CHAPTER THIRTEEN

51 6 0
                                    


"Gue kira, Lo bahagia. Tapi ternyata,
lo menyimpan banyak luka, Zey."

-Raihandra Yudistira-


RUNNING TIME

Usai Raihan dan Raiza pergi, Zeyva beralih untuk beres beres rumah. Seperti mencuci piring, baju, dan mengepel lantai.

Setelah dirasa cukup bersih, ia berjalan menuju kamarnya.

Baru saja membuka pintu, kepalanya sudah terasa sangat berat. Semuanya seakan akan berputar.

Zeyva tetap berjalan kedalam dengan tangan yang memegangi kepala.

Beberapa kali ia menggelengkan kepalanya, agar rasa pusing itu hilang. Namun, bukanya hilang, rasa pusing itu malah semakin menguasai kepalanya.

Zeyva terkejut bukan main ketika darah segar keluar dari hidungnya. Ia segera mengambil beberapa helai Tisu.

Pandangannya mulai kabur, nafasnya pun sedikit terengah engah. Tuhan, itu pasti sangat sakit.

"Mama,"

Tubuh Zeyva terhuyung ke samping, ia terjatuh sehingga menciptakan bunyi yang cukup keras.

Zeyva tidak sadarkan diri.

*******

Amy duduk di kursi belajar nya, ia baru saja mengerjakan tugas yang diberi oleh gurunya Minggu kemarin. Ia baru ingat, kalau tugas itu harus dikumpulkan hari Senin depan.

Setelah selesai, ia meregangkan otot-otot tubuhnya. Tiba tiba ia teringat dengan sahabatnya yang tadi pagi pamit untuk jalan pagi bersama Raihan.

Kedua sudut bibirnya tertarik keatas, menampilkan senyuman nya yang manis.

Pasti Zeyva sangat senang.

Jam sudah menunjukkan pukul 13:42. Sedari tadi, Amy sama sekali tidak mengunjungi rumah sahabatnya.

Ia hanya fokus pada tugas tugas nya. Rasanya malas sekali jika ada tugas yang menumpuk. Tangannya selalu gatal ketika ada tugas yang belum dikerjakan.

Tangannya bergerak mengambil ponsel. Ia membuka sebuah aplikasi berwarna hijau untuk menghubungi seseorang.

Walau rumahnya hanya berjarak satu meter, rasanya sangat malas ketika berjalan kesana. Siapa lagi jika tidak menghubungi Zeyva.

Ia menempelkan ponselnya ke arah telinga. Ponselnya terus berdengung, tidak ada tanda tanda di angkat.

Nomor yang anda tuju, tidak dapat dihubungi. Cobalah untuk beberapa saat lagi.

Amy tak putus asa, ia terus menghubungi nomor Zeyva sambil berjalan menuju balkon kamarnya. Ia dapat melihat kamar Zeyva dari atas sana.

Sudah beberapa kali ia menghubungi sahabatnya, namun, tetap sama. Alih alih suara Zeyva yang terdengar, malah suara operator seluler yang selalu mengeluarkan suara.

Karena panik, Amy pun segera menuruni tangga rumahnya. Ia berjalan cepat melewati Ayah, ibu, dan juga Kakaknya yang berada di Ruang Keluarga.

"Mau kemana, Amy?" Tanya Amanda melihat anak gadisnya itu tergesa gesa.

"Ke Rumah Zeyva." Jawabnya, lalu segera meninggalkan rumah.

Setelah didepan gerbang rumah Zeyva, ia bergegas memasuki nya. Pintu gerbang maupun Rumah tidak terkunci.

Kakinya terus berjalan sampai pada kamar Zeyva.

Hatinya hancur, tubuhnya mendadak terasa lemas. Ia menghampiri tubuh Zeyva yang sudah tergeletak di samping kasur dengan keadaan tidak sadarkan diri.

RUNNING TIME (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang