*
*
*
Biarkanlah mereka menikmati senyumnya,
Tanpa harus mengetahui seberapa
banyak lukanyaRUNNING TIME
*
*
*
*Suara mesin motor berhenti didepan, membuat ia beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri siapa orang tersebut.
Dari suara motornya, ia sudah mengenali siapa orang itu. Siapa lagi jika bukan Raihandra Yudistira.
Zeyva mengajak Raihan untuk masuk ke dalam. Namun, laki laki itu malah meminta untuk diluar saja.
Mereka berdua bercanda tawa bersama selama beberapa menit. Sampai akhirnya, mereka hanya diam.
Menatap langit malam yang dihiasi dengan banyaknya bintang bintang, sambil meminum teh hangat yang Zeyva buat. Langit malam yang petang, disinari oleh bintang dan bulan yang bersinar terang.
Semilir angin yang berhembus kencang, mampu menembus sampai ke pori-pori kulitnya.
Zeyva dan Raihan bergelayut dengan pikirannya sendiri. Kedua mata Zeyva tak bisa berpaling pada salah satu bintang yang sangat terang, di hamparan langit yang membentang.
Tiba tiba, ia teringat akan mendiang Kakeknya. Sudah lama sekali ia tak bertemu. Sepertinya, hatinya itu rindu. Dulu, seringkali ia diajak jalan-jalan menggunakan sepeda olehnya. Kakeknya merupakan pribadi yang lembut. Ia sangat menyayangi Zeyva.
Zeyva sendiri merupakan cucu perempuan pertama Kakeknya. Dan Ibunya adalah anak terakhir dari Kakek dan Neneknya. Wajar sekali sang Kakek sangat menyayangi Zeyva lebih dari cucu cucunya yang lain.
Raihan pun sama. Ia kembali teringat dengan Ayahnya yang sudah pergi untuk selamanya. Dalam hati, ia selalu berteriak bahwa ia rindu.
Zeyva menoleh, menatap wajah samping Raihan. Kedua mata Raihan menatap sendu langit malam.
"Kamu kenapa?"
Merasa bahwa Zeyva bertanya pada dirinya, Raihan hanya menggeleng sebagai respon.
"Kangen seseorang, ya?"
Raihan tersenyum kecil. Sangat kecil, sampai sampai Zeyva tak bisa melihat senyuman tulus itu.
"Siapa?"
"Ayah."
Zeyva terdiam mendengar itu. Ada apa dengan kekasihnya? Mengapa laki laki itu tiba tiba merindukan sang Ayah. Apakah ayahnya tengah merantau jauh darinya.
Ia menatap wajah Raihan dari samping. Dari sorot mata nya, Raihan sepertinya memang benar benar tengah merasakan rindu yang begitu dalam.
Kedua matanya terus menatap langit malam yang tenang.
"Emangnya, Ayah kamu dimana?"
Raihan menoleh, menatap wajah Zeyva seraya tersenyum kecil. Lalu, pandangannya kembali lurus kedepan. Helaan nafas kecil terdengar begitu melelahkan.
"Ayah aku udah dipeluk Tuhan, Zey."
Mendengar penuturan dari Raihan, Zeyva seakan akan dijatuhi rasa bersalah berkali kali. Ia tak bermaksud menanyakan itu, ia tak mengetahui jika Ayah Raihan sudah tiada.
Ia benar benar tidak sengaja.
"Maaf, aku nggak tahu,"
Raihan terkekeh pelan, ia mendekatkan dirinya kesamping Zeyva. Tangannya bergerak mengusap pucuk kepala pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNNING TIME (SELESAI)
Teen FictionSingkat saja, cerita ini hanya mengisahkan tentang seorang gadis perempuan yang selalu mengharapkan kebahagiaan itu datang. Segala cara pun sudah ia lakukan. Namun nyatanya, yang selalu mendatangi dirinya hanyalah masalah dan kesedihan. Ia selalu be...