CHAPTER TWENTY FIVE

36 6 1
                                    


"Dibalik indahnya senja, akan terdapat malam yang gelap gulita setelahnya."
-Andrea Zerarga-

*
*
*

RUNNING TIME

Bumi berputar sesuai dengan porosnya, seperti hari, ia akan berganti menjadi Minggu, dan Minggu berganti menjadi Bulan. Ternyata sudah satu bulan berlalu. Sejak kejadian Zeyva masuk Rumah sakit kala itu, kini Zeyva sudah rutin menjalani Kemoterapi penyakitnya. Keadaan nya pun sudah mulai membaik

Namun, keadaan dengan Ibunya yang tidak kian membaik. Setiap teringat perkataan wanita itu, Zeyva tidak bisa menahan rasa sakit yang menyeruak didalam dada nya. Bahkan, saat melihat foto Ibunya saja, Zeyva sudah menangis.

Tetapi, hal itu tidak membuatnya benci dengan sang Ibu.

Kata orang, seburuk apapun Orangtuamu, janganlah sekali kali membenci mereka. Karena sejatinya, hadirmu di Dunia karena adanya mereka.

Lalu, bagaimana dengan Zeyva yang nasibnya sebagai anak broken home? Bagaimana dengan anak anak yang orangtuanya ada empat? Salahkah jika mereka membenci orangtuanya? Di hidup ini pun, sebenarnya mereka tidak ingin dilahirkan.

Yang selalu menjadi pertanyaan adalah, untuk apa dilahirkan jika ujung ujungnya disia siakan, ditinggalkan, bahkan ditelantarkan sendirian.

Mungkin, para orangtua beranggapan bahwa berpisah adalah hal terbaik, namun hal yang baik bagi mereka, belum tentu baik untuk anak anaknya. Untuk apa menikah jika ujung ujungnya berpisah, dan setelah berpisah, mereka pasti akan menikah lagi.

Dengan ucapan kita juga butuh pasangan.

Iya, betul sekali. Orang tua juga manusia, tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri, manusia selalu membutuhkan seseorang dalam hidupnya. Tapi, pernikahan kedua orang tua pasti menjadi sebuah luka bagi anak anaknya.

Apalagi, saat munculnya pertanyaan ingin ikut siapa, Mamah atau Papah. Dan fase itu yang kini tengah dirasakan oleh Zivanna Zeyva Elmina.

Tidak mudah menjadi anak broken home.

Secara tidak langsung, anak anak seperti mereka kehilangan kedua sayapnya untuk terbang. Mereka di tuntut untuk berjalan sendiri, tanpa ada rangkulan dari orangtuanya.

Malam itu, ia hanya ditemani oleh hawa dingin dan keadaan yang sepi. Helaan nafas terdengar dari mulutnya, mengartikan bahwa ia lelah sekali. Tangannya menggenggam bolpoin untuk menorehkan luka pada sebuah buku diary.

Buku itu adalah buku pemberian terakhir dari Kakeknya, sebelum Kakeknya meninggal dunia. Buku diary nya terlihat sangat tebal. Kata kakeknya dulu.

"Kalau kamu lagi capek, kamu nulis atau gambar aja di buku ini. Ini sepesial buat kamu, Va. Untuk kamu, cucu tersayang kakek. Kalau kakek udah nggak ada, kamu peluk aja buku ini."

Sudah sekitar tiga tahun lalu Kakeknya pergi, sudah banyak lembar yang terisi oleh coretan tangannya. Zeyva tak pernah lupa dengan kata kata kakeknya.

Pena nya mulai menari nari diatas kertas, meninggalkan jejak berwarna hitam dari bolpoin nya. Tak ada yang bisa Zeyva lakukan, selain menyemangati dirinya sendiri, walau terkadang, hal itu tidak berarti.

__________

;Dari aku, untuk Zivanna Zeyva Elmina.

Mungkin, hidup ini sangat buruk untuk kamu.
Tetapi ingat, masih ada Tuhan yang selalu mendampingi mu.

Tetap semangat untuk menjalani hidup yang lumayan sesat, tetap Sehat untuk menjalani hidup yang berat, dan tetap kuat agar kamu tidak terjerat.

Walau realita tak sesuai dengan ekspektasi, tetaplah hidup sampai Mati. Tetap bertahan, karena kamu adalah harapan. Jangan mengeluh, walau air mata terkadang luluh. Ingat Zeyva, kamu adalah anak pertama, bahagia pertama, dan juga..., harapan pertama.

RUNNING TIME (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang