43• Banda Neira

4.8K 420 29
                                    

Salisa benar-benar masih tak percaya dia sampai di Banda Neira meskipun telah melalui perjalanan panjang dari pesawat sampai kapal yang memerlukan waktu berjam-jam, hingga sampailah mereka di salah satu keindahan alam Indonesia; Banda Neira.

Semalam mereka sampai sekitar pukul sepuluh malam, jadi dia belum bisa melihat keindahan pulau yang berada tepat di depan hotelnya. Jadi saat bangun pagi dan dia memandang terbitnya matahari ditemani secangkir kopi, Salisa terwah-wah.

Udara segar, pemandangan air yang jernih, pepohonan yang hijau, serta terbitnya matahari menyempurnakan pagi Salisa setelah beberapa hari begitu berat dilalui.

"Ini pertama kalinya aku ke Banda Neira."

Salisa menoleh ke arah pria tampan di sebelahnya yang sedang menatap jauh ke perairan di ujung sana.

"Pertama kali? Kenapa? Nggak ada waktu?" tanya Salisa.

"Because of you," ujar pria itu yang tak lain dan tak bukan adalah Ronaldian Nugroho.

Salisa berdecak. "Masih jaman gombalan receh, ya? Perasaan di sini bukan tempatnya buaya."

Ronal tertawa renyah. "Beneran karena kamu. Konsepnya sama kamu atau nggak sama sekali."

Salisa menyesap kopinya, lalu menghela napas dan memandang ke arah depan.

"Aku masih nggak paham kenapa kamu segitunya."

Ronal menoleh. "Konteksnya mencintai kamu?"

Salisa tak menjawabnya, tetapi Ronal tahu betul itu jawabannya.

Pria itu ikut memandang ke arah depan. "Jangankan kamu, aku juga nggak tahu alasan kenapa aku setia banget sama orang yang bahkan 18 tahun mati-matian menghindari aku," ujar Ronal dengan sedikit menggoda Salisa yang membuat wanita itu melirik tajam.

Ronal tersenyum tipis. "Cinta selalu tumbuh tanpa alasan, Sal. Aku nggak bisa milih dengan siapa aku jatuh cinta."

"Tapi cinta bisa pergi dengan alasan."

Ronal memandang Salisa dengan tatapan teduh. "Aku belum menemukan alasan buat berhenti mencintai kamu."

"Aku jahat udah pergi tanpa pamit, itu bisa dijadiin alasan."

"Alasan kamu pergi kan karena aku."

Salisa terdiam menatap mentari yang sudah naik menyinari seluruh penjuru Banda Neira

"Banyak orang baru di sekitar kamu, kenapa milih pertahanin perasaan buat aku yang kemungkinan besar akan hidup dengan orang lain, Ron?"

"Aku trauma ditinggalin," ujar Ronal.

Salisa menoleh sembari mengerutkan keningnya tak paham. "Dengan aku nggak takut ditinggalin lagi? Masa lalu memiliki peluang lebih banyak untuk pergi lagi loh."

Ronal tertawa ringan. "Penelitian dari mana itu? Menurut aku malah orang lama yang datang kembali berpeluang untuk tinggal lebih lama. Karena untuk apa kembali kalo tidak untuk memperbaiki?"

Selalu ada saja kalimat untuk membalik ucapan Salisa.

"Jadi jawabannya apa?" ujar Salisa mengembalikan jalur topik mereka.

"Kenapa dengan kamu aku nggak trauma? Padahal kamu punya riwayat ninggalin aku?" tanya Ronal memperjelas pertanyaan Salisa tadi.

Ronal berpikir sejenak.

"Mungkin karena aku udah tahu rasanya ditinggal kamu. Kalau kamu—amit-amit—pergi, aku bisa bayangin rasa kehilangannya, tapi itu pemikiran dulu sih, sekarang setelah banyak hal yang kita lewatin, kayaknya aku nggak bisa bayangin rasanya kehilangan kamu. Kita semua pasti pergi, tapi aku mohon ke Tuhan semoga kita perginya bareng atau kalau engga, aku mau pergi duluan sebelum kamu."

Jangan Bilang Suka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang