Dia benar-benar pergi

21 3 0
                                    

Grazi tiba-tiba menarik kerah kemeja Zeno dan memberikan bogeman mentah di wajah tampan Zeno, membuat mereka semua terkejut melihatnya.

"DOKTER MACAM APA LO? TIAP HARI NGOBATIN ORANG LAIN, SEKARANG ADEK GW AJA LO GA BISA SELAMATKAN? PERCUMA LO SARJANA KALO GA BISA NOLONG ORANG DALAM KEADAAN SULIT" Zeno menatap nyalang ke arah Grazi, ia tak menyangka dengan apa yang baru saja terjadi.

Lio segera menuju ke arah Grazi.

Bughh

Mereka di buat tambah terkejut saat tubuh Grazi terpental ke tembok, ketika Lio tak segan menendang Grazi tepat sesaat setelah Grazi menyerang Zeno.

"Mulut lo jangan kaya gak pernah di sekolahin Graz. Percuma lo jadi manusia terhormat kalo lo ga bisa menghargai usaha orang lain" Ucap Lio membuat hati Grazi sedikit tersentil.

Grazi berjalan kearah brankar dimana Serlin berada.

"Serlin, dengerin kakak ya, kamu harus bangun gak boleh tinggalin kakak, ingat sama anak-anak kamu, kamu harus bangun dek, BANGUN KAKAK MOHON BANGUN SERLINNNN!" Grazi tak kuasa menahan tangis dan terus menggoncang tubuh sang adik berharap ia dapat membuka matanya kembali.

"KAMU PERNAH BILANG KALO KAMU BAKAL TERUS SAMA KAKAK DI SINI, KAMU BAKAL DI SAMPING KAKAK TERUS, MANA BUKTINYA SERLIN JAWAB!" Grazi terus-menerus berteriak di dalam ruangan tersebut, mereka yang melihatnya pun sama tak bisa membendung perasaan duka mereka.

Lio, Lian, Orland, dan Rion mendekat ke arah brankar lalu mereka memeluk erat mayat sang adik yang terasa sangat dingin dan kaku.

Mereka masih tak percaya dengan apa yang telah terjadi di hadapannya.

Haruskah secepat ini?

Haruskah mereka menemui penyesalan terbesar seumur hidup mereka setelah ini?

Apakah ini hukuman karena mereka telah menyia-nyiakan sosok berharga dalam hidup mereka?

Mereka masih setia menatap wajah pucat pasi di hadapannya, mereka masih tak menyangka dan terus tak percaya dengan kepergian sang adik.

"Dek, kakak minta maaf kalo selama kamu hidup bersama kakak, kakak selalu buat kamu menderita, kakak selalu buat kamu merasa tersiksa, kakak minta maaf" Bisik Lio tepat di samping telinga Serlin, ia mengecup lama kening Serlin sebelum akhirnya memilih bangkit menghampiri Zeno.

Disusul dengan Lian yang mendekat ke arah adiknya.

"Maafin kakak kalo selama ini belum bisa jadi kakak yang baik buat kamu, kakak cuma bisa mengikhlaskan kepergian kamu sayang" Ucap Lian dengan lirih, ia tak bisa menahan air matanya yang mengalir semakin deras, ia akui semasa hidup Serlin tak dekat dengannya karena Lian sibuk dengan dunianya sendiri.

Ia menciumi seluruh wajah adiknya untuk yang terakhir.

Orland pun melakukan hal yang sama dengan kedua kakaknya.

"Sekarang udah ga sakit lagi ya bidadari kakak, pergi dengan tenang sayang, kakak janji bakal bantu Zernan buat jaga malaikat kecil kamu" Orland sudah tak dapat menahan sesak di dadanya yang semakin menyeruak, ia segera menyeka air matanya yang hampir jatuh, karena ia adalah pria yang paling anti dengan air mata.

Rion hanya diam di dekat brankar sang adik, ia tak berniat bangkit dan lagi-lagi disebabkan karena syok atas kepergian adiknya.

"Rion, ucapkan salam perpisahanmu kepada adikmu" Titah Orland namun Rion bergeming dan masih menatap kosong ke arah jenazah adiknya, ia maju selangkah dan mengusap kepala Serlin yang terbalut hijab.

"Kakak minta maaf ya kali belum bisa jadi kakak yang baik buat kamu, InshaAllah kakak ikhlas kalo ini jalan yang kamu pilih, titip salam kakak buat papah Daniel dan mamah Devi di sana, semoga kamu menjadi bintang yang selalu menyinari kegelapan kami sayang" Rion memeluk adiknya erat untuk yang terakhir kalinya.

Dista (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang