Royce mengambil beberapa tangkai bunga poppy dan lavender. Ia letakkan bunga-bunga itu di atas pusara Sella yang terbuat dari batu pualam putih. Di sini seluruh anggota keluarganya di makamkan. Ada ayah, ibu dan kakak-kakaknya. Orang tua Sir Gerald pun juga dimakamkan di sini. Makam ini terletak di bukit dekat Hutan utara Kastil, di sisi sungai Luwdon yang besar dan panjang yang akan bermuara ke lautan.
Daerah Luwdon tumbuh subur karena berada di paling barat, dekat dengan tebing dan juga pantai. Agrapia sangat luas membentang dari daerah perbatasan Tures yang penuh dengan lahan pertanian, masuk ke tengah didominasi oleh hutan lalu di ujungnya ditutupi dengan pesisir pantai serta tebing. Daerah Agrapia bisa dikatakan daerah terluas dan terlengkap di daratan Inggris. Prajurit Royce yang berjumlah ribuan menyebar ke seluruh Agrapia. Penduduk Agrapia ada juga yang bekerja sebagai petani, peternak, pedagang, pandai besi, nelayan dan banyak lagi. Sang Greywolf mampu mendirikan kerajaan sendiri jika menginginkannya. Ia punya pasukan perang, wilayah terluas, rakyat yang setia dan dukungan para Baron. Sayangnya Royce belum memiliki ratu.
"Aku akan sering-sering datang untuk mengunjungi kau dan anak kita." Karena Bangsa Normadia telah dipukul mundur sehingga musuh Inggris untuk sementara tidak ada. Royce mengunjungi makam Sella setelah memenangkan peperangan. Semoga setelah ini John tidak menimbulkan masalah sehingga ia harus ikut turun tangan.
"Maaf, aku kembali hidup dan belum menyusulmu." Mengingat itu Royce tersenyum pedih. "Padahal tanganku berlumur dosa tapi kenapa Tuhan masih sayang padaku. Aku juga jarang ke gereja. Kenapa Tuhan malah memberiku umur yang panjang?"
"Apakah kau kira aku terlalu keras menghukum diriku sendiri?" elusnya pada nisan Sella yang bersih. Royce rutin menyuruh pelayan untuk mengurus tempat ini.
"Kau mencintaiku, cintamu begitu tulus hingga aku tak sanggup memberi cinta yang sama besarnya." Royce sudah hampir sepuluh tahun berduka. Berpuluh-puluh orang selalu menasehatinya untuk melupakan Sella dan melanjutkan hidup. Ini saatnya ia berpikir dengan bijak. Karena yang mati tak akan pernah bisa kembali. Royce berpuluh-puluh kali menantang kematiannya tapi Tuhan memberinya kesemapatan hidup lama, tentu ada tujuannya.
"Aku mau melanjutkan hidup dan garis keturunanku. Kalau kau ada, kau juga tidak akan setuju kalau aku melajang seumur hidup, meratapi kehilanganmu begitu lama kan."
Royce melangkah mundur, mengamati nisan Sella untuk yang terakhir kalinya sebelum kembali ke Kastil. Ia sudah memutuskan untuk memilih seorang istri. Anak-anak perempuan dari Baron, pilihan yang baik tapi ia hanya butuh pendamping yang setia dan bisa memberinya keturunan. Royce akan mengirim surat ke Roul untuk melakukan pendekatan ke Annelise. Royce tak mau menikahi kucing dalam karung. Jika mereka menikah, maka mereka setidaknya akrab satu sama lain.
Ketika sedang menikmati udara sejuk pohon-pohon rindang sambil memikirkan cara untuk mendekati perempuan. Royce mendengar teriakan seseorang yang menyebut 'beruang'. Binatang buas itu sudah ia singkirkan ke hutan paling selatan agar tak sampai masuk ke kastil atau berada di dekat Kastil hingga menakuti penduduk. Royce tidak mau binatang malang itu diburu karena melukai manusia. Makanya ia membuat pembagian wilayah termasuk untuk hewan buas.
Royce segera mengambil pedang dan berlari ke arah sumber suara. Semoga ia tidak datang terlambat. Banyak orang mati atau terluka parah ketika diserang gigitan beruang. Royce pernah mencoba latihan dengan Seekor Beruang dan ia tak mau mengulanginya lagi.
Royce tersentak kaget ketika suara raungan keras beruang bergema. Apa pria yang berteriak tadi sekawanan pemburu. Ia mempercepat larinya. Setelah sampai Royce lebih terkejut lagi melihat seorang wanita mengangkat busur panah. Panahnya mengenai kaki kiri si beruang hingga binatang itu jatuh terduduk tapi sang Beruang belum menyerah. Beruang berbulu gelaap itu masih bisa bangkit dengan satu anak panah di kakinya. Satu anak panah lagi menancap di paha sisi kanan beruang ketika si beruang berusaha berdiri. Dua panah itu tidak menyerang daerah vital hingga tidak mematikan tapi cukup untuk menghentikan pengejaran binantang pemakan daging itu. Raung kesakitan si Beruang menggaum keras hingga membuat burung berterbangan. Royce melihat sang beruang akhirnya menyerah dan balik badan menjauhi mangsanya dengan kaki terpincang-pincang.
"Ya Tuhan." Elias langsung membuat tanda salib. Pria itu masih terjatuh ke tanah karena tersandung saat lari. "Terima kasih Eden, kau menyelamatkan nyawaku. Aku tidak tahu bagaimana nasibku bila tidak ada dirimu." Kini Elias mulai berlebihan, pria itu mengucapkannya dengan berderai air mata.
"Kalau aku meninggal karena diserang Beruang. Bagaimana nasib ibukku?" ucapan Elias terus berlanjut. Pria itu gemetaran. Sorcha kini yang berdoa semoga Elias tidak terus membawa nama ibunya.
Mata Royce seketika melebar ketika sadar siapa si wanita pemanah. Wanita cantik dengan kemampuan memanah yang luar biasa itu Eden. Tak mudah membidik sasaran yang bergerak. Panah Eden pun tak sampai mengenai Elias yang jaraknya dekat dari si beruang.
"Kau harusnya menggunakan pedangmu! Bukannya malah lari! Dasar kau pengecut!"
"Beruang itu sangat besar. Kalau aku menebasnya, kemungkinan aku juga ditebas oleh cakarnya. Aku masih sayang nyawaku. Paling tidak aku harus mati secara terhormat sebagai seorang prajurit, yang gugur di medan perang."
Sorcha berkacak pinggang sambil memutar bola matanya ke atas. "Melihat Beruang saja kau takut setengah mati, Masih mau berperang? Siapa orang dungu yang mau mengirimmu ke sana?" Dan pikiran kurang ajarnya mengarah ke Royce. Pria itu selain perayu ulung juga pemimpin yang buruk, karena menjadikan orang seperti Elias sebagai anggota pasukannya.
Keheningan meliputi mereka. Elias menundukkan wajah. Ia merasa malu dan menyesal pernah mengatai Eden pelacur. Elias juga malu karena diselamatkan oleh seorang wanita. Sorcha sendiri diam karena merasakan hal lain. Serangan Beruang membuatnya sangat waspada. Berapa banyak lagi hewan buas yang mereka akan temui. Apa panahnya cukup untuk melindungi dirinya. Tiba-tiba Sorcha mengangkat busurnya lagi saat mendengar krasak-krusuk di belakangnya.
"Oh..." Royce mengangkat tangan sambil tersenyum. "Tak ku kira kau sangat waspada. Hanya karena bunyi langkahku, panahmu terarah padaku."
Busur Sorcha turun, nafasnya mulai teratur. "Kalau kau tahu aku di sini. Kau harusnya memanggilku. Kalau aku memanahmu bagaimana?"
"Kau sudah memanah hatiku," jawabnya jenaka sambil menangkup kedua tangannya tepat di dada sebelah kirinya.Elias yang menyadari sang Ksatria Agung ada di sini langsung cepat-cepat menghapus air matanya dan berdiri.
"Aku sudah melihatmu menangis," ujarnya pada Elias yang kini berdiri tegak membusungkan dada. Diberitahu hal itu, Elias menunduk malu.
"Seorang lelaki tidak seharusnya menangis."
"Kadang lelaki juga butuh menangis," sahut Royce bijak. "Aku juga melihatmu ditolong seorang wanita tapi aku akan menjaga rahasia ini. Lelaki terlihat lemah itu manusiawi." Sepertinya Greywolf langsung mendapatkan kesetiaan Elias.
"Anda juga pernah menangis?"
"Pernah," Royce menangis saat semua keluarganya meninggal dan Sella juga. Sorcha mengernyit tidak percaya. Perempuan itu yakin Royce de Armar adalah pria berhati baja. "Kenapa kau bisa pergi ke Hutan bersama Eden?"
"Saya ditugaskan menjaga Eden untuk mencari beberapa tanaman pesanan istri Sir Gerald."
Royce tertawa mendengar jawaban Elias. "Yang terjadi malah sebaliknya kan? Ku lihat kau belum bisa melaksanakan tugasmu."
"Iya. Eden yang malah menyelamatkan saya."
Eden mendengus kesal. Ia bisa ke Hutan sendirian kalau tahu jalan. Elias berfungsi sebagai penunjuk jalan, sedang sebagai pelindung Elias nilainya nol.
"Karena di sini kau tidak ada gunanya. Kau ku beri tugas lain. Bawalah kudaku yang ku ikat di bukit untuk merumput dan pulang."
"Kalau saya pulang. Siapa yang akan menjaga Eden?"
"Aku yang akan mengawalnya. Aku akan menemaninya mencari tanaman."
Sorcha langsung melotot tak terima. "Elias, kau sudah diperintahkan Sir Gerald untuk menjagaku. Tugas itu tak bisa kau abaikan."
"Sir Gerald bawahanku. Perintahku lebih utama," sanggah Royce yang langsung membuat Sorcha naik pitam.
Elias yang semula kelihatan bingung karena dipelototi Eden, kini tersenyum. "Baiklah, aku akan mengurus kuda Anda."
"Yah aku akan mengurus barang yang harusnya kau jaga," jawab Royce lalu mengarahkan pandangannya pada Sorcha yang terpaku.
Sorcha merasa seperti barang titipan. Ia melirik Royce dengan sengit sebelum mengambil keranjang bekal yang Echidna siapkan. Untung saja saat lari tadi, Elias tidak membuang isinya. Ia berjalan mendahului Royce. Niat pria ini menjaga Sorcha dari apa? Royce sendiri lebih berbahaya untuknya.
**
![](https://img.wattpad.com/cover/348685977-288-k587328.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Greywolf castle
Historical FictionSorcha, putri Baron Goldwil dari kastil Gerham di Fraline memiliki impian menjadi ratu Raja John. Sedari kecil Sorcha, diajari ibunya membaca, berhitung, menjadi nyonya rumah yang baik, diberi perbekalan ekstra tentang keterampilan mengatur negara...