38• Berani yang Dilarang

6.5K 495 67
                                    

"Woy, artis! Sombong sekarang yak. Mentang-mentang lagunya booming jadi nggak beteman ama kita-kita," ujar Powl yang melihat Salisa masuk ke dalam gor.

Maksud 'kita' yang disebut oleh Powl adalah dia, Nadira, dan Ronal yang kini tengah berada di tengah lapangan badminton sedang berolahraga bersama.

"Alay lu," ujar Salisa sembari berjalan ke arah tempat duduk di pinggir lapangan.

Ronal yang melihat itu akhirnya keluar dari permainan untuk mendekati istrinya.

"Bulol," ledek Powl sebelum akhirnya mengajak Nadira bertanding.

"Nad, yang menang saling kasih tahu rahasia, ya," ujar Powl yang membuat Nadira berkacak pinggang.

"Aku tanding sama mantan atlet? Mana bisa, Ompoooool?? Plis deh."

Powl tertawa. "Bisa, bisa. Entar Om pake tenaga Om 10℅ aja."

Nadira berdecak. "Emang mau tahu rahasia apa sih? Aku aja nggak penasaran ama Om."

Powl mengkode Nadira dengan matanya. Maksudnya dia ingin tahu tentang pasutri baru di pinggir lapangan itu.

"Om, jangan keliatan banget ngenesnya jadi jomblo gitu dooooong. Udah tua juga. Cepet nikah sana biar nggak ngepoin Papih Mamih aku terus," ujar Nadira yang terang-terangan meledek Powl tua.

"Entar Om nikah banyak yang patah hati, gimana dong," ujar Powl begitu pedenya. Memang iya sih bakal ada hastag patah hati nasional part 2, tapi kalo diucapin langsung sama orangnya kok jadi nggak waw yah.

Nadira memutar bola matanya lalu mengajak Powl duel dengan menggebu-gebu. Bukan karena dia ingin menang dan tahu rahasia Powl, tapi dia ingin menggebuk Powl dengan smashnya yang tak seberapa itu. Malas sekali melihat sifat pedenya yang setinggi langit itu.

Di sisi lain Ronal yang baru menghampiri Salisa berdiri di depan wanitanya itu yang sudah duduk di pinggir lapangan.

"Semuanya lancar?" tanya Ronal pada istrinya yang baru saja datang dari acara intimate fanmeet.

Salisa mengangguk antusias. "Aku nggak nyangka di umur segini aku punya fanbase yang isinya anak muda semua. Mereka se-support itu ke aku padahal kami nggak saling kenal. Mereka juga bentuk pasukan stream buat naikin lagu aku. Aku terharu banget," ujar Salisa yang membuat Ronal tersenyum lembut dan menepuk lembut kepala Salisa ikut bangga.

"I'm happy for you," katanya.

Salisa tersenyum tipis memandang Ronal. Dia mengambil tangan pria itu untuk digenggam.

"Ron, makasih, ya. Aku tahu ini semua dari Tuhan, tapi kamu juga berperan penting kenapa aku bisa sampai di sini sekarang."

Ronal menggeleng. "Aku nggak bantu apa-apa. Itu semua kerja keras kamu. I'am proud of you, Sayang," ujarnya sembari mencolek dagu Salisa.

Salisa langsung mengusapnya. "Jijik. Kek om-om lu."

Ronal tertawa renyah, lalu duduk di samping Salisa untuk mengobrol sembari menontoni Powl yang sedang bertanding dengan Nadira—yang tentu saja diungguli oleh Powl karena pria itu tak mau mengalah dari Nadira si kicik.

"Kamu gimana? Launching produk lancar?" tanya Salisa yang membuat Ronal mengangguk.

"Semuanya berjalan sesuai yang diprediksi."

"Telat banget tanya ini, tapi kamu ngeluarin produk apa? Aku mau beli, biar ngelarisin produk kamu juga."

Ronal menahan tawanya mendengar ucapan Salisa itu. "Wah kamu baik sekali Istri, tapi suami saranin nggak usah repot-repot."

Jangan Bilang Suka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang