik lengan pria itu untuk kabur dari sana.

Bapaknya garang kalo masalah begini-begini. Atuuut.

***

Salisa baru saja selesai mencuci wajah dan menggosok giginya.

Dia mendapati Ronal di atas kasur sedang membaca sesuatu di tabnya.

"Baju tidurnya udah aku siapain. Di gantungan lemari sebelah kamar mandi, Ron," ujar Salisa sembari duduk di depan kaca rias untuk memakai rutinan skincare malamnya.

Jangan Bilang Suka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang