~Selamat Membacaaa~
"Zeline udah dong jangan nangis. Kok Zeline jadi cengeng gini sih"
Sedari tadi di kamar Anatasya, Zeline terus menangis dan memeluk gadis itu. Hari ini merupakan hari penikahan Anatasya dan teman Arshaka. Yah, Anatasya benar-benar mewujudkan keinginanya. Begitu juga temen Arshaka yang langsung merasa tertantang dengan permintaan Anatasya. Saat itu juga dirinya langsung datang untuk melamar dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pernikahanya dengan Anatasya.
Satu hal yang sampai saat ini belum Aca ketahui. Dia belum melihat wajah calon suaminya itu. Bahkan untuk sekedar mengetahui namanya saja dia enggan. Aca bilang, dia ingin semuanya terjadi saat akad. Pertemuan dan pemberitahuan nama itu ingin dia ketahui setelah akad. Semuanya tidak keberatan. Dan 10 menit lagi, akad akan segera dimulai. Tapi sedari tadi Aca kewalahan dengan kondisi Zeline yang terus menangis.
"Gimana gue gak nangis Ca. Semua cerita tentang hidup lo itu kaya doorprize tau gak. Tiba-tiba, mendadak dan gak di sangka-sangka" Lirih Zeline menatap mata sahabat nya tulus.
"Gue bahagia banget akhirnya lo bisa bangkit lagi. Lo gak akan nyesel sama pilihan lo ini Ca. Percaya sama gue" Ucapnya lagi kembali memeluk sahabatnya.
"Zeline ih! Nanti hiasan nya rusak" Gerutu Aca sedikit mendorong tubuh Zeline.
"Ish lo mah! Gue lagi terharu juga!" Kesal Zeline mengambil tissu untuk mengelap air matanya.
"Udah-udah, bentar lagi mau mulai tuh. Ayo fokus" Ucap Shakila menghentikan perdebatan kecil itu.
"Setelah ini kamu akan bahagia sekali Ca" Bisik Laila membuat Aca kebingungan.
Namun, dia tidak sempat bertanya lagi karena suara mic sudah terdengar diluar. Tiba-tiba saja Aca menjadi gugup dan gelisah. Keringat dingin mulai membahasahi tangan dan pelipisnya. Dia jadi gemetar takut dan kembali ragu. Ragu apakah pilihanya ini sudah tepat? Atau nantinya malah akan dia sesali seumur hidup?
"Itu suara Abba udah mulai" Ucap Shakila ketika mendengar suara Gibran yang mulai menyebutkan ijab qobul.
Aca semakin dilingkupi perasaan gelisah dan khawatir. Tanganya bergetar dingin. Matanya memanas dan rasanya dia ingin menangis. Entahlah, dia tidak bisa mengekspresikan keadaanya saat ini. Sungguh dia sangat takut.
"Qobiltu nikahaha watazwiijaha bil mahril madzkur haalan"
DEG
Jantung Aca berpacu dengan cepat mendengar suara laki-laki yang saat ini sudah sah menjadi suaminya. Sangat terdengar familiar. Tidak salah, dia tidak mungkin salah mendengar atau bahkan sampai halusinasi. Dia sangat hafal siapa sosok dibalik suara tersebut.
"ACAAAAAA LO UDAH SAH JADI ISTRI" Pekik Zeline kesenangan.
Mereka semua menangis haru dan memeluk Aca bergantian. Pun Aca yang terseyum kecil karena masih memikirkan suara dari laki-laki yang kini sudah sah menjadi suaminya.
"Assalamu'alaikum anak Umma yang cantik" Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan Ayla yang terlihat sangat cantik dan anggun dengan balutan gamis dan cadar yang dia pakai.
"Wa'alaikumsalam, Umma" Aca langsung berlari memeluk tubuh Ayla dan menangis tergugu disana.
"Hey jangan nangis dong. Ini hari bahagia kamu loh" Ucap Ayla yang berbanding terbalik dengan matanya yang ikut mengeluarkan air mata.
"Putri Umma sudah menjadi seorang istri. Lega rasanya bisa sampai pada tahap ini. Dimana Umma bisa menyaksikan secara langsung putri kecil Umma ini di pinang" Lirih Ayla mengusap lembut wajah Anatasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Klandestin
General FictionSequel 2G (Bisa dibaca terpisah!!) "Ini dunia gue" "Damn" Suara berat Arshaka terdengar mengerikan ditelinga perempuan itu. "Nakal ternyata, mau gue halalin hemm?" Ucap Arshaka tersenyum smirk. "Ikut pulang kerumah gue" "APA!" Perempuan itu terkejut...