12• 𝓜𝓾𝓼𝓲𝓴𝓪𝓵𝓲𝓽𝓪𝓼 𝓣𝓲𝓷𝓰𝓰𝓲

4.3K 296 36
                                    

Hari ini dari pagi hingga siang Salisa kembali mengajar di kampus UJM. Sama seperti kemarin dia harus merelakan jam materinya untuk memperkenalkan diri pada para mahasiswa basi yang tampak letih loyo lesu.

Setelahnya barulah dia pergi ke kantor label  musik Starhayt Records untuk menggarap beberapa lagu sekaligus karangan Salisa yang terpilih untuk dibawakan oleh para artis yang sedang naik daun dari manajemen Hayati.

"Nduk, hari ini jadwal kosong ta?" ujar seseorang yang mengalihkan atensi Salisa dan beberapa kru produksi musik di sana.

Salisa menoleh, pastinya orang itu berkata padanya karena yang bisa dipanggil 'nduk' hanya dia, lainnya pria.

"Kenapa Pak Melt? Di sini aja sih ampe nanti," jawab Salisa pada Pak Meltho yang berada di ambang pintu ruang produksi musik.

"Ngisi acara di pernikahan sobatku mau nggak?"

"Nyanyi? Jam berapa, Pak?"

"Abis maghrib. Bentar doang paling 3-4 lagu."

Salisa menoleh ke arah composer dan arranger yang bekerja dengannya. "Gimana Om, boleh nggak?"

Dua pria paruh baya itu mengacungkan jempolnya. "Aman," katanya.

Salisa pun mengangguk ke arah Pak Meltho. "Bisa, Pak."

"Sipp, yok."

"Sekarang banget ini?"

"Yo kan perlu GR Nduk, piye toooo."

Salisa mengakak lalu bangkit dari duduknya dan berpamitan kepada rekan kerjanya. Setelahnya barulah dia pergi dengan Pak Meltho menuju gedung pernikahan.

"Pak, setelannya gimana? Formal banget atau bebas? Atau ada tema-tema tertentu?" tanya Salisa yang sedang menyetiri mobil rektornya itu.

"Formal. Ga perlu mikir itu, Rimma udah fittingin baju buat kamu."

Salisa menoleh sekilas ke arah Pak Meltho sembari menaikkan kedua alisnya.

"Lah kok?" tanyanya

"Kamu sebenarnya pengganti vokalis sebelumnya yang baru aja kecelakaan siang tadi."

"Innalillah, terus gimana sekarang keadaannya, Pak?"

"Masih di RS ga bisa dateng."

Salisa mengangguk-angguk.

"Entar song listnya lagu jadul semua, Nduk, karena emang temanya mengenang masa lalu. Dangdutnya adalah dikit biar pejabatnya nggak kaku amat."

Salisa mengerutkan keningnya. "Pejabat?"

Pak Meltho mengangguk. "Yang nikah anaknya salah satu pejabat Kemenpora, otomatis para pejabat lain diundang juga. Ada Pak presiden juga nanti."

Waduuuuuh. Berraaaat.

"Pak kenapa saya yang dipilih, artis Bapak banyak tuh yang masih muda dan naik daun. Mana tiba-tiba begini kaget saya tiba-tiba ketemu Pak Pres nanti."

Pak Meltho tertawa ringan. "Saya tahu kualitas dan mental kamu di panggung kek gitu. Artis saya nggak semua bisa, yang bisa juga lagi pada sibuk konser. Apalagi ini lagu-lagu jadul. Saya lihat coveran kamu di tiktok bagus-bagus. Saya ajuin tadi langsung di acc soalnya anaknya tahu kamu."

Salisa tersanjung. Beberapa hari ini dia bertemu dengan orang-orang yang mengenalnya. Meski tak banyak, tapi itu cukup membuatnya terharu.

Lalu tiba-tiba Pak Meltho berkata,

"Nduk, masuk manajemen mau nggak? Menurut saya, kamu bisa sukses kalo bener-bener fokus. Eman-eman lagu bagus kamu nggak dibawain sendiri. Musikalitas juga tinggi."

Jangan Bilang Suka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang