CHAPTER THIRTY TWO

28 4 0
                                    

"Gue emang nggak ada bukti, tapi Tuhan menjadi saksi."
-Amy Charlotte-

*

*
Happy Reading...
*
*
*
*
*

Malam itu sunyi, namun ada dua orang yang fokus menatap hamparan bintang pada langit malam yang membentang. Sangking sepinya, di sana yang terdengar hanya suara jangkrik yang keberadaannya entah di mana.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Hembusan angin kala itu, membuat badan nya sedikit menggigil, akibat hanya menggenakan kaus pendek.

"Kamu jalan sama Raga?" tanya Raihan memecah keheningan.

Zeyva tergelak. "Maksud kamu apa?" tanya Zeyva balik.

Sementara itu, Raihan menghempaskan nafas gusar. "Aku bingung mau marah atau gimana, ya, Va. Udah beberapa kali aku liat kamu jalan sama Raga, tapi kamu selalu ngelak."

Zeyva menatap Raihan dari samping dengan bingung. Maksudnya apa, sih. Ia tidak paham. Tiba tiba saja Raihan berbicara seperti itu. Padahal, ia tak pernah sekalipun jalan dengan cowok lain setelah berpacaran dengan Raihan.

"Aku nggak paham Raihan, maksud kamu apa? Aku nggak pernah jalan sama Raga." elak Zeyva.

Tiba tiba saja, Raihan mengeluarkan ponselnya, dan menunjukkan foto dirinya duduk bersama Raga, dengan menggenakan baju putih.

Sampai detik ini, Zeyva baru paham apa yang dimaksud Raihan. Dari mana cowok itu mendapat foto dirinya bersama Raga? Sebetulnya mereka pun tak ketemuan.

"I--itu tuh, cuma kebetulan ketemu tadi."

"Kebetulan tapi sering? Aku ajak kamu jalan jalan nggak mau, alasannya ada acara keluarga. Tapi kenyataannya malah jalan sama cowok lain."

Zeyva semakin tak percaya dengan apa yang keluar dari mulut kekasihnya. Semakin kesini, semakin aneh perlakuannya.

"Raihan tolong dengerin aku. Iya, tadi aku emang ada acara keluarga, ke Makam almarhum Kakek aku, pas aku duduk sendirian deket Toilet, aku ketemu Raga, dia habis dari Makam Ibunya. Lagipun, Raga yang deketin aku, bukan aku." jelas Zeyva dengan lembut, tanpa ada kebohongan secuil pun.

"Tapi kamu mau, kan, di deketin sama dia. Kamu itu udah nggak suka lagi, ya, sama aku? Padahal dari dulu selalu ada buat kamu. Tapi nyatanya? Aku marah sama kamu, Va." ucap Raihan, langsung pergi meninggalkan Zeyva.

"Raihan tunggu."

Langkah Raihan terhenti saat Zeyva mencekal lengan kiri nya.

"Udah lah, Va. Aku pusing, aku mau pulang."

Belum sempat menjelaskan, motor Raihan sudah menghilang dari penglihatannya. Zeyva mendengus kesal. Bahkan, minuman yang ia berikan belum sempat tersentuh, apalagi diminum.

Sebenarnya apa yang di inginkan cowok itu? Raihan menyuruh Zeyva agar tidak marah saat dirinya pergi bersama Rhea, namun ia marah ketika Zeyva tida sengaja bertemu Raga.

Zeyva mendorong kenop pintu kamarnya, ia mendudukkan dirinya pada kursi belajar. Besok adalah hari terakhir ujian semester dua, ia harus belajar dengan sungguh-sungguh.

Namun, bukannya mengambil buku pelajaran, ia malah mengambil sebuah bingkai foto keluarga kecilnya dulu. Saat ini, Zeyva tau apa alasan Kedua orangtuanya bercerai.

Pernah satu kali kedua orangtuanya bertengkar hebat saat itu, merek benar benar meluapkan emosi nya, mengeluarkan kata kata kasar yang tak sepantasnya di ucapkan di depan anak kecil.

RUNNING TIME (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang