Echidna melongok ke jendela lalu menemukan pemandangan janggal.
"Kenapa kau mengumpulkan bibit Wortel, Robin? Bibit kita sudah lebih dari cukup."
Robin gusar mau menjawab apa.
"Apa kau tertarik pada bibit itu untuk dimasak? Kalau kau ingin masak, kau bisa masak wortel yang sudah besar."
Robin mulai bimbang mau jujur atau tidak. Eden penyelamatnya sedang Madam Echidna majikan yang sangat baik tapi almarhum ayahnya selalu berpesan untuk selalu berkata jujur.
"Saya memilah bibit ini bukan untuk saya. Eden meminta dicarikan bibit wortel. Maaf Madam, saya tidak ijin kepada anda."
"Eden meminta bibit wortel?" Echidna mengernyitkan hidung karena bingung.
"Iya Madam. Sudah dua kali ia memintanya kepada saya."
Echidna tersenyum maklum sambil mengusap kepala Robin. "Tidak apa. Berikan saja kalau kita punya."
Tapi kemudian ketenangannya hilang, berubah menjadi kekhawatiran. Ia ingat mitos bahwa bibit wortel bisa mencegah kehamilan. Apa Eden sengaja memintanya karena telah berhubungan intim dengan Royce. Semua kini terhubung. Royce yang sudah memiliki Eden, melepaskan Annelis. Berarti bahaya sudah di depan mata. Peperangan antara Agrapia dan Istana tidak dapat terhindarkan. Echidna harus menulis surat pada Goldwil agar menjemput Sorcha. Sebelum semuanya terlambat, ia juga harus memberikan ramuan yang benar pada Eden.
**
Sorcha melihat bintang di langit yang berkelip-kelip. Rasi bintang tersusun menunjukkan arah mata angin. Joset di sebelah selatan sedang Falaise di Timur. Ia merindukan dua tempat itu. Di sana ia lebih dihargai, dimanja, dipuja dan dihormati. Di Luwdon Sorcha bukan Cuma merasa asing, ia terkurung, lemah dan diinjak. Ia tak punya kekuatan apalagi berhadapan dengan pria yang telah memanfaatkan tubuhnya, yang kini sedang tertidur pulas. Sorcha menguji kesabaran Royce dengan memilih kamar milik Sella dan pria itu mengejutkannya. Royce senang ia memilih kamar Sella karena kamar itu langsung terhubung dengan kamar Royce padahal sebelumnya pria itu melarangnya untuk memilih kamar ini.
Sorcha benci dengan tubuhnya sendiri yang kadang sulit dikendalikan. Sorcha malam ini gagal menghabisi Royce dengan belati saat pria itu lengah. Royce jauh lebih kuat, Royce membantingnya dan tidak memberinya ampun. Pria itu menungganginya, menghujamnya keras-keras seolah ia hewan liar. Royce menyakitinya, pria itu menggunakannya seolah Sorcha tidak punya perasaan. Sorcha semakin membenci Royce. Ia menyesal pernah menyukai pria itu. Ingin rasanya ia mengadu pada ayahnya supaya Royce dipenggal tapi kalau semua orang tahu apa yang pria itu lakukan padanya. Mereka malah akan dinikahkan. Sorcha tidak sanggup mengubur impiannya menjadi Ratu.
"Kau masih marah padaku?" sialnya Royce bangun dan mendapatinya menangis. Sorcha mengeratkan selimutnya hingga menutupi puncak kepala. "Belatimu akan ku kembalikan."
"Tidak usah! Ambil saja semuanya dariku! Aku akan memberimu racun supaya kau mati!"
Royce malah menahan tawa padahal Sorcha sudah memasang wajah garang. "Kau menyelamatkanku dari percobaan pembunuhan yang Roul lakukan. Tidak mungkin kau sanggup membunuhku."
"Tahu begini ku biarkan saja Roul membunuhmu!"
"Sudahlah... berhentilah merajuk. Kemarilah.."
Ajakan halus Royce tak mempan. Sorcha malah menghadap ke depan, melihat ke luar melalui jendela. Dengan terpaksa Royce mengangkat paksa Sorcha bersama dengan selimutnya. Tentu saja wanita ini terus memberontak tapi Royce berhasil menaklukannya.
"Tidurlah...besok ku ajak kau ke tempat yang membuatmu senang."
"Tidak ada tempat seperti itu!"
"Ada. Sekarang tidur, hanya tidur."
Sorcha pun menurut karena badannya sudah lelah dan mengantuk. Royce memberinya pelukan hangat dan pria itu tidur setelahnya.
**
Mitya bangun pagi sekali untuk mempersiapkan keberangkatan mereka. Semangatnya muncul dan menggebu-gebu setelah sampai ke Agrapia. Entah kenapa ia sangat yakin kalau Sorcha ada di Kastil Luwdon. Mereka akan segera bertemu kembali.
"Kau bangun sangat pagi dan sudah menyuruh pihak penginapan untuk menyiapkan sarapan," ucap Garrick memuji. Garrick menyewakan mereka penginapan yang sederhana. Mitya tidur sendiri sedang Garrick tidur bersama dua saudaranya.
"Aku senang karena sebentar lagi akan bertemu Sorcha."
"Jangan terlalu berharap. Mungkin Sorcha sudah pindah lagi."
"Tidak. Aku yakin dia ada di Luwdon."
Garrick menatap Mitya dengan penuh rasa sayang semoga saja harapan wanita ini menajdi kenyataan.
"Makanannya sudah siap?" tanya Michael yang baru saja selesai mandi.
"Sudah. Ayo duduk." Marcus menyusul kemudian lalu bergabung duduk tanpa menyapa. Hubungan Garrick dan Marcus berubah dingin saat Garrick tahu kalau Sorcha sempat di rumah pelacuran sebelum menjadi budak belian yang dikirim ke Kastil.
"Kita akan berangkat lebih awal jadi silakan sarapan sampai kenyang."
Michael dengan semangat mengisi piringnya. Garrick makan secukupnya begitu pun dengan Marcus. Mitya senang sekali melihat mereka. Mereka sudah bersama-sama berpekan-pekan dalam misi pencarian Sorcha namun baru sepekan ini mereka bersikap layaknya keluarga. Apa sikap mereka akan tetap sama setelah mereka kembali ke Gerham?
**
'kita akan piknik'Ucapan yang menurut Sorcha aneh pasalnya ia disuruh memakai gaun sutra biru dan tudung kepala sutra warna putih. Royce tidak menyiapkan kuda melainkan kereta dengan atap tertutup berlambangkan serigala. Sorcha tebak ini kereta resmi milik kastil. Apa pria ini bermaksud menebus kekesalannya saat berpiknik dengan Annelis tapi kenapa Royce juga ikut-ikutan memakai pakaian resmi dengan membawa beberapa ikat bunga.
"Kita akan piknik ke mana?"
"Agak jauh, di pesisir."
Dahinya berkerut. Sorcha harus memeras otak untuk mendapatkan jawaban. Mereka dijaga oleh dua prajurit yang bertugas sebagai pengawal dan kusir kereta.
"Pesisir pantai?"
"Iya tapi masih daerah kekuasaan Agrapia."
Ada sesuatu dengan kata pesisir ketika Sorcha ingat, wanita kehilangan nafas. "Kau akan menikahiku?" Royce sudah gila.
"Iya. Itu kan yang kau inginkan? Moralmu begitu tinggi dan kau sangat ingin jadi istri." Tapi bukan jadi istri Royce kalau sampai pernikahan terjadi. Sorcha tak bisa menikah dengan Raja dan jadi Ratu. Sorcha gelisah, ia bergerak ke arah jendela kereta. Mereka sudah meninggalkan Kastil.
Sorcha tak tahan dengan senyum puas Royce yang merasa seolah menang. Ia harus menemukan cara untuk kabur semisal beralasan untuk buang air kecil tapi keberuntungan selalu di pihaknya. Satu ruas roda kayu kereta patah jadi mereka harus berhenti sebentar.
"Aku harusnya tidak menggunakan kereta tua ini." kereta ini dipakai ketika ayah dan ibunya menikah, lalu berkeliling pusat Agrapia. Kereta yang lumayan tua dan jarang digunakan.
Royce turun tanpa curiga. Sorcha berlagak seperti penumpang normal pun ikut turun dan melihat roda kereta. Ketika Royce ke luar lewat pintu kiri, ia memilih lewat pintu kanan. Dengan bergerak mundur perlahan, ia menjauh dari kereta. Sorcha sudah bersiap mengangkat roknya setelah merasa membuat jarak. Ia langsung berlari, sayangnya Royce langsung menyadari kalau Sorcha kabur.
"Sialan!" teriak pria itu ketika melihat penutup kepala Sorcha jatuh. Royce langsung mengejarnya.
"Eden!" teriakan Royce menggema, mereka berada di jalur kereta yang dikelilingi pepohonan besar.
Sorcha terus berlari tak peduli kalau Royce memanggilnya terus. Ia menambah kecepatan karena tak ingin tertangkap. Sorcha memang pelari cepat tapi kekuatannya tak sebanding dengan panglima perang yang sudah berlatih bertempur selama puluhan tahun.
"Sorcha!"
Karena berlari dengan sangat kencang telinganya jadi bermasalah. Telinganya salah menangkap panggilan. Ada yang memanggil nama aslinya.
**
Part 42 dan 43 greywolf castle sudah up ya di karya karsa
KAMU SEDANG MEMBACA
Greywolf castle
Historical FictionSorcha, putri Baron Goldwil dari kastil Gerham di Fraline memiliki impian menjadi ratu Raja John. Sedari kecil Sorcha, diajari ibunya membaca, berhitung, menjadi nyonya rumah yang baik, diberi perbekalan ekstra tentang keterampilan mengatur negara...