08• 𝐻𝑒𝒶𝓁𝒾𝓃𝑔 𝒞𝑒𝓊𝓃𝒶𝒽

5.1K 377 96
                                    

Salisa melamun di kursinya sembari mengaduk kopi yang dia buat.

Banyak hal yang berlalu-lalang di kepalanya meski tampak luar dia diam tenang menatap sebuah laptop di meja yang menampilkan sosok pria yang sedang memberi kabar gembira perihal diterimanya dia di salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.

Salisa tersenyum tipis melihat Andiman terlihat begitu bahagia ketika menceritakan bagaimana ketatnya proses yang dia lalui sebelum akhirnya menjadi bagian dari perusahaan HayTI.

Iyas, HayTI yang direktur utamanya adalah Ronaldian Nugroho.

Lihat bagaimana takdir akhir-akhir ini selalu mengaitkan Salisa dan orang sekitarnya pada Ronal.

Selain Andiman, ternyata papanya juga mengenal Ronal.

Betapa terkejutnya Salisa saat semalam papanya bertanya apakah dia di Jakarta bertemu dengan Ronal atau tidak.

Saat Salisa menanyakan hubungan keduanya, ternyata perusahaan Ronal pernah berkerja sama dalam satu projek dengan perusahaan Papa Dimas beberapa tahun lalu.

Uwaw berita yang luar biasa boom dan Salisa baru tahu hari itu.

Lucunya ternyata papanya pura-pura tak kenal Ronal demi Salisa, wkwk. Untung saja Ronal tak memperkenalkan diri sebagai teman Salisa sehingga hubungan bisnis keduanya lancar.

Setelah menceritakan segala hal tentang perjuangan masuk ke company Ronal, Andiman menghela napas lega. "Bangga banget akhirnya bisa jadi bagian dari mereka. Padahal udah pesimis banget karena saingan pada segar bugar."

Salisa tersenyum tipis. "Ronal dan Daniel nggak tahu kamu ngelamar kerja di sana?"

Andiman menggeleng. "Aku nggak mau masuk karena power orang dalam. Kalo mereka tahu, aku rasa nggak mungkin mereka nggak ikut campur. Apalagi Daniel, waktu itu pas aku cerita lagi switch career di Jakarta aja dia langsung nawarin posisi direktur pemasaran di sana."

"Kamu tolak?" tanya Salisa yang membuat Andiman mengangguk.

"Iya, aku rasa belum mampu di posisi itu. Aku mau belajar dari bawah."

Mendengar itu, Salisa menarik segaris senyumnya. Di umur 40 tahun, perlukah merasa begitu? Jika dilihat dari latar belakang Andiman, tentu saja sudah bisa dikatakan 'pantas' berada di atas jabatan manajer pemasaran. Benar tawaran Daniel, direktur pemasaran memang cocok untuk Andiman.

Namun Andiman memilih mengabaikan kesempatan itu. Padahal, tak semua orang mendapatkannya. Daniel pun orang yang hati-hati, dia tak sembarangan menawarkan posisi penting di perusahaan. Artinya dia mempercayai Andiman.

Dan lagi-lagi Andiman menyingkirkan itu dan memilih jalan lain.

Salisa menyingkirkan gelas kopinya lalu menumpukan dagunya di atas tangannya.

"Berarti masih lama ...?" ujar Salisa ambigu, tetapi tentunya dipahami oleh Andiman.

"Iya, maaf, ya. Aku lagi menabung."

"Jangan terlalu lama, Di."

"Kamu kenapa?"

Salisa menggeleng. "Aku tiba-tiba mau menginjak jenjang serius dengan hubungan kita."

"Boleh jangan bahas ini? Aku lagi mau menikmati kabar baik."

"Besok apalagi alasannya? Dua tahun aku berusaha nggak membahasnya. Aku selalu mau mengerti kamu."

"Aku nggak mengerti kamu, begitu?" tebak Andiman.

Salisa menegakkan tubuhnya. "Jangan menyimpulkan sendiri."

Jangan Bilang Suka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang