السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰه وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ ْاللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الْرَحِمِ
"Pada akhirnya semua cerita akan berakhir dan harus ada pengikhlasan untuk setiap ending dari cerita tersebut, dan ini merupakan akhir dari segala episode yang telah terangkai"
🌻JANGAN LUPA BERSYUKUR HARI INI 🌻
🌻Happy Reading 🌻
Kini banyak sekali orang yang mengikuti prosesi pemakaman Serlin, seorang putri dari mantan pendeta sekaligus aktor terkenal.
Acara ini pun tak luput dari mata media, sekarang banyak sekali kamera yang menyorot ke arah makam sang mendiang, berlomba-lomba mengumpulkan informasi untuk khalayak yang seharusnya tidak mereka lakukan dalam keadaan berkabung.
"Grazi, kita turun ke liang lahat dan jangan sampai air mata menetes ya" Ujar Lio sebagai kakak tertua berusaha menguatkan sang adik.
Grazi hanya mengangguk dengan tatapan kosong lalu di bantu oleh kakaknya untuk turun ke liang lahat.
Kini Lio, Grazi dan Orland berada di liang lahat untuk menerima jenazah Serlin dan menaruhnya di dalam tanah, sedangkan Lian dan Rion berada di atas untuk membopong mayat sang adik dan memasukkan ke dalam kubur.
Dengan sangat hati-hati mereka melakukan hal tersebut dan itu semua di saksikan oleh ribuan orang yang berta'ziah tak terkecuali para sahabat Dista yang berada di hadapan makam istri dari sahabatnya, di samping makam Serlin terdapat makam baru yang juga masih terlihat bunga segar di tabur di atasnya.
Ya, itu adalah makam seorang Dista Adhanta, Zernan sendirian yang mengusulkan untuk memakamkan Serlin di samping makam suaminya.
"Allahuakbar allahuakbar" Suara Lio mengumandangkan adzan pun terdengar pilu di telinga para pelayat, ini adalah terakhir kalinya ia mengumandangkan adzan di telinga sang adik, walaupun saat lahir ke dunia Serlin tak mendapatkan moment seperti ini.
Setelah itu mereka mulai menutupi makam Serlin dengan tanah sehingga membentuk gundukan.
Baik kelima kakak Serlin maupun para sahabat Dista serta seluruh tamu yang hadir kompak menaburi bunga di atas makam baru di hadapan mereka.
Satu persatu manusia telah pulang ke rumah masing-masing, kini tersisa Lio, Lian, Orland, Grazi, Rion, Gracel, Zernan, Zeno, Elka, Axel dan Feregos yang setia memandangi makam baru di hadapannya.
Grazi berjongkok di hadapan makam adiknya, entah apa yang ia rasakan sekarang, tatapannya kosong menatan nisan yang bertuliskan nama sang adik.
"Dek" Ucapnya lirih, ia tak bisa berbohong, saat ini dadanya sangat sesak, seolah ada batu besar yang menghimpitnya, bahkan untuk bernapas pun sulit.
Gracel yang juga tak kuasa melihat suaminya terlihat rapuh, ia pun ikut serta berjongkok di samping Grazi dan mengusap pundak sang suami, mencoba menenangkannya.
"Semesta ga adil dek" Ucap Grazi kembali meneteskan air mata.
"Sejahat ini Tuhan sama kakak, sampai dia ngambil semua yang berharga di hidup kakak, mulai dari papah, mamah Devi dan sekarang kamu" Grazi mencengkram gundukan tanah di hadapannya sembari menangis tersedu-sedu membuat siapapun yang melihatnya pasti merasakan kepiluan yang ia rasakan.
"Kenapa dek? Kenapa kami milih buat tinggalin kakak?"
"Disaat kakak belum bisa menebus kesalahan kakak yang udah fatal"
Grazi menjeda ucapannya sejenak untuk mengambil pasokan napas sebanyak-banyaknya.
"Sekarang penderitaan terbesar kakak udah di depan mata dek, dimana kamu meninggalkan kakak dengan penyesalan mendalam"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dista (TAMAT)
Roman pour Adolescents⚠️ 𝙋𝙡𝙖𝙜𝙞𝙖𝙩 𝙢𝙞𝙣𝙜𝙜𝙞𝙧!!! 𝙃𝘼𝙆 𝘾𝙄𝙋𝙏𝘼 𝘿𝙄 𝘼𝙒𝘼𝙎𝙄 𝙊𝙇𝙀𝙃 𝙈𝘼𝙇𝘼𝙄𝙆𝘼𝙏!