bab 31

194 36 3
                                    

"Kau kira tadi yang kau lakukan tidak berbahaya!" bentak Royce ketika Sorcha turun dari kuda. "Kalau kau sampai jatuh maka kau akan langsung mati!"

"Aku cukup mahir melakukannya jadi kau tidak perlu khawatir. Kalau pun aku mati memang apa pedulimu? Nyawa pelayan tidaklah berharga."

"Bagiku nyawamu berharga!" tangan Sorcha disergap ketika ingin mengambil anak panah yang menancap pada tubuh rusa.

"Aku selamat! Kenapa kau harus peduli padaku? Lepaskan tanganku!"

"Siapa yang memberimu busur itu? Apa kekasihmu yang baru yang memberimu?"

Amarah Sorcha mendidih. Royce lagi-lagi menuduhnya. Pria ini tak pernah percaya padanya. "Bukan urusanmu aku dapat busur ini dari siapa. Aku mau mengambil hasil buruanku!"

"Rusa itu juga milikku."

"Kalau begitu, kau angkat saja dia. Naikkan ke kudamu tapi lepaskan tanganku. Kau menyakitiku." Karena pegangan Royce semakin kencang.

"Kenapa harus kau?!" kini bukan tangan Sorcha yang digenggam tapi kedua lengannya. Royce memaksanya untuk menghadap ke arah pria itu. "Aku berusaha menjauhimu, aku berusaha menemukan kebahagiaanku dengan Annelis tapi yang aku inginkan hanya kau!"

Royce langsung menyergap bibir Sorcha, melumatnya dengan penuh gairah karena ia tahu apa yang diinginkannya. Rasanya berbeda dengan ciumannya yang diberikannya pada Annelis. Parahnya saat mencium Annelis ia membayangkan kalau  Eden yang ia cium.

"Aku tidak bisa kalau tidak menyentuhmu." Ciuman berakhir, tubuh Sorcha lunglai dalam pelukan Royce tapi ia sadar kalau larut dalam kemesraan bisa mendatangkan kesengsaraan. Masalahnya muncul karena Sorcha juga menginginkan Royce.

"Jauhi aku, kau sudah punya Annelis." Sorcha melepaskan diri. "Dia gadis baik. Baru pertama kali aku bertemu perempuan yang tidak merendahkanku. Dia murni mau berteman denganku."

"Masalahnya tidak sesederhana itu."

"Tidak ada masalah. Kau dan Annelis sangat cocok."

"Apakah kebersamaan kami tidak menganggumu? Tidak membuatmu cemburu?"

"Kalau mengganggu apa yang bisa ku lakukan? Aku Cuma pelayan. Aku tidak pantas memiliki perasaan cemburu apalagi sampai menyukaimu," jawab Socha putus asa. Perasaannya bersambut namun sayangnya mereka sudah punya pilihan sendiri.

"Jadilah kekasihku." Dahi Sorcha mengerut lalu kemudian ia tersenyum pedih.

"Kau tahu Annelis tidak mau diduakan setelah kalian menikah. Aku tidak mungkin menyakitinya." Karena ia tahu bagaimana hancurnya perasaan wanita yang suaminya memiliki wanita lain. Ibunya korban dari keegoisan ayahnya.

"Aku menginginkanmu bukan Annelis." Pengakuan yang mengejutkan tapi ia tak bisa mengubah apa yang sudah diputuskan.

"Kau yang memilihnya, mengundangnya, dia pilihanmu yang paling sesuai. Kau tidak mungkin memberikan rakyatmu seorang pelayan sebagai Ladymu kan? Apalagi dia hanya seorang mantan pelacur."

Royce merenung sedih. Hanya sanggup memandang Eden yang menatap deretan semak tinggi. Mereka berada di padang ilalang. Keduanya menekuri perasaan masing-masing. Helaian Rambut mereka diterpa angin sepoi-sepoi yang sejuk.

"Pikiranmu juga terlalu jauh. Aku sadar aku siapa. Aku tidak bisa memiliki istri seorang pelayan. Rakyatku tidak akan menerimanya."

Harusnya Sorcha sakit mendengarnya tapi ia malah merasa lega. Setidaknya Royce masih memiliki akal sehat. "Kau sudah tahu jawabannya. Aku juga punya pria yang menungguku. Dia akan memberiku kehormatan karena menjadikanku istrinya."

Greywolf castleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang