Bab 25

210 39 1
                                    

Mitya kesal ketika Annelis menempel kemana pun ia pergi. Annelis juga sengaja membasuh muka bersamaan dengannya. Wanita itu juga mandi bersamanya agar merasa aman. Mitya tidak takut kalau Garrick marah. Ia lebih takut jika ketahuan. Semoga gadis itu segera pergi ketika rombongan mereka berpisah di persimpangan.

"Kau harus mencari kayu!" perintah Marcus tak beralasan karena kemarin Mitya sudah melaksanakan gilirannya. Sepertinya ini buntut dari Annelis yang selalu mengikutinya dan gadis itu bukannya membuat perdamaian malah mengikutinya lagi.

"Kau harusnya diam di tenda bukan malah mengikuti mencari kayu."

"Aku hanya ingin membantu."

"Tapi kau tidak bisa melakukan apa pun."

"Aku akan mencari kesibukan lain. Aku akan menambah koleksi tanaman obatku."

"Kau tabib?"

"Bukan. Hanya suka belajar tentang tanaman."

Seketika Mitya ingat dengan Sorcha. Mereka belum menemukannya. Mungkin memang sahabatnya itu sedang bersembunyi di Joset.

"Kapan kita akan berpisah jalan?"

"Paling sore nanti kita akan sampai di simpangan. Kenapa kau tidak tahan denganku?" Annelis sadar diri sejak dulu dia selalu dianggap merepotkan.

"Iya. Semoga kau selamat sampai Di Agrapia. Jangan mengundangku ke pernikahanmu. Aku tidak akan datang!" kata-kata ini terdengar jahat namun Annelis menanggapinya dengan senyuman.

"Apa pemimpin rombonganmu itu kekasihmu?" Pertanyaan tiba-tiba ini membuat wajah Mitya memerah.

"Apa?"

"Jadi dia benar kekasihmu?" Annelis menebaknya dengan jeli.

"Bukan!" sangkal Mitya dengan panik.

"Dia melihatmu ketika kau disuruh mencari kayu. Dia kasihan padamu. Dia peduli padamu tapi tidak bisa berbuat apa pun." Annelis sepertinya tahu apa yang jadi pengganjal mereka.

"Dia tidak begitu."

"Kalian berbeda. Dia mungkin ahli waris dan kau rakyat biasa?" Mitya diam bahkan posisi mereka lebih buruk dari itu.

"Kau jangan tanya ini itu. Aku mau mencari kayu."

Annelis tidak bertanya karena tahu bahwa perbedaan status membuat Mitya terluka. Annelis hanya ingin punya teman tapi itu sulit sekali. Di daerah asalnya jarang yang mau berteman dengannya karena kakaknya yang jahat.

Garrick langsung melihat Mitya begitu kekasihnya kembali dari Hutan membawa kayu. Ia periksa tangan Mitya yang terluka dan memerah karena membawa kayu. Meski pekerjaan ini termasuk ringan untuk pria tapi tidak untuk Mitya.

Sedang Annelis hanya bisa menjadi penonton. Ia tidak setuju menikah dengan sepupunya apalagi orang itu Royce yang terkenal kaku dan kejam. Annelis ingin diperlakukan dengan lemah lembut, ingin dicintai tapi ia terlalu takut pada kakak lelakinya, Roul. Roul ingin menajdi lebih berkuasa dan kuat serta pasukan sendiri. Royce adalah jalan tersingkat pria itu untuk menjadi penguasa.

**

Sorcha mengeluarkan semua kain yang Royce beri. Ia memanggil pelayan yang berpotensi memiliki uang untuk membeli kain sutra yang Royce belikan. Sorcha hanya akan mengambil satu untuk dijadikan kenangan sisanya akan ia jual.

"Ya ampun kain ini halus sekali dan warnanya biru. Aku suka dan aku akan mengambilnya." Sorcha tersenyu karena mendapatkan beberapa koin emas. Kain-kain yang ditawarkannya laku keras sedang Celia cemberut melihatnya.

"Daganganmu laris ya? Kau ke kota kemarin untuk membeli semua ini?" tanya Mae begitu mendekatinya.

"Iya."

Greywolf castleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang