"Yang lain boleh hilang, asal kau jangan.
Dunia boleh sepi, asal kau di sini..."
-Mitty Zassia-*
*
*
Happy Reading.....Tangis pilu mengiringi sebuah pemakaman seseorang pada sore itu. Tak terkecuali dengan Asya, wanita itu tak berhenti menangis sambil memeluk bingkai foto mending putri sulungnya.
Hatinya hancur saat menyadari bahwa kini putrinya sudah tidak ada lagi di dunia. Begitupula dengan Mahen.
Mahen menahan sesak yang menyeruak di dalam dadanya. Kini, ia tengah berada di dalam liang lahat, di sana terdapat tubuh putrinya yang sudah terbungkus oleh kain putih. Mati matian Mahen menahan air matanya agar tidak jatuh.
Dengan suara yang bergetar, pria itu mengumandangkan adzan untuk Zeyva. Nevan yang melihat itu, meremas dadanya yang terasa begitu sesak. Pada akhirnya, ia pun tidak bisa menahan air matanya.
Nevan tergelak saat seseorang mengusap lembut punggungnya. Ternyata itu adalah Ibu tirinya, tak lain adalah Istri baru Ayahnya. Meski tidak pernah dekat, bahkan tak pernah berbicara dengan Nevan, Sheila tetap Ibu sambungnya.
Melihat Nevan yang terisak, tentu Sheila tidak tinggal diam. Ia tahu, Nevan pasti sangat kehilangan Kakaknya.
Di sana, tentunya yang kehilangan Zeyva bukan hanya Nevan. Melainkan semua orang. Di sana juga, Raga dan Raihan ikut mengantarkan Zeyva ke peristirahatan terakhirnya.
Raihan menatap sendu tubuh mantan kekasihnya yang kini sudah tertutup sempurna oleh tanah yang basah. Disitulah rasa penyesalan berdatangan, jika tahu Zeyva akan pergi secepat ini, mungkin ia akan menjaga gadis itu dengan sangat baik.
Begitupula dengan Raga. Kedua matanya sudah tak bisa membohongi orang orang jika dia sedang baik baik saja. Memang salahnya juga, ia terlalu mencintai Zeyva terlalu jauh.
Benar katanya saat itu, jangan mencintainya terlalu dalam, nanti sakit. Ternyata ini yang di bicara Zeyva saat itu. Raga merasakan sakit yang luar biasa di hatinya.
"Kenapa lo pergi secepat ini, Va?" batin Raga. Netranya tak teralih dari pusara makam Zeyva. Kini, gadis itu telah pergi untuk selamanya, di saat ia belum pernah memilikinya.
Zeyva yang lebih dulu membuatnya jatuh hati, namun Zeyva juga yang membuatnya sakit setengah mati.
Usai membaca surat Yasin dan Doa, beberapa orang mulai meninggalkan Zeyva. Menyisakan keluarga beserta orang orang terdekatnya.
Makam Zeyva tepat berada di samping kiri Neneknya, makamnya pun tidak jauh dari Makam Amy. Jenazah Amy di makamkan bersama dengan jenazah sang Nenek tadi pagi.
Bisa terlihat jelas, dua makam itu masih sangat basah.
Ucapan Amy saat itu benar, "Persahabatan yang sejati, akan selalu terikat oleh rasa yang abadi, sampai kita mati."
Nyatanya, saat Amy berpulang ke pelukan Tuhan, beberapa waktu setelahnya, Zeyva langsung menyusulnya.
Raihan menatap makam Zeyva dengan sendu, sudah tidak ada lagi gadis yang selalu membuat nya tersenyum. "Tenang di sana cantik. Cukup aku yang merasakan sakit, kamu jangan. Selamat tinggal, untuk selamanya."
Kini Raihan membalikkan badan, mulai melangkah jauh meninggalkan tempat pemakan itu. Lalu, tak lama setelahnya, Raga menyusul Raihan pergi.
Dan di sana, hanya tersisa Asya, Mahen, Adzkar, Sheila, Nevan, dan keluarga besarnya.
Asya duduk bersebrangan dengan Mahen. Mereka menatap pusara makan putrinya yang penuh dengan taburan bunga. Asya meremas tanah itu sambil menangis.
Sebenarnya tidak boleh, tapi ia tidak bisa menahannya. Air matanya terus mengalir tatkala melihat nisan di depannya, terpampang jelas nama sang putri.
![](https://img.wattpad.com/cover/352949753-288-k396932.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNNING TIME (SELESAI)
Genç KurguSingkat saja, cerita ini hanya mengisahkan tentang seorang gadis perempuan yang selalu mengharapkan kebahagiaan itu datang. Segala cara pun sudah ia lakukan. Namun nyatanya, yang selalu mendatangi dirinya hanyalah masalah dan kesedihan. Ia selalu be...