🚫 𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐩𝐥𝐚𝐠𝐢𝐚𝐫𝐢𝐳𝐞 𝐭𝐡𝐢𝐬 𝐰𝐨𝐫𝐤𝐬.
Sungjake | ABO | Enigma x Alpha.
Takdir.
Takdirnya diubah oleh dia yang memiliki kuasa, lika-liku kehidupannya dipaksa berbeda.
Ini kisah seorang Alpha yang bertemu dominannya,
Seorang, Enigma...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Langit cerah, bahkan langit biru terlihat enak dipandang. Kesanalah arah pandang pria bersurai pirang itu, yang tak lain adalah Jion. Ekspresinya tak ada, menandakan pikirannya kosong.
Terakhir kali dirinya di gang sepi ditengah guyuran hujan, beserta punggung Shan yang berbalik. Dan saat kembali membuka netra yang ia lihat kamar rumah sakit.
"Anda keguguran."
Dan kalimat itu juga yang ia dengar saat membuka matanya.
Saat ia terlelap, bunga tidur yang bernuansa putih beserta gelembung yang akan menghampirinya tidak ada, menyadari hal itu Jion mengepalkan tanganya, rasanya ia kehilangan akan sesuatu untuk kedua kalinya.
Lalu suara pintu dibuka terdengar, Jion pun sama sekali tak bergeming, ia masih menghadap keluar sana. Dan kemudian terasa seruas jari mengelus permukaan pipinya, barulah ia menghadap pada pelakunya,
"Aku kehilangannya."
"Kita kehilangannya."
Mereka berucap disaat bersamaan, dan disaat mereka bertemu tatap itu lah netra Jion mulai berkaca.
Jion tau kerja tubuhnya tak seharusnya bisa mengandung, namun saat dinyatakan hal seperti itu dari dokter dan juga ia merasakan sendiri rasa kehilangannya, ia merasa hampa.
"JANGAN MENDEKAT!!" Histeris Jion segera disaat Shan hendak semakin mendekati dirinya.
Shan sempat membatu di pekiki Jion begitu, namun ia tetap kekeuh ingin mendekap tubuh kecil yang perutnya terbalut perban. Hingga, Prangg!
Kali ini Jion berhasil membuat pria satu itu diam. "Ku-kubilang jang-an mendekat..." Ia terbata setelah melakukan tindakannya, "Ken-kenapa kau.. tidak menghindar..?" Rasa bersalah langsung menyelimutinya kala mendapati sedikitnya darah mengalir dari kepala menghiasi wajah Shan.
Pecahan Vas bunga berserakan di antara mereka, Shan usai dengan terdiamnya, ia membersihkan sedikit serpihan yang jatuh di ranjang pasien Jion tempati. Sedangkan Jion, netranya mengikuti pergerakan Shan dengan takut-takut. "Sha-Shan..."
Tak kunjung mendapat sahutan, Jion meraih ujung baju pria itu, "Shan..." panggilnya dengan suara bergetar.
Tidak menjawab panggilan atas namanya, Shan mendekap Jion, membawanya masuk ke dalam dekapannya. Satu tangannya bergerak untuk memberi elusan halus pada surai pirang milik si empu.
Jion tertegun mendapati dirinya diperlakukan demikian, tangannya membalas balik dekapan itu. "Aku tak berhasil menjaganya..." Suaranya getir, hingga Shan merasa bahunya sedikit basah. Maka feromon menenangkan miliknya mengudara untuk matenya itu.
Tangannya menepuk kecil pada punggung sempit milik Jion, "Itu salahku," akunya, lalu mendorong pelan bahu Jion untuk saling bertemu tatap, ia menyempatkan dirinya membersihkan darah yang mengalir di wajahnya menggunakan tisu yang tak jauh dari sana.
Lalu kembali lagi menatap lurus pada manik berair Jion, "Itu salahku, menyakinkan bahwa segalanya adalah milikku." Tak membiarkan Jion menyahut, ia langsung menyambar bibir tebal milik si empu.
Jion terdiam, berusaha mencerna maksud dari Shan. Ia simpulkan Shan meminta maaf atas segalanya yang terjadi pada benang takdir miliknya yang ia paksa putuskan dan dilanjutkan bersamanya.
Setelah menyesap singkat ranum Jion, Shan kembali mendekapnya, membiar Jion lebih leluasa. untuk menghirup aromanya.
"Shan... Aku merindukanmu."
Shan mengulas senyumnya tipis, "Aku juga. Maka kembali padaku, Jion."
Mereka sedang saling mendekap, tanpa melihat Shan dapat merasakan Jion mengangguk menyetujui ucapannya. Dan Jion yang tak melihat Shan mengembangkan senyum kemenangannya.
Ia menang atas takdir yang ia inginkan.
Menaklukkan hal yang ia inginkan itu tak ada rintangannya. Karena, ia terlahir sebagai Enigma. Moon goddes menghadirkan dirinya untuk hal seperti ini, kan? Perjudian ditakdirnya, menang atau kalah dalam merangkai takdirnya sendiri.
Kepala Jion bergerak, mendusel lebih dalam pada tubuh Shan, "Shan.. Aku kehilangannya.." Tuturnya sama sekali lagi, jelas sekali ia merasa kehilangan.
"Tak apa, kita bisa membuatnya lagi."
Bugh!
Jion memukul keras perut pria menyebalkan itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.