32• Om dan Tante

7.3K 512 149
                                    

Ronal baru saja keluar dari bandara setelah baru saja pulang dari negara tetangga melaksanakan tugas dari kementerian. Dia menghela napas melihat jam rolex yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam makan malam yang ketiga dengan rekan kerja. Artinya dia sudah melanglang buana selama tiga hari.

Ronal menghela nafas lagi sembari masuk ke dalam mobil. Dia sedang rindu sekali. Padahal  hanya pergi tiga hari, tapi rasanya sudah sewindu.

Sabar, satu pekerjaan lagi baru dia bisa pulang.

Ronal melihat jam di tangannya lagi, lalu menghela napas. Kakinya juga tak diam. Terus bergerak tak nyaman.

Baru sekarang dia membenci macet. Biasanya dia sedikit suka dengan kemacetan Jakarta karena dengan itu dia bisa mengistirahatkan diri meski hanya sebentar. Namun ketika melihat deretan mobil begitu panjang di depan, Ronal menghela napas panjang lalu menyandarkan punggungnya. Dia memijat keningnya yang pening.

Pak Indra dan Pak Herman di jok depan menggeleng-gelengkan kepalanya. Mereka tahu apa penyebab Ronal begitu. Pasti karena bosnya itu sudah sangat rindu pada wanita yang bisa membuat Ronal melakukan aksi kejar-kejaran seperti film-film India saat di bandara beberapa hari lalu.

"Pak Ian, saya cancel aja makan malamnya? Sepertinya Bapak sudah sangat ingin pulang."

Ronal menggeleng tegas.

Pak Indra mengerutkan keningnya. Lalu terkekeh ketika bosnya itu berkata, "Jangan cancel, suruh Syarla aja dateng wakilin. Ada dirkeu juga 'kan?"

Pak Indra mengangguk.

"Sip. Biar saya aja yang hubungi mereka," ujar Ronal ketika Pak Indra mengambil ponselnya.

Setelahnya Ronal menghubungi Syarla.

"Kak, gue cuti ya. Jangan berani-beraninya nyuruh gue dateng ke acara makan malem itu!"

Sapaan yang sukses membuat Pak Indra dan Pak Herman terkejut dengan suara cempreng Syarla.

Ronal sudah biasa.

"Cuti juga lu paling di apartemen, Syar. Kan jomblo."

"Dah nyuruh, ngeledek lagi. Kaga pokoknya!"

"Gue jadiin lu sekretaris Daniel mampus."

"Semena-mena. Emang siapa lu?"

"Dirut. Puas? Gue lihat-lihat makin ga sopan lu."

"Ini di luar jam kerja ya, bajingan."

"Di luar pun tetep sopan. Gua kakak lu."

"Gila hormat amat."

"Pokoknya dateng ya. Entar biar dijemput Daniel. Bay."

Setelahnya Ronal mematikan teleponnya secara sepihak meskipun dia mendengar bawahannya itu tengah berteriak mengumpatinya.

Ronal mengakak sebentar sebelum akhirnya menelepon Daniel.

"Ji, butuh bantuan PDKT biar CLBK ngga?" ucap Ronal saat panggilan tersambung.

"Ama sapa?"

"Mantan tersayang lu emang ada berapa dah?"

"Banyaklah kesayangan gua," jawab Daniel enteng.

"Syarla masuk yang ke berapa?"

"Kaga termasuk."

"Lah?"

Ronal speechless. Benar-benar bajingan kelas kakap.

"Belum mantan ege. Gue belum setuju putus ama dia, ya meskipun dia ngambil keputusan sepihak. Jadi belum masuk mantan 'kan?"

Jangan Bilang Suka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang