"Tuhan... aku tidak suka perasaan ini, perasaan ini menyiksaku. Aku jadi ingin mengakhiri hidup. Aku tidak pernah begini kan? Aku belum pernah tertarik pada pria seperti aku tertarik pada Royce. Kau pemegang segalanya, bisakah kau ambil hatiku lalu menyucikannya?" itulah yang dilakukannya pertama kali saat tiba di Kastil setelah melalui hal yang tersulit di dalam hidupnya. Sorcha menahan gumpalan kesedihan serta kesengsaraan tanpa menangis berjam-jam sampai tiba di gereja.
Inilah aduan dan doa yang dipanjatkan Sorcha di rumah Tuhan. Ia menumpukkan sikunya di salah satu bangku sambil memejamkan mata rapat-rapat. Dengan menggenggam tangan, ia meminta dikuatkan. Ibunya pernah bilang kalau jangan pernah meninggalkan Tuhan dan jangan pernah membiarkan perasaan menguasai logika. Cinta terlarang untuk kaum mereka. Ibunya menyerahkan seluruh hatinya pada ayahnya dan hasilnya pengkhianatan. Sorcha pun demikian. Bedanya Sorcha tak boleh jatuh cinta. Ia harus meneguhkan hati untuk mencapai tujuannya tapi ia sekarang hal itu menjadi sulit sekali.
"Kenapa kau menangis anakku? Kau punya sebuah dosa yang tidak termaafkan."
Sorcha berdiri, ia menatap seorang pastor yang menjaga gereja Kastil.
"Siapa namamu? Kau pertama kali ke sini?"
"Saya Eden, Bapa."
"Aku Gregor, panggil saja Pastor Gregor."
"Aku mau membuat pengakuan Pastor."
Sang Pastor membawa Sorcha ke salah satu bilik yang jauh dari mimbar. "Pengakuan apa yang hendak kau ceritakan?"
"Aku menyukai pria yang sudah punya calon istri. Aku menyimpan perasaan untuknya sedang aku juga sudah punya calon suami."
Sang Pastor hanya tersenyum. "Perasaan suka bukan sebuah dosa."
"Tapi aku menyukai pria yang salah."
"Tidak ada yang salah selama kau tidak merebut pria itu dari calon istrinya. Kalau pria itu mau bersamamu, kalian akan berdosa karena melukai perasaan orang lain tapi kalau kalian bersatu dalam sebuah ikatan suci, dosa kalian akan terhapuskan."
"Kami tidak bisa bersama."
Gregor mengangguk, "Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Dulu aku pernah menyukai seorang gadis. Kami tidak bisa bersama karena aku memilih jalanku sebagai seorang pelayan Tuhan. Kalau aku memilih jalan lain mungkin kami akan menikah jadi semua itu tinggal aku memilih yang mana termasuk dirimu."
"Itulah yang terjadi pada kami. Kami memutuskan tidak bersama dan memilih orang lain."
"Pernahkah kau jujur mengatakan perasaanmu padanya? Siapa tahu kalian bisa berubah pikiran karena itu."
"Tidak. Aku tidak mau mencobanya sebab aku tahu kami tidak ditakdirkan bersama."
"Tidak ada manusia yang bisa menentukan takdir. Takdir milik Tuhan, Nak. Kalau pun kau masih keras kepala, ku doakan semoga Tuhan melunakkanmu."
Sorcha beranjak setelah memasukkan koin ke kotak. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk menanggulangi kegelisahannya ini. Sorcha hanya dapat bertahan lalu pergi meninggalkan hatinya di sini. Ia ke luar gereja dengan langkah lesu serta menundukkan wajah seolah telah kalah dalam satu putaran permainan.
"Eden!" Elias datang dengan berlari tergopoh-gopoh.
"Ikut aku. Ada yang akan ku berikan." Dan Elias menambah kemuraman hatinya. Mau apa pria pembuat masalah ini menariknya jauh dari pandangan orang.
"Ini." Pria itu memberinya sebuah busur dan beberapa anak panah. Kadang berprasangka buruk itu tak baik.
"Aku minta maaf karena ibuku membuatmu kesulitan. Untuk pertama kalinya, aku memarahinya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Greywolf castle
Ficção HistóricaSorcha, putri Baron Goldwil dari kastil Gerham di Fraline memiliki impian menjadi ratu Raja John. Sedari kecil Sorcha, diajari ibunya membaca, berhitung, menjadi nyonya rumah yang baik, diberi perbekalan ekstra tentang keterampilan mengatur negara...