Tenda pasukan Greywolf telah dibongkar dan ditata di dalam kereta barang. Para pasukan mulai bergerak ke arah selatan menuju Kastil Luwdon. Rombongan mereka berjumlah ribuan termasuk budak-budak Galia yang akan dijadikan pelayan di Kastil. Sorcha berada di kereta budak perempuan sedang para budak pria disuruh berjalan kaki. Ada kereta besar berlambang Tures, yang Sorcha tebak isinya adalah sang Ksatria Greywolf yang masih belum pulih sepenuhnya. Iring-iringan mereka membentang panjang dari bukit hingga ke sungai. Bergerak lamban seperti seekor naga yang hendak menyergap mangsa. Sorcha tidak pernah melihat pemandangan seindah ini. Banyak bukit berbaris, pohon-pohon besar membentang, sedang anak sungai terlihat jernih dan segar. Di Gerham, ia hanya melihat satu dua bukit dan sungai kecil yang digunakan untuk keperluan Kastil. Benar yang Michael bilang bahwa dunia luar sangat indah. Sayangnya Sorcha melihat pemandangan ini lebih dulu dari pada adiknya itu.
Greywolf bukan hanya membawa kemenangan namun juga tambahan prajurit. Ia berkuasa di Kastil Luwdon tapi sebenarnya seluruh Kota Agrapia merupakan miliknya. Terdengar desas-desus kalau Greywolf akan diangkat menjadi Baron Agrapia dan dihadiahi sebidang tanah subur di Kalea, daerah perbatasan Agrapia dan Tures. Greywolf akan menjadi Baron kepercayaan Raja yang paling berkuasa dan sangat kaya tapi banyaknya tanah yang dijaga berarti akan banyak pelayan dan prajurit yang sang Serigala biayai.
"Siapa namamu?" tanya seorang budak wanita yang menyentak Sorcha dari kekagumannya.
"Namaku Eden. Kau?"
"Namaku Mae. Aku melihatmu saat didandani di tempat Galia. Kau pelacur atau budak miliknya?" Pandangan Mae yang menelusuri bagian tubuhnya membuat Sorcha merasa ngeri. Ia seperti sedang ditakar harganya. Sorcha melakukan hal yang sama, ia tebak usia Mae lebih tua darinya.
"Memang budak atau pun pelacur di tempat Galia ada bedanya?" Mae malah tertawa.
"Kau memang budak tapi mulut tajammu belum hilang ya? Ku tebak kau belum pernah dipakai?" Mata Sorcha melebar tatkala mendapat pertanyaan yang vulgar. "Kepolosan merupakan komoditi langka. Kau bisa menggunakannya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik apalagi kau cantik."
"Lihat." Mae memutar kepalanya supaya mereka menghadap ke arah belakang yang dipenuhi para prajurit. Kebetulan mereka ditempatkan di kereta terbuka. Kereta mereka tidak tertutup malah seperti penjara dengan sekat pasak kayu yang besar-besar. Orang di jalan bisa melihat mereka begitu pun sebaliknya. Mereka tidak diikat tapi tetap diawasi. "Para Prajurit itu sangat tampan. Mudah menarik salah satu dari mereka."
Sorcha jelas tidak berminat. Ia putri pemilik Kastil bahkan komandan prajurit tidak pantas bersanding dengannya. "Kenapa tidak kau sendiri saja yang menarik perhatian para prajurit itu?"
"Aku?" Mae tertawa lagi. "Aku pernah menikah. Aku seorang janda. Menjadi janda lebih bebas dan memiliki banyak keuntungan. Dari tempat Galia aku belajar banyak hal," jawabnya sambil berkedip. Sorcha bukan wanita bodoh yang tidak tahu kalau diberi isyarat.
"Kenapa kau ikut ke Kastil Luwdon kalau di tempat Galia lebih menyenangkanmu?" tanyanya pada Mae.
"Dulunya tapi karena insiden dengan Greywolf. Tempat itu hanya akan jadi penginapan suram. Perjudian dan pelacuran di larang. Tempat itu akan jadi gersang di bawah kekuasaan Baron Tures. Di Luwdon aku akan bertemu banyak pria. Aku semula bisa jadi pelayan kastil, kalau sikapku baik aku akan ke pusat Kota Agrapia. Di sana banyak penginapan, aku bisa menjadi salah satu pelayan di sana. Kalau beruntung aku bisa mendapat lirikan dari Greywolf. Galia saja dapat membuatnya tertarik. Masak aku tidak?" ucapnya dengan meliukkan badan mencoba memamerkan dadanya yang besar.
"Lalu apa rencanamu setelah sampai ke Kastil?" Mae melanjutkan ucapannya.
"Jadi pelayan."
"Rugi sekali kau ini. Kecantikan dan masa mudamu akan sia-sia."

KAMU SEDANG MEMBACA
Greywolf castle
Fiksi SejarahSorcha, putri Baron Goldwil dari kastil Gerham di Fraline memiliki impian menjadi ratu Raja John. Sedari kecil Sorcha, diajari ibunya membaca, berhitung, menjadi nyonya rumah yang baik, diberi perbekalan ekstra tentang keterampilan mengatur negara...