Chapter 15

5.3K 480 169
                                    

~Selamat Membacaaa~


Arshaka benar-benar membuktikan ucapannya. Dia membawa Shakila pulang kerumah dan membuat Umma dan Abba nya kebingungan. Belum lagi Shakila yang terus menunduk takut kerena merasa penampilan nya yang terbilang kurang sopan. Padahal nyatanya dia memakai pakaian longgar dan memakai kerudung. Tapi jaket yang melekat ditubuh nya ini sangat menggambarkan bahwa dirinya seperti bukan gadis baik-baik.

"Waaaaaahhhh Shakil punya geng motor?" Celetuk Aca yang sedari tadi mengagumi penampilan Shakila.

"Shaka, ada apa ini?" Tanya Gibran.

"Om, Tante, maaf Shakila ganggu waktu istirahat kalian. Shakila... Shakila izin pamit buat pulang yah" Sungguh Shakila gugup karena sedari tadi Arshaka hanya diam menatap kearah dirinya.

"Duduk" Perintah Shaka mutlak.

"Shaka hey kamu kenapa?" Tanya Ayla bingung, karena Shaka jarang sekali memperlihatkan wajah nya yang seperti ini.

"Kamu jangan pulang, sudah malam dan tidak baik perempuan diluar rumah malam-malam begini" Ayla menarik tangan Shakila lembut, mempersilahkan perempuan itu untuk kembali duduk.

Shakila meringis malu, bahkan menurutnya ini masih siang. Biasanya dia akan pulang sekitar pukul 2 atau 3 dini hari. Dan paling cepat itu jam 12 malam. Sedangkan sekarang baru jam 11 malam, biasanya dia masih di arena balapan.

"Nama kamu siapa?" Tanya Ayla lembut.

"Shakila Tante. Shakila Kyara Zarina"

"Nama yang cantik" Puji Ayla tulus membuat Shakila membeku.

"Sudah makan? Makan disini yah, mau?"

Shakila semakin dibuat terharu dengan ucapan lembut dan tulus yang diberikan Ayla untuk dirinya. Bertahun-tahun dia tidak merasakan kasih sayang orang tua bahkan ibu nya sendiri pergi meninggalkan dirinya disaat umur nya masih kecil. Dan baru kali ini ada seorang wanita yang memandang dirinya dengan tatapan lembut. Bukan tatapan benci bahkan remeh ketika dirinya masih mengenakan pakaian malam nya ini.

"Loh Shakil nya nangis Umma" Ucap Aca khawatir melihat Shakila yang menunduk.

Ayla mengangkat dagu Shakila lembut dan benar saja perempuan itu menangis.

"Mau peluk?" Tanya Ayla tersenyum lembut.

Shakila semakin menangis, Ayla yang mengertipun memeluk tubuh perempuan itu dengan hati-hati. Shakila membalas pelukan Ayla cukup erat dan menumpahkan segala tangisan nya dibahu wanita paruh baya itu.

"Aca ikut sedih Abba" Bisik Aca disamping Abba nya.

"It's ok cantik, kamu tidak sendiri. Anggap Umma ini Ibu kamu"

Suara lembut itu berhasil membuat Shakila semakin menangis sejadi-jadinya bahkan sampai sesenggukan. Hatinya diselimuti dengan kehangatan mendengar kalimat yang selama bertahun-tahun ini tidak pernah dia dapatkan dari siapapun.

Lama menangis dan memeluk Ayla, Shakila pun melonggarkan pelukan itu. Ayla dengan sangat lembut menghapus jejak air mata Shakila, membuat perempuan itu tersenyum manis.

"Shakil jangan nangis-nangis lagi, cantik nya nanti ilang. Kata Abba kalo kita nangis nanti malah jadi jelek, iyakan Abba?" Celetukan polos Aca berhasil membuat mereka terkekeh gemas.

Bahkan Gibran sudah memeluk gadis mungil itu sambil sesekali dia bubuhkan kecupan tulus di pucuk kepala Aca. Jujur saja Shakila iri melihat pemandangan menghangatkan itu. Dia berpikir bahwa Aca sangatlah beruntung mempunyai keluarga cemara dan lengkap. Tidak seperti dirinya yang sebatang kara.

Klandestin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang