CHAPTER SEVENTEEN

41 5 0
                                    


RUNNING TIME

Ia mengusap dahinya yang dibasahi oleh sedikit Keringat. Akhirnya, setelah menghabiskan waktu selama tiga jam, pekerjaan nya bisa terselesaikan.

Amy pun sama, ia meregangkan otot-otot tangan nya usai membuat limapuluh kotak untuk membungkus cupcake jualan sahabatnya.

Zeyva memang sengaja membuat cupcake nya pada hari ini, agar besok, ia hanya tinggal mengantarkan jualannya.

Ada enam puluh cupcake yang hari uni ia buat. Lima puluh untuk jualan, sementara yang lima untuk Amy, dan lima lagi untuk saudaranya yang ternyata tinggal di samping rumahnya sendiri.

Setelah pulang bersama Raga kemarin, ia melihat Lily sedang merapihkan barang barang nya kedalam rumah. Ia pun sempat menyapa Lily sebentar. Tak disangka, ternyata Lily dan Violet kini menjadi tetangganya.

Zeyva sedikit senang dengan itu. Namun, tidak dengan Amy.

"Gue ambil satu, ya, Zey." Ujar Amy, mengambil satu cupcake rasa Strawberry.

"Lima juga boleh," balas Zeyva mengizinkan.

Ia mengambil piring polos untuk menjadi tempat Cupcake yang akan ia bagikan kepada Lily.

"Gue ke Rumah Tante Lily dulu, ya." Pamit Zeyva meninggalkan Amy.

Amy menatap punggung Zeyva yang semakin menghilang. Ia menghela nafas panjang.

"Lo masih bisa Nerima dia, walau Lo hampir dibuat mati sama dia, Zey."

Zeyva membuka gerbang rumah yang tidak terkunci. Langkah demi langkah membuatnya masuk ke halaman rumah.

Rumah itu terlihat sepi, rumah besar berwarna putih yang seperti tak berpenghuni. Sepertinya, hanya rumah Zeyva yang minimalis di perumahannya.

Tok tok tok.

Lama mengetuk pintu, akhirnya pintu rumah itu terbuka. Menampilkan seorang laki laki seumuran dengan Adiknya.

"Kak Zeyva," celetuk nya.

Zeyva tersenyum. "Apa kabar? Kakak bawa sesuatu, nih." Ucap Zeyva sembari menyodorkan piringnya.

Laki laki itu menerima dengan baik.

"Aydan baik, Kak. Makasih, ya."

"Sama sama. Tante Lily mana?"

Aydan menoleh ke belakang. Tidak ada siapa siapa disana. Kemudian, ia kembali menatap wajah Kakak sepupunya.

"Mamah lagi keluar, Kak."

Mendengar itu, Zeyva hanya mengangguk.

"Yasudah. Kalo gitu, Kakak pulang dulu." pamit Zeyva yang mendapat anggukan kepala dari Aydan.

Zeyva berjalan meninggalkan rumah Lily. Tiba tiba, ponselnya mengeluarkan suara kecil. Seperti suara notifikasi yang ia gunakan pada aplikasi WhatsApp.

Lalu, ia segera mengaktifkan ponselnya dan membuka aplikasi itu.

Ia tergelak mendapati sebuah nama yang berada pada bagian paling atas chat nya.

Raihan:)

|Lo besok, sibuk nggak?

Zeyva menggigit bibirnya. Ia harus berkata apa? Jantungnya berdetak tidak karuan.

Padahal Raihan hanya berkata lewat pesan, dan pesan nya pun tak mengandung arti yang gemas. Tapi mengapa ia sangat gugup.

Zeyva berperasaan jika Raihan akan mengajaknya pergi. Tapi, apa mungkin?

RUNNING TIME (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang