Sepulang kerja badan Salisa rasanya seperti akan copot semua karena seharian di dapur rekaman hanya duduk dan memutar otak. Wajah boleh baby, tapi badan nggak bisa bohong. Kaum kretek-kretek.
Dia pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri. Meski tubuhnya sudah begitu lelah, tapi matanya masih segar. Jadi setelah membersihkan diri Salisa memilih bergabung dengan Nadira di sofa yang sedang menonton film Korea di Netflix.
"Kak Sal nonton horor yuuuu," ajak Nadira saat Salisa duduk di sampingnya.
"Nggak suka horor aku, tapi kalo cuma nemenin sambil baca buku nggak papa?" tanya Salisa yang membuat Nadira mengangguk setuju.
"Kak Salisa mau baca buku apa? Pilih aja di pojok baca," katanya sembari menunjuk lemari buku di pojokan.
"Ada yang menarik?"
"Buku aku mau?"
"Kalo karangan kamu mau."
"Bener? Itu rak kedua paling kanan."
Salisa mengerutkan keningnya. "Beneran nulis buku?"
Nadira mengangguk.
Oiya lupa, Andiman pernah mengatakan padanya bahwa anak Ronal menulis buku.
"Tentang apa?" tanya Salisa sembari membolak-balik buku bercover biru dengan judul: Aku Dunia Bapak.
"Itu tentang perjalanan Papih dari titik nol sampe titik aku berumur 17 tahun. Bisa dibilang perjuangan naik turun Papih sampai sehebat sekarang."
Uwow.
"Diangkat dari kisah nyata?" tanya Salisa sembari kembali duduk di sebelah Nadira.
Anak itu mengangguk. "Kisah nyata Papih yang aku sampaikan dengan bentuk karya novel motivasi. Aku beneran sampe wawancara Papih berbulan-bulan demi buat cerita ini se-real mungkin," ujarnya yang membuat Salisa berdecak kagum.
Dia jadi tak sabar mengetahui seberapa hebatnya perjalanan Ronal hingga membentuk sosok pria itu yang sekarang.
Salisa mulai membaca novel seratus halaman itu. Sementara Nadira mulai menonton film horornya.
Bagian prolog saja sudah membuat Salisa terenyuh dengan kata-kata yang dirangkai Nadira. Ada beberapa paragraf yang membuat Salisa berkaca. Katanya:
Ketika aku lahir, duka mengetuk pintu rumah Bapak. Dia sempat singgah beberapa bulan. Tiba-tiba kemiskinan datang bertamu menggantikan duka yang baru saja pergi. Dia menetap cukup lama hingga Bapak sempat melukai tubuhnya karena benci pada kemiskinan yang menginap begitu lama. Sekian banyak yang dilewati, orang-orang hanya melihat kekayaan yang kini menggantikan kemiskinan menginap di rumah Bapak.
Temanku dengan gampangnya mengatakan, "Kamu beruntung sekali bapakmu kaya bisa minta apa saja, sedangkan aku harus menunggu berbulan-bulan."
Sini-sini, aku ceritakan bagaimana proses Bapak menjadi kaya dari Bapak yang hanya makan nasi dan garam atau kadang nasi basi, lalu aku hanya diberi ASI alias air susu instan.
Ya Tuhan, nggak anak nggak bapaknya semuanya keren. Belum baca saja Salisa dah mau nangis.
Apalagi visualisasinya ada di sebelah Salisa, apa nggak tambah mewek.
Salisa pun fokus membaca. Dia menghiraukan sound dari TV yang begitu horor dan menegangkan. Dia sangat fokus sampai tak sadar bahwa Nadira sudah masuk dalam pelukannya bahkan berlindung di ketiaknya ketika setan muncul di layar TV.
Durasi film selesai bertepatan Salisa membuka halaman ke-50 yang artinya dia sudah membaca setengah dari buku itu. Dan setiap bertemu dengan bab baru, Salisa pasti menangis meskipun harus diam-diam karena malu kalau ketahuan Nadira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Bilang Suka! [END]
RomanceSeason 2 Sejauh apa pun kamu pergi dan selama apa pun kamu menghilang, sejatinya luka itu tak pernah selesai. Ia hanya pergi lebih jauh dalam hatimu sampai akhirnya kamu sadar, bahwa kamu belum pernah sembuh. Salisa Haya Wiratama (39) pernah menghi...