*
*
*
*
*
*
*
*
*RUNNING TIME
Dari kejauhan, tampak seorang perempuan dengan pakaian yang anggun tengah berjalan menuju dirinya. Raihan menghela nafas lega atas kedatangan Ibu nya.
Sudah beberapa menit berlalu, namun, Dokter yang menangani Zeyva masih belum keluar dari Ruang IGD. Ia merasa khawatir akan itu, ia takut jika teman satu kelas nya itu terjadi apa apa.
Namun, perasaan itu tertepis saat Ibu nya datang. Rasa kekhawatiran nya pun sudah sedikit menghilang.
"Gimana keadaan Zeyva?" Tanya Lyona.
Sementara Anak Lelaki itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. "Masih belum tahu, Dokter nya belum keluar." Balas Raihan dengan lirih.
Lyona menghembuskan nafas panjang. Tak lama kemudian, seorang Dokter perempuan dengan Rambut yang dibiarkan terurai keluar dari Ruang IGD.
"Gimana keadaan Zeyva, Dok?"
Bukan nya menjawab, Dokter itu malah balik bertanya. "Anda Ibu pasen?"
"Bukan, Dok. Tapi Saya mewakili orang tua nya." Tutur Lyona. Bohong. Bahkan Lyona saja tak mengenali siapa orang tua dari Zeyva.
"Baik. Bisa ikut saya ke ruangan ya, Bu." Ujar sang Dokter. Sementara Lyona hanya bisa mengangguk dan mengikuti kemana Dokter itu pergi.
Sebelumnya, ia telah berpamitan dengan anaknya.
Sesampainya disana, Lyona di persilahkan untuk duduk. Ruangan bercat putih itu terlihat begitu rapih. Beberapa dokumen dokumen yang tersusun rapih di dalam rak, dan beberapa alat medis diletakkan sekitar sana.
"Jadi, gimana, Dok, keadaan Zeyva,"
Dokter itu menampilkan wajah yang lesu, senyumnya terbit, tapi sangat kecil. Melihat itu, Lyona sontak kebingungan.
Hembusan nafas keluar dari mulut sang dokter. Hal itu benar benar membuat hati Lyona tak tenang.
"Pasien bernama Zivanna Zeyva Elmina, di diagnosa mengidap penyakit Leukimia." Ucap dokter itu.
Lyona tersentak. Leukimia? Bagaimana bisa, setau dia, Zeyva adalah anak yang sehat.
"L--Leukimia?" Tanya Lyona tak percaya.
"Iya. Setelah pemeriksaan tadi, saya menemukan pertumbuhan sel darah putih atau Leukosit yang tidak normal di dalam Sumsung tulang belakang nya, itu yang menyebabkan Leukimia." Jelas sang Dokter.
Lyona tak bisa berkata kata, air matanya hampir jatuh, namun, ia segera menahannya. Ia tak bisa membayangkan bagaimana hancur nya hati Orang tua gadis itu, jika mengetahui ini.
"Apakah bisa sembuh, Dok?"
"Untuk itu, kita serahkan semuanya kepada Allah, tapi, jika dilakukan nya pengobatan, Insya Allah. Zeyva pasti bisa sembuh." Ucap nya.
"Saya siap menjadi dokter untuk Zeyva, jika Zeyva siap menjalani pengobatan, Saya sarankan, berobat lah sebelum parah." Lanjut sang Dokter, sambil menyodorkan sebuah amplop berwarna putih.
Lyona hanya mengangguk, ia menerima amplop itu.
"Iya, Dok, kalau begitu Saya permisi." Pamit nya sebelum pergi dari sana.
Setelah keluar dari ruangan itu, Lyona langsung duduk pada sebuah Kursi di depan nya. Ia masih belum bisa menerima dengan jelas apa yang Dokter perempuan itu katakan, kata kata itu seolah olah mengambang di dalam pikirannya.
******
Zeyva menetralisir pandangan nya. Yang ia lihat disana hanya sebua ruangan bercat putih dengan beberapa alat medis di sekelilingnya.
Zeyva tergelak saat melihat Lyona tengah duduk di samping kirinya. Wanita itu tersenyum ramah. Sementara Zeyva masih kebingungan, bagaimana ia bisa ada disini? Seingatnya, terakhir kali ia berada di halte Bus, dan satu hal lagi,
Mengapa ada Lyona disana?
Tangan kirinya pun terpasang sebuah Infus.
"Kamu udah Sadar, nak?"
Zeyva tersenyum kecil. "Kenapa Saya ada disini Tante?"
"Tadi, Raihan nemuin kamu pingsan di Halte Bus. Jadi, dia bawa kamu kesini." Jelas wanita itu.
Zeyva menghembuskan nafasnya pelan. Sepertinya, hari ini ia telah berhasil merepotkan beberapa orang.
"Maaf, ya, Tante, Saya ngerepotin." Sahut Zeyva lirih.
"Nggak papa, lagi pun, bukan kamu, kan, yang minta sakit? Ini udah takdir Allah. Keliatan nya kamu capek banget, pucet juga muka kamu, makan, ya, Tante beliin," Tawar Lyona.
Awalnya Zeyva menolak. Namun, Lyona tetap memaksa, sampai akhirnya, wanita itu pergi keluar untuk membelikannya makanan.
Saat Lyona pergi dari sana, terdapat suatu benda putih yang jatuh dari tas nya. Pandangan Zeyva tentu tertuju pada benda itu.
Benda tipis berwarna putih yang tak lain adalah sebuah Amplop.
Merasa Lyona sudah pergi, Zeyva turun dari Brankar nya, untuk mengambil amplop itu, kakinya terasa sangat lemas, kepalanya pun masih terasa sangat pusing.
Tangannya bergerak mengambil, pada amplop tersebut, terdapat logo dan Nama Rumah Sakit yang ia tempati.
Perlahan, amplop itu terbuka, ia mengambil sebuah kertas berwarna putih, ia membacanya dengan seksama.
Sakit, itu yang pertama kali ia rasakan, air mata nya jatuh, Hatinya hancur saat membaca satu kalimat 'Zivanna Zeyva Elmina, di diagnosa mengidap Leukimia' mengapa ini semua bisa terjadi? Zeyva rasa, selama ini Zeyva tak merasakan apa apa.
Tapi, kenapa Zeyva bisa terkena penyakit parah seperti ini.
"I--ini pasti ngg--nggak mungkin."
RUNNING TIME
![](https://img.wattpad.com/cover/352949753-288-k396932.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNNING TIME (SELESAI)
Novela JuvenilSingkat saja, cerita ini hanya mengisahkan tentang seorang gadis perempuan yang selalu mengharapkan kebahagiaan itu datang. Segala cara pun sudah ia lakukan. Namun nyatanya, yang selalu mendatangi dirinya hanyalah masalah dan kesedihan. Ia selalu be...