CHAPTER TWELVE

43 6 0
                                    

*
*
*
*
*
*

RUNNING TIME


Hujan menghanyutkan nya ke dalam lamunan, hujan juga mengingatkan nya pada orang yang memberi senyuman.

Sore ini, kota Jakarta diguyur oleh hujan. Tanah yang awalnya kering, kini menjadi basah kembali. Zeyva duduk di depan rumahnya, memandangi rintik rintik hujan yang berjatuhan.

Ting!

Sebuah notifikasi dari ponselnya membuyarkan lamunan. Ia melirik ponsel yang berada di atas meja.

Papah
|Papah kirim uang lima juta, bisa untuk dua bulan. Kalau kamu nggak boros. Kalau belum dua bulan, uang itu sudah habis, Papah nggak akan kirim lagi.

Zeyva menghembuskan nafasnya panjang. Ia memandang rumah Amy yang begitu megah. Sebenarnya, ia sangat iri dengan sahabatnya.

Amy memiliki keluarga yang nyaris sempurna. Kedua orang tuanya, selalu berusaha untuk membuat anaknya bahagia, tidak seperti keluarga Zeyva.

Bukannya membuat bahagia, mereka malah selalu membuatnya terluka.

Sejak kecil, Zeyva dan Amy selalu bersama. Bahkan, saat memasuki jenjang SMP hingga SMA, mereka selalu mendapat kelas yang sama.

Tidak pernah ada permusuhan diantara mereka, bagi mereka, arti teman yang sesungguhnya adalah, seseorang yang mampu membahagiakan kita, seseorang yang selalu ada disaat suka dan duka.

Dan bisa menjadi pendengar yang baik.

Visi dan Misi Zeyva dan Amy sebagai teman yaitu, bisa saling melengkapi dan menghargai.

Tiba tiba, ponselnya kembali mengeluarkan suara, kedua mata Zeyva terbelalak saat membaca username tersebut.

Dia bukan Mahen, melainkan seseorang yang tadi siang mengajak nya untuk pulang bersama.

Raihan:)
|Hiii, Zey,

Dengan tangan yang bergetar, ia menggerakkan jari jarinya di atas layar ponsel.

Raihan:)

Hai|
Kenapa, ya?|

Ia menggigit kuku ibu jarinya, sambil menunggu balasan dari Raihan.

Tak lama menunggu, sebuah notifikasi kembali masuk dari layar ponsel.

Raihan:)

|Lo besok sibuk, nggak?

Nggak sij|

|Pake H, nggak, sih?

Oh iya, ya Allah, salah (´ . .̫ . ')|

Zeyva menutup mulutnya tak menyangka, kedua pipinya menjadi seperti kepiting rebus. Walaupun hanya lewat chat, tapi malunya tidak ketulungan.

"Ya Tuhan, segala typo lagi," monolog nya.

Raihan:)

|Haha, lucu Lo. Gue cuma mau bilang, besok mau nggak kalo kita jalan pagi sama Raiza?
|Katanya dia kangen sama Lo, mau nggak?

Okey, mau, deh|

|Oke, sipp, besok gue kesana.

Kedua tangan Zeyva semakin bergetar. Pipinya pun semakin merah merona. Siapa yang tidak mau jika diajak jalan oleh orang yang dicintainya? Walau itu kemauan Raiza, tapi tak menutupi rasa senangnya.

RUNNING TIME (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang