Hari berlalu begitu saja.
Tak ada yang spesial.
Ronal seperti hidup bak robot yang mengerjakan segala hal tanpa perasaan.
Tak ada yang membuatnya senang meski presentasi orang-orang yang memilihnya semakin tinggi. Bahkan pergantian tahun lusa tak juga membuat senyumnya terbit.
Satu-satunya hal yang bisa membuatnya tersenyum adalah notif telepon dari Salisa. Seperti saat ini, meskipun dia sedang rapat virtual di perjalanan menuju kampanye ke kota Cirebon, Ronal tetap meluangkan beberapa menitnya untuk berkomunikasi dengan Salisa.
"Hasilnya udah keluar?" tanya Ronal pada wanita kesayangannya di seberang.
"Belum, mungkin lusa setelah tahun baru."
"Kok lama? Katanya paling cepet 3 hari kalo di sana? Ini udah lebih dari sepekan."
"Nggak papa, aku malah nggak enak ngerepotin mereka yang sebenernya libur, tapi tetep kerja cuma buat aku."
Ide gila tiba-tiba terlintas di kepala Ronal.
"Apa aku besok ke sana ya?"
"Nadira kamu tinggal begitu? Nggak kasihan?"
"Bawa dia sekalian."
"Biar dia tahu kalo mamihnya sakit?"
Ronal terdiam, dia lupa tentang Nadira. Fyi Salisa dan Ronal sepakat merahasiakannya dari Nadira karena tak ingin membuat anak itu bersedih. Mereka mengatakan kepergian Salisa ini untuk perjalanan bisnis.
"Sabar, ya, beberapa hari lagi. Kalo memang penyakit aku serius kamu boleh ke sini, kalo cuma benjolan biasa aku bakal pulang."
"Aku besok mau jalan-jalan seharian sama Novia dan Powl. Kamu jangan ganggu, ya."
"Telepon juga nggak boleh?"
"Kayaknya hp aku bakal aku matiin biar nggak diganggu."
Ronal tertawa. "Yaudah, have fun ya. Lakuin semua yang bikin kamu seneng. Jangan sedih-sedih. Aku nggak bakal ganggu kok, tapi kamu kabarin aku ya meskipun cuma lewat chat."
***
Salisa duduk di ruang tunggu dengan harap-harap cemas. Powl di sampingnya ikut cemas meskipun pria itu sok-sokan tegar. Mereka berada di sana karena sedang menunggu panggilan untuk masuk ke dalam ruangan yang baru seminggu lalu dia datangi.
"Mak, apapun hasilnya lu nggak boleh marah sama takdir ya. Semua pasti ada jalan keluarnya. Gue sama Ronal udah janji bakal keluarin semua usaha buat nyembuhin lu."
Salisa tersenyum tipis. "Lu berarti nyumpahin gua sakit kanker, ya?"
"Poinnya bukan di situ ya, Bajingan."
Salisa mengakak. Dia tahu maksudnya, memang sengaja dibelokkan agar menghibur dirinya yang sebenarnya takut sekali.
"Thanks, ya, Ul. Lu udah mau gua ama Ronal repotin."
"Nggak repot kalo elu."
Salisa menatap Powl dengan tatapan haru.
Kok bisa ya dia yang begini dapet teman-teman yang sangat baik kepadanya. Novia sampai rela menyusulnya dan meninggalkan suami barunya demi menemani Salisa.
Oiya fyi aja, wanita itu sedang dalam perjalanan ke sana.
"Pul, lu ga nikah kenapa? Lo ganteng, kaya, baek. Kenapa milih jomblo? Lo udah mateng banget. Banyak plusnya. Minusnya dah tua aja sih lu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang Suka! [END]
RomanceSeason 2 Sejauh apa pun kamu pergi dan selama apa pun kamu menghilang, sejatinya luka itu tak pernah selesai. Ia hanya pergi lebih jauh dalam hatimu sampai akhirnya kamu sadar, bahwa kamu belum pernah sembuh. Salisa Haya Wiratama (39) pernah menghi...