CHAPTER TEN

55 6 0
                                    

*
*
*
*
*
*
*

RUNNING TIME

"Pokoknya Lo harus pulang sama Gue."

Perkataan Amy mampu membuat senyumnya mengembang, ia tahu, Amy pasti sangat mengkhawatirkan nya, Amy takut jika kejadian satu Minggu yang lalu terjadi kembali.

Apa lagi mendengar penyakit Zeyva yang cukup membuat nya Shock, mulai sekarang, Amy tidak akan pernah membiarkan sahabatnya itu berkelana sendirian.

Setibanya mereka di depan Sekolah, Amy dan Zeyva melihat sebuah mobil berwarna Abu abu di seberang jalan. Itu pasti Mobil milik Kakak Amy.

"Udah pulang?" Tanya Arkan--Kakak Amy di dalam sana.

Amy dan Zeyva hanya mengangguk sebagai jawaban, setelah itu, Amy memasuki mobil bagian belakang untuk menemani Zeyva.

Namun, bukan nya masuk ke dalam, kedua mata Zeyva malah menangkap seorang laki-laki yang berseragam sepertinya tengah berdiri di depan Motor Vespa nya.

Dapat terlihat senyum laki laki itu terukir dengan sempurna, dengan jari jari yang bergerak pada layar ponselnya.

Dalam hati, Zeyva bertanya tanya. Raihan sedang bertukar pesan dengan siapa?

Tiba tiba sebuah ketukan jendela mobil mengejutkannya,

"Zeyva, ayo masuk." Perintah Amy, mendengar itu ia menganggukkan kepalanya dan segera memasuki mobil.

Ia sedikit merasa bersalah, pasti Amy dan Arkan menunggunya lama.

"Maaf, ya, My, Kak Arkan," ucap nya tak enak hati.

Sementara Amy dan Arkan hanya mengangguk.

Mobil mulai berjalan menyusuri jalan jalan kota Jakarta.

Manik mata Amy melirik kepada tangan kiri Zeyva, ia tersenyum, selama hidup, ia tak pernah melihat tangan sahabatnya itu terdapat goresan goresan yang tercipta dari benda tajam seperti pecahan kaca atau pisau.

Ia merasa bangga kepada sahabatnya, mau sebanyak apapun masalah Zeyva, tetapi ia tak pernah melukai diri nya sendiri.

"Zey," panggil Amy.

Mendengar namanya di panggil, spontan Zeyva menolehkan kepalanya.

"Kenapa, My?"

"Gue bangga sama, Lo, mau seberat apapun masalah Lo, Lo nggak pernah nge lukain diri Lo sendiri."

Zeyva hanya tersenyum, ia tahu maksud Amy. Pada saat ini, banyak remaja remaja yang melukai dirinya sendiri, seperti menggoreskan pecahan kaca pada tangan nya.

Terkadang, mereka melakukan itu hanya karena masalah percintaan yang tidak terlalu jelas.

Zeyva pun bingung dengan mereka, apakah itu tidak sakit?

Tidak sengaja terkena pisau saat memotong bawang saja sakit, apalagi melakukan itu dengan sengaja.

Mungkin bagi mereka, itu merupakan hal yang membantu untuk meringankan beban nya. Namun, bagi Zeyva, itu semua tidak berguna.

"Masalah hidup gue aja udah cukup membunuh gue, apalagi kalau gue lukain diri sendiri. Itu artinya, gue semakin membunuh diri gue sendiri." Jawab Zeyva sembari tersenyum.

Amy pun ikut tersenyum saat mendengar jawaban dari Zeyva. Itu yang menjadi sebuah kebanggaan Amy.

Zeyva selalu terlihat tegar, walaupun masalah nya sangat panjang lebar.

RUNNING TIME (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang