CHAPTER TWENTY ONE

38 5 0
                                    


RUNNING TIME


Siang itu, seorang gadis dengan adik laki-laki nya melambaikan tangan pada seseorang yang akan pergi dengan kendaraan nya.

Setelah Mobil itu benar benar menghilang dari hadapan, Zeyva merangkul pundak adiknya untuk masuk kedalam Rumah.

Tadi, usai menyelesaikan masalahnya bersama Nevan, Zeyva segera menyelesaikan Masakannya. Dan makan bersama dengan adik dan kekasihnya.

Baru saja ingin menginjakkan kakinya dilantai rumah, sepertinya ada seseorang yang memanggil nama adiknya.

"Nevan!"

Mendengar namanya dipanggil, tentunya membuat sang empu membalikkan badannya. Senyum Nevan mengembang dengan sekejap saja, saat melihat seorang laki laki seusianya itu.

Laki laki yang menggunakan kacamata bundar sambil membawa beberapa buku ditangan kirinya, melambaikan tangan pada Nevan.

Aydan Diandra, sepertinya, dia baru saja pulang dari sekolahnya.

Nevan menghampiri Aydan, dan langsung merangkul saudara sepupunya itu. Sudah lama tidak bertemu, sejak Ayah dan Ibu Aydan bercerai, dan mereka memilih untuk pindah di Jakarta, Nevan semakin merasakan kesepian.

Tidak ada lagi teman yang asik didekatnya.

"Apakabar? Udah lama nggak ketemu."

Aydan terkekeh. "Lumayan baik, tapi batin gue nggak baik."

"Haha, sabar deh, lama lama juga terbiasa kayak gue."

Tangan kanan Nevan bergerak menepuk pundak kiri laki laki didepannya. Kemudian, mereka tertawa atas percakapan yang telah mereka ucap.

"Masuk, yuk." Ajak Nevan.

"Nanti, deh. Gue mau ngerjain tugas dulu." Balas Aydan, sambil menunjukkan buku buku yang tengah ia pegang.

Melihat itu, Nevan mengangguk. Membiarkan Aydan pergi meninggalkannya.

Setelah punggung Aydan benar benar menghilang di penglihatannya, Nevan membalikkan badan, tidak ada orang disana.

Pastinya Zeyva sudah masuk dari tadi.

Didalam kamar, Zeyva mengunci pintu, dan mendudukkan dirinya diatas kursi. Kedua matanya terpejam, merasakan keheningan yang terjadi disana.

Helaan nafas terdengar dari mulutnya. Perlahan, kedua matanya kembali terbuka. Menelusuri segala sesuatu yang ada di kamarnya.

Kamar bercat putih dengan banyak barang barang disana, terdapat pula beberapa penghargaan tertata dengan rapih.

Zeyva tersenyum kecil melihat itu. Seketika bayang bayang dulu, saat ia baru saja menerima penghargaan itu terputar kembali di kepala.

Sayangnya, saat itu, tidak ada Asya dan Mahen yang menemaninya. Apakah nantinya mereka akan bangga saat melihat ini semua.

Zeyva memiliki banyak bakat yang terpendam. Dari mulai menyanyi, melukis, dan membuat barang barang bekas menjadi barang yang lebih berguna, atau disebut juga dengan Do it yourself.

Semua bakatnya akan ia keluarkan jika ada ajang perlombaan, sehingga ia bisa mendapat beberapa penghargaan.

Ting!

Zeyva mengambil ponselnya yang ada di saku baju, saat suara notifikasi terdengar. Saat dilihat, ternyata itu pesan dari Ibunya.

Mamah

|Nevan disitu?

Iya, Mah.|

|Kamu itu gimana, sih.
|Harus nya bilang dari tadi, jadi, Mama nggak perlu khawatir nyariin Nevan dimana. Jadi anak kok nggak peka sama sekali.

RUNNING TIME (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang