41• Jangan Dulu

5.5K 510 102
                                    

"Si Saipul ke mana dah, Yang? Dia ngilang akhir-akhir ini. Sok sibuk banget dia," gerutu Ronal saat panggilannya tak tersambung pada bule lalu lalang itu.

"Bukannya lagi dinas ke Sumatera? Peresmian sekolah sepak bola kayaknya," ujar Salisa sembari mendekati Ronal yang sedang berkutat dengan dasinya.

Salisa secara otomatis menggantikan tangan Ronal itu untuk membuat simpul dasi.

"Udah pulang kata ajudannya. Kalo gini biasanya lagi ada kesenengan baru berarti dia."

Salisa tersenyum tipis. "Dia nggak mau nikah, ya? Perasaan nyaman banget jadi jomblo."

"Dia nggak nikah."

"Serius? Masa tuanya sepi dong?"

"Enggalah, kan di panti jompo," ujar Ronal tanpa berpikir panjang membuat Salisa langsung memukul dada pria itu.

Bukannya mengaduh, Ronal malah tertawa.

"Urusan dia itu, pasti udah dipikirin mateng-mateng," ujar Ronal sembari berjalan ke arah meja rias untuk melihat simpul dasi yang dibuat oleh istrinya.

Salisa mengedikkan bahunya lalu mengambil jas Ronal beserta tas kerjanya.

"Aku pulang malem banget, jangan ditunggu. Bisa jadi malah nggak pulang."

Salisa mengangguk lalu mengulurkan jas Ronal. "Debatnya entar malem 'kan?"

Ronal mengangguk sembari memakai jasnya. "Kalo mau nonton langsung ke studio kabarin Herman atau Indra. Kayaknya aku nggak pegang handphone dulu seharian ini."

Salisa mengangguk-angguk.

Ronal mematut sekali lagi tampilannya di kaca rias, lalu berbalik ke arah Salisa. "Udah ganteng belum suaminya?"

Salisa tersenyum tipis dan meletakkan tas kerja Ronal di atas ranjang. Dia mengangguk. "Heem, ganteng," katanya sambil berjalan mendekati Ronal.

Ronal kira Salisa ingin memperbaiki tampilannya, tetapi dia salah ketika wanita itu malah menyelipkan kedua lengannya di antara celah jas yang dia pakai untuk melingkarkan lengannya di pinggang Ronal.

Salisa memeluknya sembari meletakkan kepalanya di dada bidang Ronal.

Pria itu tersenyum lebar lalu membalas pelukan Salisa.

Jarang-jarang Salisa mode begini 'kan?

"Semangat buat hari ini ya, papihnya Nadira," katanya yang membuat senyum Ronal semakin lebar.

"Makasih, mamihnya Nadira," balas Ronal sembari mengecup pucuk kepala Salisa.

Salisa dan Ronal berpelukan untuk beberapa saat. Pria itu meskipun sedang diburu waktu dia tak protes pada Salisa karena Salisa yang begini jarang sekali. Dia lebih memilih telat daripada memotong momen berharga seperti ini.

"Kamu hari ini ada kegiatan?"

Salisa menggeleng. "Nggak ada, paling entar nganter Nadira sekolah aja terus main ke apart Novia bantuin dia beres-beres."

Ronal mengangguk-angguk. "Kalo butuh apa-apa telepon Indra atau Herman ya, soalnya aku nggak pegang handphone."

Salisa mendongak untuk menatap suaminya. "Bawel. Tiap mau pergi itu mulu yang diucapin. Iya, udah tahu kamu kalo kerja nggak inget hp."

Ronal terkekeh lalu mengecup pipi Salisa. "Kamu tambah berisi, ya. Pipinya gembul. Kayak jeruk diiklan minuman itu. Gemesssshh aku," katanya sembari sekilas menggigit lembut pipi istrinya.

Salisa mengusap bekas gigitan Ronal lalu meninju pelan perut suaminya itu. "Perut kamu juga tambah gembul. Kayak bapak-bapak."

"Emang bapak-bapak kali," sahut Ronal sembari tertawa renyah.

Jangan Bilang Suka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang