Bab 17

189 40 2
                                    

"Kau terlihat tampan ketika mengenakan pakaian perang," ujar Echidna ketika membantu suaminya mengenakan pakaian besi. Sir Gerald memulai pagi dengan latihan perang di Bukit. Echidna sampai naik bangku kecil karena perbedaan tinggi mereka yang lumayan jauh. "Tapi aku tidak berharap kau berangkat ke medan perang dalam waktu dekat."

"Tidak. Royce memutuskan untuk bertarung dengan bangsa yang mengganggu kedaulatan negara. Kalau masalah pribadi John dengan para Baron, sebaiknya Raja mengurusnya sendiri."

Echidna tersenyum lega. "Baguslah. Raja John sebaiknya jangan diurusi. Sudah banyak wanita yang dibuatnya berpisah dari suaminya. Ia juga menentang Paus. John menggali kuburnya sendiri. Aku belum bisa melupakan apa yang dilakukannya pada Albert, Baron Tures."

"Albert lemah. Kalau aku jadi dia, aku akan mengangkat pedang untuk membela kehormatan istriku."

" Tenang saja," ucapnya dengan mengedipkan satu mata. "John tidak akan melirikku. Ngomong-ngomong dari pada memikirkan Albert. Kita harus memikirkan Royce. Kapan dia menikah? Nasehati dia supaya berhenti menggoda pelayan terutama Eden."

Sir Gerald menggeleng. "Tidak ada yang bisa mengatur Royce. Memang kau serius menjauhkan Royce dari Eden?"

"Aku serius. Eden gadis baik walau yah aku tahu kau menemukannya di mana."

"Kau tidak marah aku mampir ke tempat Galia?"

"Tentu Tidak. Aku tahu kau bertugas mengawal Royce. Harusnya kau menasehati Royce supaya jauh-jauh dari tempat pelacuran. Kau seperti orang tuanya, harusnya dia menuruti apa yang kau bilang." Kenyataannya tidak begitu. Semakin matang, Royce semakin susah dinasehati bahkan Sir Gerald yang malah ikut-ikutan.

"Akan ku usahakan."

"Kau tahu gadis itu ingin ke Joset. Aku jadi ingat pernah tinggal bersama ibukku di Joset. Gadis itu menyatakan hal yang membuatku kaget. Eden sudah ditunggu kedatangannya oleh seorang pria. Dia memegang kesetiaan pada pria itu." Sir Gerald menunduk lalu mencium istrinya.

"Kekuasaan dan Kastil Royce tak bisa membuatnya goyah?"

"Tidak. Aku mengajaknya ke menara dan ia tidak terkesan." Echidna mengambil rompi besi terakhir suaminya. "Dia seperti wanita terhormat. Kemampuan membaca dan menulisnya mengagumkan."

"Maksudmu, Eden seorang Lady."

"Mungkin saja. Seorang lady saja tak akan menolak harta Greywolf."

"Atau dia hanya pelayan Lady yang baik, yang mau mengajarinya. Gadis itu terlalu takut menerima perhatian dari orang yang berkuasa." Balas Sir Gerald sambil mengangkat istrinya dari kursi.

"Itu juga bisa saja terjadi."

Echidna memilih duduk lalu menunduk sedih. Sir Gerald tahu kalau istrinya memendam sesuatu. "Ada apa?"

"Mengingat nama Joset membuatku sedih. Aku jadi merindukan ibukku. Dia di makamkan tidak layak di Joset. Tidak ada batu nisan atau tanaman perdu yang bisa menjadi pelindungnya."

"Kita akan mengunjunginya dan membawakannya tanaman?"

"Ibukku orang buangan. Mana boleh makamnya diistimewakan." Ibu Echidna adalah adik Baron Joset terdahulu tapi ibunya dibuang setelah menikah dengan pria biasa, pria pedagang hewan ternak. "Sudah untung dulu ibukku masih boleh tinggal di Joset. Aku juga merindukan dua putra kita. Kenapa kau mengirim mereka jauh dari tumah?"

"Aku ingin mereka jadi Ksatria hebat."

"Aku jadi ingin memiliki anak perempuan."

"Kita sudah terlalu tua untuk memilikinya," jawab Sir Gerald dengan diiringi tawa jahil. "Apa kau menyuruhku memiliki mistres agar aku punya anak perempuan?"

Greywolf castleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang