15• 𝘉𝘶𝘬𝘶 𝘒𝘦𝘥𝘶𝘢

4.2K 371 68
                                    

Ronal mengunjungi apartemen Nadira untuk mengambil beberapa berkasnya yang masih di sana. Sekalian dia mau istirahat sebentar. Sugesti atau tidak sekarang kalau dia tak tidur di ranjang anaknya, dia seperti belum beristirahat.

Saat dia masuk, dia melihat Salisa dan Nadira sedang makan siang.

"Papih makan juga? Ini sambel buatan Kak Salisa enak banget," kata anaknya dengan mulut penuh.

Ronal sempat bertabrak pandang dengan Salisa. Dia kira Salisa akan menatapnya dengan tatapan benci seperti di ruang Pak Meltho beberapa hari lalu, ternyata tidak. Tatapan wanita itu kembali seperti biasanya.

Ronal tersenyum tipis pada Nadira. "Papih mau ambil berkas sebentar, habis ini lunch sama rekan bisnis. Thanks ya, Sal udah masakin Nadira," ujarnya.

Salisa mengacungkan jempolnya. Setelannya Ronal beranjak dari sana menuju kamar anaknya.

Pria dengan kemeja navy itu menutup kembali kamar anaknya yang baru dia buka. Matanya langsung tertuju pada tab Nadira yang layarnya menampilkan foto Powl yang diedit begitu kreatif.

Ronal melotot. Ternyata Powl benar, Nadira suka pada sobatnya itu.

SHIT!

Pintu yang baru dia tutup kembali terbuka menampilkan Nadira yang terlihat panik. Anaknya itu langsung berlari ke arah ranjang dan mematikan tabnya. Setelahnya dia menatap ayahnya dengan cengiran polosnya.

Ronal berusaha tenang. Dia berjalan santai ke arah kursi belajar Nadira, duduk di sana, dan menghela napas.

"Kak," panggilnya yang membuat Nadira berdiri tegak.

"Bentar, cuci tangan dulu," kata Nadira sembari menunjukkan tangannya yang masih belepotan sambal. Nadira langsung ngacir begitu saja ke dalam kamar mandi.

Ronal memijat keningnya yang tiba-tiba pusing. Dia tak pernah melarang Nadira berpacaran atau suka pada orang, tapi kalo ini Powlian TIDAK BISA DIBIARKAN!

Umur mereka terlalu jauh!

Iya sih, tak mungkin juga Powl suka pada Nadira, tapi tetapi saja perasaannya tak tenang jika anaknya suka pada Powl.

Beberapa menit setelahnya Nadira keluar dari kamar mandi lalu berdiri di depan ayahnya.

"Kak--" ucapan Ronal langsung dipotong.

"Papih tahu Kak Salisa mau nikah?" tanya Nadira yang membuat Ronal sempat terdiam sepersekian detik.

"Kak jangan potong ucapan, Papih."

"Bulan depan Kak Salisa nikahnya," potong Nadira lagi.

Oke, kali ini Ronal diam dan menghela napas.

"Papih nggak mau ngehentiin Kak Salisa?" tanya Nadira dengan tatapan polosnya

Ronal menatap anaknya. "Kenapa Papih harus, Kak?"

"Karena Papih masih suka Kak Salisa 'kan?" ujar Nadira yang membuat Ronal terkejut.

Anaknya tahu??

Jangan Bilang Suka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang