"Ron, dah liat ini belom?" tanya Powl sembari memperlihatkan ponselnya.
Ronal yang sedang sibuk mendengarkan meeting di laptopnya langsung menoleh. "Apa?" tanyanya lalu menyipitkan mata untuk melihat layar ponsel Powlian.
"Bisa bocor gitu ya? Padahal udah ga diperbolehin masukin alat elektronik pas acara," ujar Powlian.
Ronal menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi. "Selalu ada jalan tikus. Penonton sih ketat. Bisa aja dari panitia itu."
Powlian mengangguk-angguk. Rasa amaze pada sobatnya itu tak berkurang karena berita fitnah tadi tak mengusiknya. Dia masih tenang padahal itu menyangkut citranya. Dalam dunia perpolitikan, nila setitik rusak sebelanga itu benar adanya. Artinya akan berdampak pada partainya. Namun pria itu masih santai seolah berita tadi bukan memberitakan tentangnya. Satu-satunya yang bisa membuat pria itu kelabakan memang hanya dua; Nadira dan Salisa.
CK.
Powlian mengkode Ronal bahwa ponsel kerjanya terus berdering. Yah tentu saja itu dari partainya. Ada beberapa dari wartawan yang dengan kurang ajar terus menerus menghubunginya tanpa jeda demi mendapatkan suatu berita.
Ronal mensenyapkan ponselnya itu, lalu menggunakan ponsel satunya untuk menghubungi Pak Herman, ajudannya.
"Indra kemarin ada di tempat. Minta bantuan dia buat bikin press release atau surat pernyataan resmi. Terus cari tahu videonya bocor dari mana. Kalo emang terencana pidanakan saja. Kecuali dia buat permintaan maaf di media. Sekalian lihat latar belakang pelaku pelecehan kemarin. Ada indikasi kasus serupa sebelumnya?"
Ronal mengerutkan keningnya. "Ada?" tanyanya terkejut karena Nadira bukan korban pertama alias kejadian kemarin memang sengaja. Bisa jadi pelaku fetis atau pedofilia.
"Pernah masuk penjara karena kasus ini?" tanya Ronal pada Pak Herman.
"Damai?" ujar Ronal speechless.
Ronal menendang kursi stool di sebelahnya karena amarahnya kembali memuncak.
Powlian memegang dadanya karena terkejut dengan pergerakan Ronal yang tiba-tiba itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang Suka! [END]
RomanceSeason 2 Sejauh apa pun kamu pergi dan selama apa pun kamu menghilang, sejatinya luka itu tak pernah selesai. Ia hanya pergi lebih jauh dalam hatimu sampai akhirnya kamu sadar, bahwa kamu belum pernah sembuh. Salisa Haya Wiratama (39) pernah menghi...