Raihan menatap gadis di depannya dengan tatapan penuh kebahagiaan. Rasa rindunya seakan akan terhapus saat melihat senyum manis nya. Cantik wajah gadis itu masih sama.
"Kamu cantik banget, Va," ucap Raihan, membuat Zeyva tersipu malu.
Kedua pipi gadis itu memerah. "Makasih,"
Kepalanya mengangguk. Ia menggenggam erat tangan Zeyva, seolah tidak mau ditinggal untuk kedua kalinya. "Aku rindu banget sama kamu, tolong jangan pergi lagi."
Zeyva menatap Raihan dengan tatapan yang sulit diartikan. "Memangnya kenapa?"
"Jangan kayak Ayah aku, jangan pergi lagi," pinta Raihan, menatap langit malam yang penuh dengan bintang.
"Tapi ini giliran aku buat pergi, Raihan. Bukanya kita juga udah bukan siapa siapa?"
Hati Raihan berdesir, jantung nya berdegup kencang. Mengapa gadis itu berbicara seperti itu? Apa dia sekarang benar benar sudah membencinya?
Zeyva beranjak dari duduknya, perlahan dia menjauh dari Raihan. "Zeyva..." panggilnya dengan pelan. Gadis itu menoleh, senyumnya terus terukir indah.
Langkahnya tak pernah berhenti. Sedikit demi sedikit, tubuh gadis itu semakin transparan. Raihan menggeleng, ia terus memanggil manggil nama Zeyva, namun Zeyva seperti tuli.
Kepalanya terus menggeleng, ingin sekali Raihan menarik tubuh Zeyva agar masuk ke dalam dekapannya. Namun, tubuh Raihan seperti sedang di tarik oleh seseorang di belakangnya, tubuhnya seakan akan menempel di kursi yang ia duduki.
Langkah Zeyva terhenti, ia menolehkan kepalanya sekali lagi, menampilkan senyuman hangatnya kepada seseorang yang ia cinta. Sampai akhirnya, kakinya melangkah pada yang bukan menjadi tumpuan.
Dalam hitungan detik, tubuh gadis itu terjatuh dari lantai dua. Saat itu juga, akhirnya Raihan dapat terbebas. Ia berlari mendekati pagar balkon.
Kedua matanya memanas, tatkala melihat Zeyva yang sudah terjatuh di bawah dengan darah yang mengalir kemana mana. Padahal, ia hanya terjatuh dari atas, tapi lukanya sama seperti dulu. Banyak orang yang mengerubunginya, persis seperti kecelakaannya waktu itu.
"ZEYVA!!!!!" teriaknya dengan sangat kencang.
Raihan terbangun dengan napas yang tersengal-sengal. Tangan kanannya naik untuk memegangi dadanya yang naik turun. Ia menatap kosong objek di depannya.
Ia berada di dalam kamar nya. Sepi sekali. Hanya ada suara detikkan jam dinding.
Sekarang, waktu sudah menunjukkan pukul 01.43. Dengan tertatih, langkah kakinya berjalan menuju balkon kamar malam itu. Hawa yang sangat dingin sampai menusuk ke pori pori kulit nya.
Malam itu sepi, sunyi, dan hanya ada ia seorang diri. Sambil menatap langit, kedua matanya membendung air mata. Binar mata Raihan terus menatap bintang bintang yang bertaburan.
Cantik, dan juga indah.
Sama cantiknya dengan seorang gadis yang saat ini tengah Raihan rindukan. Kepergiannya sudah dua bulan yang lalu, namun kesedihannya masih terus terpenjara selalu.
Raihan rindu dengan paras cantik gadis itu, rindu dengan senyuman hangat nya, rindu dengan lembut tutur katanya. Raihan merindukan semua tentang gadis yang pernah singgah di hatinya.
"Tolong jangan pergi, tolong tetap di sini."
Raihan terjatuh, lututnya bertumpu pada lantai. Air matanya langsung menetes, rasa rindunya tak bisa dipungkiri lagi. Tangannya bergerak memukul dadanya sendiri yang terus terusan berdenyut nyeri.
Senyumanmu, yang indah bagaikan candu.
Ingin terus kulihat, walau dari jauh…
Sekarang pun aku sadari, semua hanya mimpiku,
Dan berkhayal akan bisa bersamamu…
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNNING TIME (SELESAI)
Teen FictionSingkat saja, cerita ini hanya mengisahkan tentang seorang gadis perempuan yang selalu mengharapkan kebahagiaan itu datang. Segala cara pun sudah ia lakukan. Namun nyatanya, yang selalu mendatangi dirinya hanyalah masalah dan kesedihan. Ia selalu be...