bab 26

196 37 6
                                    

Semua orang di Kastil sibuk menyambut kedatangan Lady Annelis yang akan datang beberapa hari lagi. Sorcha menggosok lantai dibantu oleh pelayan lain. Kamar-kamar yang tidak terpakai dibersihkan. Tirai dan spreinya diganti dengan kain-kain yang halus dan baru. Para ibu juga datang ke Kastil untuk membantu mempersiapkan hidangan dan kue-kue manis. Kastil menjadi penuh, rakyat bersuka ria karena akan memperoleh Lady baru.

"Bisa kau ikut denganku. Bawakan juga kain-kain, lentera, dan alat-alat kebersihan," pinta Echidna pada Eden. Ia tidak tahan ketika melihat gadis itu disuruh menggosok lantai.

Eden berdiri mematuhi perintah Echidna lalu mengikuti istri Sir Gerald itu naik ke atas. Tujuan mereka adalah kamar Lady kastil, sebuah ruangan di samping kamar Royce.

"Kamar ini sudah lama tidak diisi atau dijamah." Kamar itu tampak bersih walau tidak pernah dikunjungi. Sprei dan tirainya juga tidak berdebu. Pemandangan dari kamar ini langsung ke Hutan Agrapia sebelah selatan. Ke arah puncak bukit, di mana tempat pasukan berlatih. Mungkin di sini dulu Sella selalu memandang Royce.

"Ayo ganti tirai, seprai dan pasang kelambunya." Sorcha tersentak karena menyadari sempat mengabaikan pekerjaannya. Ranjang tempat tidurnya dari kayu yang dikelilingi ukiran bunga. Ranjang bertiang empat tanpa kelambu.

"Kamar ini kosong hampir sepuluh tahun dan kini akan ada yang menempati."

Echidna sengaja mengucapkannya keras-keras agar Eden sadar bahwa Royce akan ada yang memiliki. Raut muka Eden yang murung membuat ia menyadari jika kedekatan Eden dan Royce bisa sangat berbahaya. Jika Eden itu ternyata putri Goldwil maka sikapnya ini sudah tepat untuk mencegah peperangan.

"Apakah anda sudah pernah bertemu lady Annelis?" tanya Sorcha sambil mengambil kursi untuk memasang tirai.

"Tentu. Dia anak yang manis. Walau mungil, dia gadis yang cerdas. Dia punya ketertarikan yang sama denganmu, dia tertarik dengan tanaman obat. Kalian pasti cocok. Akan kuusulkan kau menjadi pelayannya."

"Tidak usah." Tolak Sorcha panik. Ia sampai hampir jatuh dari kursi.

"Berhati-hatilah kalau bekerja."

"Kalau uang saya terkumpul. Saya akan pergi dari sini. Tak enak kalau semisal saya jadi pelayan Lady Annelis. Beliau harus mencari pelayan baru saat saya pergi ke Joset."

Echidna hampir menangis ketika ingat bahwa Eden suatu hari akan pergi meninggalkan Kastil. Pergi ke Joset, tempat pamannya, adik Eleanor.

"Apa kau tidak bisa menetap di sini?"

"Tidak. Saya punya keluarga di Joset, sementara di sini saya sebatang kara," jawabnya sebagai alasan. Semakin lama ia berada di Kastil semakin lama ia tersiksa dengan perasaan asingnya pada Royce sedang Echidna berusaha mati-matian menahan ucapan kalau ia adalah bibi Eden dari pihak Eleanor. Suaminya sudah setuju untuk mengirimkan orang ke Gerham. Ini hanya masalah waktu yang membuktikan instingnya benar. "Apa pernikahan mereka juga akan segera dilangsungkan?"

"Iya. Kalau keduanya setuju. Mungkin bulan depan mereka bisa menikah di gereja Kastil."

Sorcha seperti orang bodoh yang tidak menyadari perasaannya. Sampai kapan ia akan menguji ketekatan hatinya. Berusaha tegar padahal ekspresi rapuhnya tidak bisa disembunyikan. Berusaha menepis kalau punya perasaan khusus pada Royce tapi hatinya semakin digerogoti luka. Sorcha akan menjadi Ratu. Perasaan ini tak pantas dan tabu. Bagaimana dia bisa menjadi pendamping Raja jika memiliki perasaan khusus pada panglimanya. Ya Tuhan nasib naas apa yang sedang menimpanya.

"Saya sudah selesai memasang tirai. Ada yang bisa saya bantu?"

"Tolong bantu aku memasang sprei dan kelambu"

Greywolf castleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang