"Jangan terus terusan merasakan kesedihan, karena itu menyakitkan. Teruslah merasakan kebahagiaan,
walau hanya sebatas
melihat kesenangan orang."-Zivanna Zeyva Elmina-
*
*
*
*RUNNING TIME
Zeyva terdiam cukup lama, sudah dua hari berlalu. Zeyva kini masih berada di Rumah Sakit. Kertas yang kemarin ia baca, di taruh di bawah bantal. Zeyva sama sekali tak memikirkan Lyona akan mencari nya atau tidak. Mungkin, jika Lyona tak menjatuhkan nya, Zeyva tak akan tahu penyakit yang ia derita.
Karena sejak kemarin, Lyona tak memberitahukan apa apa saat bertemu dengan nya. Jujur, Zeyva sudah muak dengan bau Rumah sakit. Padahal, dirinya baru tiga hari berada disana.
Jika saja kemarin ia tidak mengalami mimisan dan Drop lagi, mungkin saat ini ia sudah pulang.
Saat ini pula, Lyona tengah berada di rumah nya. Toh, ia juga harus mengurus Raiza di Rumah. Sementara Zeyva dititipkan dengan Raihan. Tapi, Raihan tidak ada disana, ia tengah berada di Kantin Rumah Sakit. Katanya sih lapar.
Lalu, dimana orang tua Zeyva? Mengapa mereka tidak datang? Itu memang keinginan Zeyva. Bukannya ingin terus terusan merepoti keluarga Raihan, hanya saja, ia tak mau Ayah dan Ibunya tau tentang ini semua.
Tak disadari, air matanya jatuh. Tuhan, ini sakit. Zeyva pun tak faham dengan alur hidupnya, terkadang kesini, terkadang kesana. Hidupnya tak semulus yang orang orang kira.
Dibalik Zeyva yang selalu tertata rapih, ada juga jiwanya yang rapuh.
Tiba tiba ponsel nya berdering cukup kencang, mampu membuat kepalanya tertoleh. Ia menatap layar ponselnya. Ternyata, itu telfon dari Ibunya.
"Assalamualaikum, Zeyva" Sapa nya dari seberang sana.
"Wa'alaikumsalam, Mah, kenapa?" Tanya nya dengan lirih,
"Kamu lagi sakit, kan, kenapa nggak bilang? Mamah tau dari Amanda, Mamah nya Amy."
"Enggak. Tante Amanda, kan, lagi di Jogja, mana tau keadaan aku,"
"Dia kata Amy, Amy, kan, temen kamu, Zey. Apa susahnya, sih, kamu jujur? Mamah itu khawatir sama kamu."
Zeyva menggigit bibir bawahnya, ia mati Matian menahan tangis, baru pertama kali ini ia di khawatirkan oleh Ibunya, setelah sekian lama tak bersama.
"Jawab, Zeyva."
"Iya, Mah."
"Besok Mamah ke Jakarta, sama Papah Adzkar. Kamu sekarang Istirahat, ya, Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam,"
Panggilan berakhir.
Setelah mematikan ponselnya, ia kembali termenung. Apa benar, Asya menghawatirkan nya?
Pikirannya tertuju kepada Amy, padahal, saat ia memberi tahu jika ia sedang sakit, ia berpesan agar tak memberi tahu siapa pun, termasuk orang tuanya.
Namun, Amy malah mengatakan itu kepada Amanda, alhasil, Amanda pasti akan bercerita kepada Asya.
Perlahan, pintu ruangan terbuka, menampilkan seorang gadis perempuan dengan wajah yang berseri, dia Amy.
"ZEYVAAA" panggil Amy dengan sedikut berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNNING TIME (SELESAI)
Teen FictionSingkat saja, cerita ini hanya mengisahkan tentang seorang gadis perempuan yang selalu mengharapkan kebahagiaan itu datang. Segala cara pun sudah ia lakukan. Namun nyatanya, yang selalu mendatangi dirinya hanyalah masalah dan kesedihan. Ia selalu be...