RUNNING TIME
Nevan menatap sendu jendela samping kanannya. Ruangan itu, kini hanya tersisa dirinya dan Ayah tirinya. Nevan yang sibuk melamun, berbeda dengan Adzkar yang tengah berkutik dengan keyboard laptop. Pria itu rela bekerja disana demi menjaga anak laki laki nya. Karena bekerja di Rumah, alhasil Adzkar mendapat pekerjaan dua kali lipat dari biasanya. Bahkan, sampai jam delapan malam saat ini.
Baru baru ini, Adzkar berhasil diterima pada sebuah perusahaan di kota Bandung, usai keluar dari pekerjaan nya sebagai Kurir makanan, Adzkar melamar kerja pada perusahaan itu. Sudah satu Minggu ia bekerja disana. Tuhan memang baik.
Walaupun Nevan bukan anak kandungnya sendiri, tapi sudah kewajiban Adzkar untuk menjaga Nevan, ia pun sudah menerima dan menyayangi Nevan seperti darah dagingnya sendiri.
Sejak menikah dengan Asya, Adzkar pun cepat sekali akrab dengan anak itu, tai tidak dengan Zeyva. Mungkin, karena saat itu Nevan masih kecil, masih belum tahu tentang dunia. Ketika disuruh apapun pasti dia mau.
Hal itu, sangat berkebalikan dengan anak pertama Asya. Dulu, saat Asya menikah dengan Adzkar, Zeyva bahkan tidak tahu sama sekali, pada pagi harinya, Zeyva dan Asya berjalan pulang dari Toko yang mereka kunjungi. Perkataan Asya saat itu masih selalu teringat di kepalanya.
Dan perkataan itu, akan selalu menjadi luka saat Zeyva mengingatnya.
Mulai sekarang, kamu manggil Om Adzkar Papah, ya.
Zeyva hanya diam dan mengangguk. Anak mana yang tidak terluka mendengar Ibunya berkata seperti itu. Saat itu pun Zeyva tidak kenal siapa Adzkar, namun tiba tiba ia disuruh untuk memanggilnya dengan embel-embel Papah.
Dalam hati, Zeyva selalu bertanya. Dimana Papahnya? Mengapa ia disuruh memanggil Papah pada orang yang tidak ia kenal? Siapa dia?
Zeyva sulit menerima itu semua.
Kembali ke Nevan. Nevan terkejut saat mendapati ponsel di sampingnya mengeluarkan suara yang cukup nyaring. Rupanya itu ponsel milik Asya.
Disitu, terpampang jelas nama seseorang yang menelponnya. Jari jari Nevan bergerak menekan tombol berwarna hijau untuk menjawab panggilan tersebut.
"Hallo, Sya."
"Hai Tante, maaf, ini Nevan."
Nevan menjauhkan ponsel itu dari telinganya, ia menatap Adzkar yang tengah menatapnya juga. Satu detik kemudian, Adzkar mengode Nevan untuk meneruskan panggilan dari Amanda.
"Udah sama kamu aja, Van. Papah malu," ucap Adzkar pelan.
Mendengar itu, Nevan berdecak. Ia kembali mendekatkan ponsel milik Asya ke telinganya.
"Nevan? Mamah kamu dimana?"
"Emm--Mamah lagi pergi Tante."
"Oohhh gitu, yasudah. Tante cuma mau ngasih tahu, kalau Kakak kamu masuk Rumah sakit."
Jantung Nevan berdegup kencang, tubuhnya menegang, separuh nyawanya seakan akan menghilang, tangannya bergetar tak karuan, serta keringat dingin bermunculan.
Lagi lagi, kakaknya masuk Rumah Sakit. Hal ini benar benar membuat hati Nevan merasa janggal. Sebenarnya Kakak perempuannya itu sakit apa, beberapa orang berhasil dibuat khawatir oleh gadis itu.
Pandangan Nevan lurus kedepan. Air matanya luluh, ia takut kehilangan Zeyva. Walau dalam hati ia selalu berdoa, agar Kakaknya dapat selamat dari apapun, baik penyakit atau marabahaya yang akan terjadi.
"Nevan, Tante cuma ngasih tahu itu, ya. Tante harap, Mamah kamu bisa datang."
Panggilan berakhir.
![](https://img.wattpad.com/cover/352949753-288-k396932.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RUNNING TIME (SELESAI)
Teen FictionSingkat saja, cerita ini hanya mengisahkan tentang seorang gadis perempuan yang selalu mengharapkan kebahagiaan itu datang. Segala cara pun sudah ia lakukan. Namun nyatanya, yang selalu mendatangi dirinya hanyalah masalah dan kesedihan. Ia selalu be...