Eden bangun pagi langsung ditugasi mengisi bak mandi Royce. Pekerjaan yang sama yang dilakukannya di r8umah Echidna. Hanya saja kali ini majikannya sangat menyebalkan. Eden tak sendiri, ia dibantu pelayan lain yang siap menuangkan wewangian dan juga memandikan Royce.
"Gosok Punggungku." Perintahnya pada Eden tapi yang maju malah Celia. "Bukan kau tapi Eden."
Dengan muka cemberut Eden maju. Semua pelayan langsung ke luar ketika tahu kalau sang ksatria hanya menginginkan Eden.
"Kenapa kau tidak menggosok punggungmu sendiri. Kau sudah dewasa. Apa perlu dimandikan orang lain?"
"Aku penguasa. Terserah aku mau memerintah apa. Masih untung kau Cuma ku suruh menggosok punggung bukan ikut bergabung mandi bersamaku."
Sorcha kaget dan hampir melempar kain ke kepala Royce. "Mandimu juga kepagian." Protesnya.
"Kegiatan yang paling ku sukai adalah mandi. Aku mau mandi lama-lama. Cucikan sekalian rambutku."
Sorcha melotot, Royce memang menyebalkan. Ia ingin melawan, menjambak rambut Royce sampai rontok tapi ia ingat kalau statusnya hanya pelayan jadi Sorcha harus menuruti semua keinginan Royce.
"Pakaian baju perangku tapi hanya satu lapis besi karena aku akan pergi latihan."
Sorcha menurut, ia memasang semua perlengkapan Royce. Mulai dari baju katun lapisan pertama, baju besi yang berbentuk rantai, gelang tangan dan juga celana besi yang hanya sebatas paha.
"Kau tampak fasih mengenakan baju perang pada pria. Apa kau sudah sering melakukannya? Siapa prajurit yang beruntung itu. Apa dia calon suamimu?"
"Bukan urusanmu!" jawabnya ketus sambil mengambil pedang Royce yang tergantung di dinding. Ia berhenti sejenak ketika melihat sebuah pedang yang ukurannya aneh, yang diletakkan di atas pedang milik Royce. Pedang itu tipis dan besarnya, separuh pedang yang biasanya dipakai para ksatria. Pegangan pedang itu dihiasi batu permata berwarna merah.
"Kenapa? Kau tertarik dengan pedang itu?"
"Pedangnya cantik," jawabnya singkat.
"Pedang itu ringan dan tajam. Ku pesan khusus untuk istriku tapi dia keburu meninggal."
Sorcha tersentuh, pria yang bersikap seenaknya sendiri ini ternyata pernah mencintai seorang wanita. Royce sampai membuatkan pedang agar hati istrinya senang.
"Kau mencintainya?" Tanya Sorcha sambil berjongkok memasang besi untuk melindungi kaki.
"Iya. Aku mencintainya."
"Istrimu wanita yang sangat beruntung."
"Kau mau mendapatkan keberuntungan itu juga?" Rayu Royce sambil tersenyum.
"Tidak," jawabnya singkat dan tegas lalu menyelesaikan tugasnya.
"Aku mau kau menemaniku sarapan."
"Apa aku juga akan menemanimu berlatih?"
"Tidak. Selama aku berlatih, kau boleh melakukan hal lain. Aku akan memanggilmu kalau membutuhkanmu."
Sorcha tersenyum lega karena akhirnya dia terbebas dari Royce. Ia bisa bertahan kalau kegiatannya Cuma ringan-ringan lagi pula kalau bersama dengan Royce. Sorcha tidak akan kelaparan.
**
Garrick mengajari Mitya memancing ikan di sungai. Mitya pandai memasak tapi untuk berburu, ia kalah telak dari Michael. Mitya tidak bisa menggunakan pedang, hanya belati dan panah walau tak sejago Sorcha. Beberapa hari ini Mitya bahagia karena bisa terus bersama Garrick sedang Michael cemberut di tepi. Umpannya tidak dimakan, hatinya penat karena cemburu tapi tak bisa berbuat apa-apa karena di mata para Prajurit Mitya itu pria. Interaksi Garrick dan Mitya terlihat seolah majikan yang baik pada bawahannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Greywolf castle
Historical FictionSorcha, putri Baron Goldwil dari kastil Gerham di Fraline memiliki impian menjadi ratu Raja John. Sedari kecil Sorcha, diajari ibunya membaca, berhitung, menjadi nyonya rumah yang baik, diberi perbekalan ekstra tentang keterampilan mengatur negara...