03• 𝐒𝐨𝐫𝐫𝐲, 𝐏𝐨𝐰𝐥

5.7K 328 26
                                    

"Kodenya kenapa diganti, Kak?" tanya seseorang ketika Salisa membuka pintu.

Lalu dia dan sang tamu sama-sama tercekat setelah pintu terbuka lebar dan memperlihatkan masing-masing dengan jelas.

Apa lagi ini ya Tuhaaaaaan???

Sang tamu yang tampak terkejut langsung menetralkan ekspresinya. Dia mengangkat alisnya sekilas sebelum akhirnya mundur beberapa langkah untuk melihat sign plat apartemen, memastikan bahwa dia tak salah tempat.

"Bener kok apartemennya," katanya sembari menggaruk kening karena Salisa hanya diam memandanginya.

Ada jeda sebentar karena sama-sama bingung. Sebelum akhirnya seorang pria berpakaian rapi datang mengambil alih atensi Salisa dan tamunya.

"Pak Ian, jamnya ketinggalan di mobil," katanya sembari mengulurkan jam tangan Rolex ke arah Ronal yang berdiri di depan pintu.

Iya, Ronal, Ronaldian Nugroho, pria yang Salisa temui di bandara tadi adalah orang yang menekan bel tadi.

Pria itu berterima kasih. Namun staffnya itu tak segera beranjak karena menangkap keberadaan orang asing di kediaman atasannya.

"Perlu bantuan, Pak?" tanyanya yang membuat Ronal menggeleng.

"Teman saya," katanya yang membuat staff Ronal akhirnya tersenyum tipis ke arah Salisa sebelum akhirnya pamit.

Setelah kepergian pria tadi, Salisa masih diam di tempatnya mencerna banyak hal, tak mempersilakan Rona masuk dan hanya berdiri di sana.

"Gua  ... boleh masuk?" tanya Rona yang sebenarnya aneh sebab dia minta izin pada orang lain untuk masuk ke apartemennya sendiri.

Salisa segera menyingkir untuk memberikan jalan pada Rona.

Pria itu mengangguk tipis lalu masuk ke dalam.

Salisa di belakangnya menutup pintu lalu membuntuti Ronal yang ternyata menuju ke arah sofa.

"Ron," panggil Salisa.

"Duduk dulu, Sal," katanya sembari membuka jas dari Andre Laurent dan menyisakan turtle neck hitam yang membalut tubuhnya.

Salisa mengangguk. Namun sebelum itu dia mengambil kopinya di pantry dan meletakkannya di meja depan Ronal.

Baru setelah itu dia duduk di seberang sofa pria itu.

Tak ada percakapan untuk beberapa menit karena Ronal sedang menyesap kopi yang awalnya dibuat untuk Salisa sendiri.

Setelahnya Ronal menyandarkan tubuhnya lalu memandang lurus ke arah Salisa di antara cahaya remang-remang.

"I'ts been a long time, Sal ...," ujar Rony dengan suara lembutnya.

Salisa mengangguk-angguk setuju.

Delapan belas tahun bukan waktu yang sebentar.

"Banyak hal yang mau gua tanyain. Kayak ... kenapa lu pergi? Kenapa lu ngilang? Tapi kayaknya gue harus tanya dulu kenapa lu bisa ada di apartemen ini?"

Salisa memilih tak menjawab, dia malah balik bertanya, "Nadira anak kamu?" tanyanya hati-hati.

Ronal terdiam sebentar sebelum akhirnya mengangguk.

Salisa tak terkejut karena dia memang sudah menebaknya sejak dia melihat pria itu tadi.

Pantas nama Twitter anak itu Ayayayaya_ngrhowww ternyata mengambil nama tengah dan nama marganya.

Salisa pun menjelaskan mengapa dia bisa berada di sana, yang sepertinya membuat Ronal sedikit terkejut karena ternyata anaknya berteman dengan Salisa. Ya, meskipun hanya teman virtual.

Jangan Bilang Suka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang