CHAPTER SIX

63 7 0
                                    

R
U
N
N
I
N
G

T
I
M
E




********




Usai bel pulang sekolah berbunyi, seluruh warga SMA Mega Jaya berbondong-bondong keluar dari kelas mereka. Keadaan saat ini tengah hujan, terdapat pula beberapa siswa yang memilih untuk menetap terlebih dahulu disana.

Tak terkecuali Zeyva. Ia berteduh pada sebuah halte bus terdekat. Sambil menunggu angkutan umum yang lewat.

Sudah satu jam ia menunggu. Namun, tak ada sama sekali angkutan umum yang lewat. Tangan kanannya bergerak keatas, memegangi kepalanya yang terasa sangat berat karena pusing.

Ia meringis pelan, menyadari bahwa sejak tadi pagi, ia belum makan sama sekali.

Hujan pun turun semakin deras. Tempat itu semakin lama semakin sepi. Tenggorokan nya tercekat, seperti ada yang tengah mencekiknya, sakit sekali.

Kedua matanya sudah tak bisa menetralisir apa yang ada didepannya. Semua seperti sedang berputar putar.

'Bruk'

Tubuhnya terjatuh kesamping. Kesadarannya telah hilang, ia disana hanya sendiri, dan tidak ada orang sama sekali.

*******

"ABANG!!!!"

Raihan meringis pelan, sambil memegangi telinga nya yang berdengung akibat teriakan dari adik nya.

Gadis kecil itu berlari sambil menangis, sementara Raihan tertawa terbahak bahak melihat kelakuan adik perempuannya.

"ABANG JAHAT! AKU BENCI ABANG!." Jerit Raiza.

Raihan yang melihat itu pun hanya tertawa dan terus mengejek adik nya.

Hal itu benar benar membuat Raiza geram, ia memukul mukul Kakak nya dengan sekuat tenaga.

Lyona yang baru saja masuk kedalam ruang keluarga menggeleng nggelengkan kepalanya. Ia tak habis fikir dengan kedua anaknya. Setiap hari pasti ada saja yang di pertengkarkan.

"Kalian berdua, bisa diem nggak, sih? Setiap hari gelut terus kerjaannya." Pekik Lyona.

"Raihan juga, kamu itu udah besar. Ngeledek adeknya terus." Lanjut nya.

Mendengar itu, spontan Raihan dan Raiza terdiam, mereka sama sama menundukkan kepalanya.

"Kamu kenapa nangis? Abang ngapain?" Tanya Lyona terhadap anak bungsunya.

Raiza mengangkat kepalanya. "Masa Abang buang boneka dari Kak Zey," tutur Raiza, dengan raut wajah yang sebentar lagi akan menangis.

Mendengar penuturan dari Raiza, Lyona menatap Raihan

"Bener, Raihan?"

"Iya, Bun, tadi aku cuma mau ngisengin Aiza aja, aku lempar ke sebrang, tapi pas aku cari, ternyata beneran hilang," jawab Raihan, masih dengan keoala yang menunduk.

Lyona menepuk keningnya, ada saja kelakuan anak pertama nya ini.

"Raihan, kamu tahu, kan? Itu boneka pemberian dari Zeyva, tapi malah kamu buang. Bunda nggak mau tahu, pokoknya kamu harus cari sekarang."

"Hujan, Bun-"

"Nggak. Pokok nya harus cari sekarang. Kunci mobil Bunda ada dikamar. Ambil sekarang." Perintah Lyona dengan lantang.

Ia paling tidak suka dengan orang yang tidak menghargai pemberian dari orang lain. Apalagi, boneka itu adalah pemberian dari orang yang telah menyelamatkan Anak nya sendiri.

Raihan mengambil kunci mobil tersebut dengan kesal. Ia mulai menyalakan mesin mobil Ibunya.

Hujan hujan seperti ini harusnya ia tengah tidur di kamar. Bukan nya mencari Boneka seperti ini.

Beberapa jalan ia lewati, sambil menengok kanan kiri, bolak balik turun dari mobil untuk mencari benda Pink itu.

Namun, hasilnya nihil, ia tak menemukan tanda tanda dari boneka tersebut. Sampai suatu saat, ia melewati sebuah halte bus dekat Sekolah nya.

Kedua matanya terbelalak tatkala terdapat seseorang yang tengah terbaring disana, dan Raihan sangat mengenali siapa orang tersebut.

Tanpa ragu ragu, ia segera keluar dari mobil, tanpa membawa payung.

"Zeyva! Zey, bangun. Zeyva!." Sudah beberapa kali Raihan menepuk nepuk pipi teman satu kelasnya, namun, ia tak bangun bangun.

Ia berdecak pelan. Ia harus apa? Disana tak ada orang sama sekali, jika ditinggalkan, Raihan juga tak tega, tapi jika di bawa pulang, ia harus membawanya kemana?

Keputusan nya telah bulat. Ia akan membawa nya ke Rumah Sakit langsung.

Setelah memasangkan sabuk pengaman, Raihan segera tancap gas menuju Rumah sakit terdekat.

Tak membutuhkan waktu lama, kini ia telah sampai pada suatu Rumah sakit besar di Kota Jakarta.

"Suster, ada pasien." Ucap Raihan dengan sedikit berteriak. Tak lama kemudian, dua orang suster datang dengan sebuah Brankar.

Raihan menidurkan Zeyva ke Brankar tersebut dan membiarkan dua suster itu menangani Zeyva.

Entah mimpi apa semalam, Raihan bisa mendapat kan nasib seperti ini.

Saat seperti ini, pikiran Raihan tertuju pada sang Ibu di rumah. Ya, ia harus memberi tahu Ibu nya tentang ini.

Bunda
00.00

"Hallo, kenapa Raihan? Udah ketemu boneka nya?"

"Belum, Bun, tapi ini penting. Aku malah nemuin Zeyva pingsan di Halte, ini aku lagi di Rumah Sakit Mahardika."

"Oke, Bunda akan kesana."

Panggilan berakhir.

Raihan menghembuskan nafas panjang nya.

'Zey, gue harap Lo bakal baik baik aja.'



******

RUNNING TIME (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang