28• 𝙎𝙖𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙋𝙖𝙥𝙞𝙝 𝙎𝙤 𝙈𝙪𝙘𝙝!

6.7K 520 223
                                    

Salisa dan Ronal duduk berhadapan dengan Nadira yang menatap polos pada dua orang dewasa itu.

"Kak Salisa ke mana aja? Kenapa pergi nggak bilang aku? Aku kira Kakak udah pindah loh, untung aja aku cek barang-barang Kakak masih utuh," kata Nadira dengan wajah mencebik.

Salisa menyenggol kaki Ronal, isyarat meminta bantuan.

Yang disenggol sibuk makan jeruk.

Salisa berdecak dalam hatinya. Katanya mau bantuin Salisa jelasin ke Nadira, ini malah sibuk makan!

"Mama aku meninggal, Nad," jelas Salisa yang membuat Nadira langsung berkata, "Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Meninggal kenapa, Kak?"

"Kecelakaan."

Nadira mencebikkan bibirnya.

"Turut berduka cita ya, Kak Sal. Maaf aku nggak tahu."

Salisa mengangguk. "It's okey, aku udah nggak papa."

"Kita sama-sama nggak punya Mama Kak," ujar Nadira.

Ronal tiba-tiba nyeletuk, "Dia doang, Kak. Kamu ada."

Salisa menginjak kaki Ronal.

TIMING WOY TIMING!

Ini masih sedih-sedihan. Nggak ada respect-respect-nya ya Tuhan.

Nadira menatap papanya dengan dahi mengerut. "Aku punya?" tanya Nadira sembari menunjuk dirinya sendiri.

Ronal mengangguk. Dia meletakkan jeruknya lalu dengan tangan yang masih basah oleh sari jeruk itu, dia mengangkat satu tangan Salisa.

"We're already married, Kak," kata Ronal yang membuat Salisa dan Nadira speechless.

PAPIH IH! PERKENALAN MACAM APA INI?? NGGAK KEREN SAMA SEKALI!!

Padahal Nadira sudah menahan diri dan berpura-pura tidak tahu dengan status baru mereka.

"Ya kan, Sal?" tanya Ronal yang membuat jiwa Salisa langsung kembali ke dunia nyata.

Dia segera menginjak kaki pria itu.

"Yang lebih elegan dikit ga bisa, ya?" cicit Salisa dengan bibir tersenyum karena Nadira menatap mereka berdua.

"Tadi terserah gue katanya."

YA TAPI GA GITU JUGA KALI!

Kan kasihan kalo Nadira sampai jantungan mendengar kabar mereka yang tiba-tiba nikah padahal anak itu tahu Salisa memiliki pasangan.

"Kok bisa ....," ujar Nadira menggantung.

Ronal tiba-tiba bangkit. "Panjang ceritanya. Sambil makan siang aja, yuk, Kak. Papih sama Mamih belum makan."

MAMIH NGGAK TUH!

Kepala Salisa rasanya berasap melihat tingkah Ronal yang di luar nalar.

Pakyuu meeen.

Ini pasti karena ada Nadira. Dia tahu bahwa Salisa tak mungkin mencak-mencak di hadapan anak itu. Jadi dia merasa bebas berceletuk ria.

"Kakak sama Papih duduk aja. Kasihan capek. Aku yang siapin semuanya sama Mak Yumi," kata Nadira lalu menuntun bapaknya untuk duduk.

Salisa memilih duduk di seberang Ronal. Dia memamerkan jari tengahnya saat Nadira sibuk meminta ini-itu pada Mak Yumi.

"Mulut lu gue bakar, sumpah," ujar Salisa tanpa suara.

Ronal menaik-turunkan alisnya. "Kenapa, Sal?" tanyanya sengaja disuarakan, membuat Nadira dan Mak Yumi menatap mereka berdua.

Ronal asyuuuuu.

Jangan Bilang Suka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang