32 minggu

1K 153 30
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡












Junghwan buka mata, tapi belum gerak sama sekali. Soalnya diusia delapan bulan ini, tubuh dia udah bener-bener bergantung sama bantuan orang disekitar.

Bahkan untuk bangun dan tidurpun, Junghwan butuh bantuan dari mamanya. Seperti pagi ini, Junghwan hanya menunggu mamanya masuk kamar dia.

Cklek

"Mama?" Panggil Junghwan, kebetulan dia tidurnya ngebelakangin pintu kamar.

Junghwan gak denger jawaban, tapi ada suara langkah dari orang lain.

"Mama bukan?" Tanya Junghwan ulang.

"Bukan, ini saya Hwan."

Junghwan kaget pas denger suara yang lumayan akrab ditelinga nya, tapi dia berusaha tetap tenang.

"Kak Yoshi?"

"Iya, saya bantu bangun yah."

Yoshi jalan kearah depan Junghwan, awalnya mau langsung narik pelan lengan yang lebih muda.

Tapi takut nya malah sakit, jadinya Yoshi bantu dengan cara mengangkat bagian bahu Junghwan sampe lelaki itu terduduk.

"Makasih."

"Iya, sama-sama."

"Tapi, kenapa kakak ada di sini?"

"Maafyah kalo lancang, barusan mama kamu minta tolong ke saya. Katanya titip kamu dulu, beliau ada kepentingan mendadak."

Kening Junghwan ngerut, dia gak tahu kepentingan apa yang dimaksud.

"Mama kamu udah siapin sarapan juga, mau makan di sana atau dibawa kesini?"

Junghwan canggung, pasalnya dia ngerasa udah banyak banget ngerepotin orang asing. Jelas dong Yoshi orang asing, walaupun emang ini bisa terbilang dalam tugasnya sebagai seorang Dokter.

"Junghwan?"

"Makan di sana aja kak."

"Oh yasudah, saya bantu keruang makan."

Junghwan mau nolak, tapi badannya emang beneran butuh bantuan. Jadi dengan gak enak hati, Junghwan menerima uluran tangan dari Yoshi.

"Kak Yoshi gak tugas emang?" Tanya Junghwan, mereka mulai jalan perlahan.

"Kebetulan hari ini agak senggang, cuma ada beberapa jadwal buat datengin rumah lansia di desa sebelah aja."

"Kalo gitu, aku ganggu dong?"

"Enggak kok, saya berangkat nya jam sepuluhan."

Junghwan ngelirik jam dinding, masih jam delapan sih. Tapi, kalo makin lama berduaan gini, Junghwan malah makin canggung rasanya.

Orangtua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang