Salisa menggeser laptopnya ke arah Andiman.
"Ini rekomendasi tempat di Probolinggo. Ada beberapa yang kayak di gedung biasa atau gedung olahraga gitu dan deket rumah biasanya emang bisa disewa buat resepsi pernikahan, tapi kayaknya enakan di hotel ya, biar keluarga kamu nggak usah jauh-jauh. Kasihan juga kalo bolak-balik hotel, tempatnya rada jauh emang," ujar Salisa sembari men-swipe beberapa tempat yang sudah dia pilah pilih.
Andiman mengangguk. "Bagus itu," katanya.
"Oke, berarti hotel ya. Ini ada rekomendasi tiga hotel. Kamu lihat, suka yang mana," ujar Salisa mempersilakan Andiman untuk melihat lebih jelas.
Andiman mengangguk. Dia men-swipe tiga tempat itu. Lalu kembali menyandarkan tubuhnya pada punggung sofa.
"Bagus semua, aku ngikut kamu aja," katanya yang membuat Salisa kecewa karena dia ingin komentar yang lebih panjang.
"Kamu mau tema yang gimana?" tanya Salisa sembari kembali menatap laptopnya.
"Apa aja yang kamu pilih, aku juga suka," katanya yang membuat Salisa menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyentuh touchpad laptop.
"Kalo temanya biru?"
"Boleh."
"Kasih putih dikit bagus kayaknya ya."
"Iya bagus."
"Kalo hitam? Kombinasi sama gold gitu?"
"Boleh. Bagus juga."
"Aku mau kombinasi sama pink."
"Iya bagus juga itu."
Pink warna yang paling gak dia sukai. Fyi, Di.
Salisa menegakkan tubuhnya lalu menghadap ke arah Andiman yang sedang memainkan ponselnya.
"Bisa taruh dulu ponselnya, Di?" ujar Salisa dengan suara tegasnya.
Andiman menurut.
"Yang mau nikah kita, bukan aku doang. Kamu harus ngasih pendapat juga."
"Aku suka semuanya. Apa aja oke."
"Di," ujar Salisa memperingati.
"Itu uang kamu dan keluarga kamu, aku ga berhak minta ini itu. Jadi semua pilihan kamu aku setuju."
Salisa menghela napas. Dia ingin mendebat Andiman tetapi ponselnya tiba-tiba bergetar menampilkan nama ibu Andiman.
Salisa menjauhkan diri lalu menerima panggilan itu.
"Iya, Bu?" sapa Salisa pada calon mertuanya.
"Sudah pilih warna seragam?"
"Belum, Bu. Sekarang aku sama Bang Andi lagi bahas gedung."
"Begitu. Ibu sama Mama kamu sudah berdiskusi, kami setuju berseragam hijau."
Salisa terkejut. Hijau?
"Hijau daun, Bu?"
"Iya, hijau lumut. Nanti brokatnya warna emas."
"Nggak ada pilihan warna lain, Bu?"
"Nggak ada. Udah itu bagus banget buat warna seragam."
Salisa tersenyum tipis.
"Sebentar ya, Bu. Aku diskusikan sama Bang Andi dulu, soalnya gaun aku dan tema resepsinya bakal warna putih dan biru."
"Belum dibuat juga, bisalah ganti hijau."
"Iya, nanti aku kabari lagi ya, Bu," ujar Salisa yang menjadi akhir dari percakapan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang Suka! [END]
RomanceSeason 2 Sejauh apa pun kamu pergi dan selama apa pun kamu menghilang, sejatinya luka itu tak pernah selesai. Ia hanya pergi lebih jauh dalam hatimu sampai akhirnya kamu sadar, bahwa kamu belum pernah sembuh. Salisa Haya Wiratama (39) pernah menghi...