04• 𝓝𝓸𝓼𝓽𝓪𝓵𝓰𝓲𝓪

5.4K 372 62
                                    

Powl puas sekali setelah membuat teman-temannya mengiri.

"Salah sendiri pas mereka ketemu Salisa di Jogja nggak ngajak gue," celetuk Powl yang membuat Salisa mengerutkan keningnya.

"Boong mereka tuh, nggak ada yang pernah ketemu gue," ujarnya yang membuat Powl melotot.

"JADI GUE DIOBOONGIN SI NOPIAKK?" tanya Powl yang membuat Salisa nengangguk.

Powl memukul pahanya penuh dendam. "Awas lu, Nop. Entar ketemu, gue tonjok lu," katanya bersungguh-sungguh.

Salisa dan Ronal hanya menggeleng-geleng sembari menikmati kopi hitam mereka.

"Punya gue mana?" tanya Powl ketika melihat hanya ada dua cangkir kopi.

"Mau gue buati?" tawar Salisa.

Powl mengangguk. "Ga pake gula, ya, Mak," pintanya yang membuat Salisa mengacungkan jempolnya.

Saat Salisa sedang membuatkan Powl kopi, seseorang membuka pintu kamar. Tentu saja pelakunya adalah Nadira.

Wanita itu keluar kamar sembari mengucek matanya.

Dia menyapa Ronal dan Powl. Herannya anak itu tak terkejut melihat bapaknya ada di apartemen itu.

Katanya bapaknya jarang ke apartemen?

"Udah bangun? Pembalutnya Papih taruh di kamar mandi," ujar Ronal yang membuat Salisa menoleh.

Jadi Nadira tahu bapaknya mau datang semalam??

Anak berumur 17 tahun itu duduk di sebelah papanya sembari meletakkan kepalanya di meja. "Papih mau susu hangat," katanya manja yang membuat Ronal mengangguk dan segera bangkit menuju pantry untuk membuat minuman yang dimau anaknya.

Salisa yang berdiri di sebelah Ronal melihat segala gerakan lihai pria itu.

Seorang Ronal yang dulunya kek kanebo kering sekarang mengasuh anaknya dengan sifat kebapakan??

Uwawww.

"Kaget banget liat gue buat susu?" tanya Ronal ketika merasa diperhatikan oleh Salisa.

Salisa mengangguk. "Kek nggak percaya aja ini Ronal yang gue kenal."

Pria itu tersenyum tipis. "Single parents harus serba bisa," bisiknya sebelum akhirnya pergi lebih dulu ke arah meja, diikuti oleh Salisa di belakangnya.

Mereka berempat akhirnya berkumpul di bar kecil apartemen Ronal sembari menikmati minuman hangat, menyambut mentari yang tak kalah hangat.

"Papi, kenalin, ini temen Twitter aku, namanya Kak Salisa. Dia baru pindah ke Jakarta, jadi aku suruh tinggal di sini soalnya aku sendiri. Sorry ya, Kakak nggak izin ke Papi dulu, janji nggak aku ulang. Kemarin juga udah dikasih tahu Kak Salisa. Kakak sorry ya, Papih," ujar Nadira sembari memegang gelas susunya dengan kedua tangannya.

Tatapannya polos, membuat anak itu terlihat begitu menggemaskan.

Ronal tersenyum tipis lalu melarikan jemarinya ke arah anak rambut Nadira yang keluar dari hijab instannya, memasukkannya kembali agar tertutupi.

"Nggak papa, kebetulan Kak Salisa temen Papih."

Nadira melotot. "Hah? Emang iya?" katanya kaget, tapi Salisa menangkap nada kaget yang nanggung dan senyum tipis di ujung bibirnya.

Bohong? Atau gimana ini??

Lalu atensi teralihkan pada Powlian yang tiba-tiba nyerocos panjang tentang masa muda mereka alias masa di mana mereka menjabat sebagai presma dan wapres BEM.

Jangan Bilang Suka! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang