Sudah tengah hari. Sorcha sudah berjalan jauh dari pinggir sungai. Ia tak tahu di mana ia berada. Kepalanya berkunang-kunang. Sorcha lapar karena hanya makan berry liar. Ia merindukan Roti gandum yang dimasak Juru masak Kastil. Ia berhenti sebentar di bawah pohon lalu menangis. Kenapa nasibnya sial. Melarikan diri malah kelaparan dan terlantar di belantara asing. Sorcha berdoa semoga saja Tuhan mengirimkannya manusia baik untuk membantunya. Ia adalah Lady Gerham tapi kini Sorcha tak ada bedanya dengan gelandangan. Andai ibunya masih hidup tak ada yang berani berbuat jahat padanya.
"Kenapa kau menangis?"
Sorcha ketakutan setengah mati ketika melihat seorang wanita tua menghampirinya. Wanita itu membawa kayu serta buah-buahan hutan yang ditempatkan di wadah kayu. Sorcha dengan sigap menghapus air matanya. Nenek yang menyapanya lebih mirip tukang sihir kejam.
"Aku tersesat Nek. Boleh kau tunjukkan di mana letak jalan atau pemukiman terdekat?"
"Sangat jauh Nak kalau berjalan. Paling tidak setengah hari kalau naik kuda."
Sorcha hampir pingsan ketika mendengarnya. Ia sudah berjalan jauh sampai kakinya sakit tapi belum juga menemukan arah tujuan.
"Kalau boleh tahu. Ini Wilayah Mana?"
"Tures. Kau berada di Tures sekarang. Memangnya kau berasal dari mana?"
"Dari Falaise. Aku ingin ke Joset. Aku menuju ke mana kalau ingin ke Joset?"
"Ke Timur tapi butuh waktu berhari-hari untuk sampai Ke Joset."
Sorcha langsung merasa lemas tapi bukannya ia tak boleh menyerah. Sorcha bisa makan makanan hutan kalau ingin bertahan hidup untuk sampai ke Joset. Hidupnya berubah mulai sekarang. Ia bukan lagi si putri Baron menjengkelkan. penderitaan ini bisa dilaluinya.
"Kelihatannya kau lelah dan kebingungan. Kau bisa mampir ke rumahku yag tak jauh dari sini."
Sorcha ingin menolak ketika melihat gigi si nenek yang menghitam. Ia tak boleh menilai seseorang hanya karena penampilannya apalagi tubuhnya butuh tempat untuk beristirahat.
"Baiklah kalau nenek mengizinkan." Sang Nenek tersenyum senang ditambah lagi Sorcha mau membantu membawakan barang bawaannya.
Sampai di sana. Sorcha bertingkah seperti orang tak tahu malu ketika disuguhkan roti dan minuman. Ia makan dengan lahap sampai si nenek geleng kepala.
"Makan dan minumlah dengan pelan-pelan."
"Maaf. Aku kelaparan." Hilanglah seluruh tata krama yang ibunya ajarkan. Lagi pula penampilannya jauh dari kata mewah. Gaun katun yang Marcus beri sudah kotor dan ujungnya sobek-sobek terkena semak.
"Namaku Mildred, namamu siapa?"
Aga lama Sorcha menjawab. "Namaku Eden." Kalau ia menyebut nama aslinya maka keberadaannya mungkin akan terendus Marcus. Kasihan si nenek akan dicecar hanya karena Sorcha pernah berteduh di sini.
"Kelihatannya kau lelah sekali. Kau bisa istirahat dulu sebelum melanjutkan perjalananmu."
Lingkar mata Sorcha kelihatan menghitam, matanya lelah dan sayu. Belum lagi seluruh badannya terasa hampir patah. Berjam-jam mengendarai kuda tanpa berhenti lalu diteruskan mendayung perahu dan berjalan berjam-jam. Kaki, punggung dan tangannya memar-memar . Jadi tak akan Sorcha sia-siakan tawaran nenek berhati malaikat ini. tidur di atas alas keras pun tak apa asal terlindung dari hujan dan panas.
****
Marcus tak berani terang-terangan masuk kastil. Prajuritnya hanya bisa menunggu di Hutan tapi Marcus panik ketika melihat penjaga Kastil hingga lupa dengan keberadaan prajurit yang paling setia pada ayahnya. Ia berputar masuk lewat terowongan di belakang dengan mengenakan penutup wajah. Marcus mencari kakaknya yang pasti berada di sekitar Kastil.
![](https://img.wattpad.com/cover/348685977-288-k587328.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Greywolf castle
Исторические романыSorcha, putri Baron Goldwil dari kastil Gerham di Fraline memiliki impian menjadi ratu Raja John. Sedari kecil Sorcha, diajari ibunya membaca, berhitung, menjadi nyonya rumah yang baik, diberi perbekalan ekstra tentang keterampilan mengatur negara...