Marah

952 137 15
                                    

Mengingatkan kembali bahwa ini hanya cerita fiksi hasil karangan saya sendiri, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan nyata dari setiap tokoh yang ada dalam cerita.

Jadilah pembaca yang bijak !!
Selamat Membaca♡










⚠️ Warning, ada adegan upaya BUNdUH DInRI, tidak untuk ditiru dan jangan dibaca kalo gak bisa yah !!











"Jangan bikin adek jadi bergantung sama orang lain paa, jangan jadiin adek beban buat hidup orang lain."

"Papa gak pernah bermaksud kayak gitu dek."

"Tapi itu yang papa lakuin, papa selalu kasih izin dengan gampang padahal tahu kalo aku gak mau. Papa selalu nyari alesan buat minta tolong, padahal papa sendiri bisa lakuin itu. Buat apa sih paa?"

"Adek, papa cuma pengen kamu dapat yang terbaik."

Junghwan menggeram pelan, matanya sudah basah sedari awal telepon tersambung.

Hari ini, emosi Junghwan tidak lagi bisa dia telan. Rasa marahnya termuntahkan semua, bahkan keheranan yang selama ini dia rasakan pun, sekarang tersuarakan.

Ini jam makan malam, tapi bukannya menyantap makanan yang sudah terjajar di atas meja, Junghwan malah lebih dulu merusak moodnya.

Hari ini Junghwan dibuat heran lagi dengan kedatangan Yoshi, yang bahkan semingguan inituh jadi lebih sering ke rumah nya.

Lelaki itu akan mengajak Junghwan jalan pagi, sebelum dia berangkat kerja. Dan saat sore, Yoshi kembali datang untuk membantu Junghwan berolahraga.

Rasanya aneh jika semua ini hanya sebuah kemungkinan, mana ada kebetulan yang berulang?

Maka dari itu, Junghwan minta mamanya buat telepon papa dia. Dan kondisi sekarang makin panas, dimana dua lelaki dengan darah yang sama itu saling membalas ucapan yang terlontar.

"Yang terbaik buat aku atau buat nama baik papa?"

"Kamu jangan mikir aneh-aneh."

"Gimana aku gak mikir aneh-aneh kalo tiba-tiba papa nunjukin niat buat deketin aku sama kak Yoshi?"

"Emang apa salahnya? Yoshi baik kok."

"Justru karena kak Yoshi orang baik paa, apa aku pantes buat dia? Jelas enggak."

"Kamu gak boleh ngomong gitu?"

"Kenapa? Ini semua kenyataannya. Lagi pula, emang ada keluarga yang mau punya menantu kayak aku? Apalagi kalangan terpandang kayak keluarga kak Yoshi, udah jelas seleranya bukan sampah kayak aku."

"Adek." Mama So ikut negur.

"Dek, papa sama mama cuma pengen kehidupan kamu lebih baik."

"Kalo gitu, cukup kalian kasih aku perhatian kayak biasanya aja. Jangan libatkan orang lain, apalagi sampai membebankan orang asing. Papa sama mama sendiri yang bilang gak enak hidup tapi kayak disetirin orangtua, terus sekarang kalian mau ngelakuin itu ke aku?"

Orangtua Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang